.webp)
Kenaikan harga pertamax berimbas pada penjualan bahan bakar pertalite. Seperti kondisi sejumlah SPBU di Blitar, penjualan pertalite naik sampai 30 persen, namun stok lancar.
Tampak antrean panjang di SPBU di Jalan Tanjung, Pakunden, Kota Blitar. Seluruh motor dan mobil tampak menuju ke stasiun pengisian BBM pertalite.
Hal itu berbanding terbalik dengan jalur pengisian pertamax. Tidak tampak kendaraan yang berhenti di jalur tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut informasi yang dihimpun, sebagian pengguna kendaraan memilih beralih ke pertalite, imbas naiknya harga pertamax. Yang semula Rp 9 ribu per liter, lantas naik menjadi Rp 12.500/ liter.
"Dulu walaupun motor, tapi saya isi pertamax. Soalnya ini kendaraan buat kerja, jadi kalau saya isi pertamax lebih irit pemakaiannya. Mesin juga lebih sehat. Tapi harganya naik, ya enggak ngatasi, lha wong bayaran saya enggak ikut naik," kata salah satu pelanggan SPBU, Azis, Jumat (8/4/2022).
Serupa dengan Azis, pemilik mobil, Zaenal juga memilih beralih ke pertalite. Sebab, dia harus menghitung ongkos untuk mobilitasnya setiap hari, yakni Blitar-Malang.
"Pastilah ada efeknya ke mesin. Tapi mau gimana lagi. Ini inventaris kantor, biaya bensin sudah ada patokannya. Jadi saya menyesuaikan anggaran kantor saja," ungkap dia.
Manager Area SPBU Mayangkara Grup, Siswanto membenarkan adanya kenaikan penjualan pertalite hingga 30 persen per hari. Hal itu imbas dari kenaikan harga pertamax.
"Sehari biasanya 10 ribu liter. Begitu pertamax naik, sekarang penjualan pertalite bisa sampai 12 ribu sampai 13 ribu liter per hari. Jadi untuk memenuhi kebutuhan, kami juga minta tambahan kiriman stok pertalite ke Pertamina," jawab Siswanto.
Menurut dia, sebelum ada kenaikan harga, SPBU ini bisa menjual sebanyak 5 ribu liter pertamax sehari. Namun sejak harga naik, penjualan turun menjadi 4 ribu liter per hari.
"Kiriman pasokan bahan bakar dari Pertamina untuk Blitar masih lancar," tandasnya.
(hse/fat)
