Jeritan Pedagang Surabaya Saat Harga Migor Curah Jauh di Atas HET

Jeritan Pedagang Surabaya Saat Harga Migor Curah Jauh di Atas HET

Deny Prasetyo - detikJatim
Jumat, 18 Mar 2022 17:59 WIB
Satgas Pangan Polda Jatim sidak di pasar
Pedagang di Pasar Wonokromo/Foto: Deny Prasetyo
Surabaya -

Stok minyak goreng kemasan mulai banjir di pasaran. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan stok minyak goreng curah. Tak hanya stoknya yang menipis, namun harganya juga melambung.

Saat detikJatim mendatangi Pasar Wonokromo Surabaya, beberapa pedagang mengaku ketersediaan minyak goreng kemasan mulai berlimpah. Apa lagi sejak dicabutnya subsidi harga eceran tertinggi (HET) oleh pemerintah. Meski ketersediaan mulai banyak, harganya naik.

Akibatnya, banyak pembeli yang beralih ke minyak curah. Namun, ketersediaan minyak curah menjadi terbatas. Sedangkan harga jualnya di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp 14 ribu. Rata-rata, pedagang mendapatkan pasokan minyak curah mulai Rp 19.500 hingga Rp 24 ribu satu kilogramnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Harganya kan naik, jadi pembelinya turun. Karena kenaikan minyak ini tadi. Stok lama tidak ada, sekarang harga baru semua," ungkap salah satu pedagang di Pasar Wonokromo, Ita kepada wartawan, Jumat (18/3/2022).

Ita mengakui, pasokan minyak kemasan dari agen stoknya tidak terbatas. Harganya untuk 2 liter mencapai Rp 50 ribu.

ADVERTISEMENT

"Kalau (minyak) curah sekarang harganya Rp 22 ribu, barangnya terbatas. Kalau kemasan, stabil, boleh minta berapa terserah kita pedagangnya," ujar Ita.

Tak hanya itu, Ita menyebut, hari ini hanya mendapat stok minyak curah dua galon berukuran 17 liter. Barang tersebut didapat dari pihak ketiga.

"Dapat dari pihak ketiga, bukan dari tangki langsung. Jadi sesama pembeli lah," lanjut Ita.

Ita berharap, harga minyak goreng bisa stabil. "Harapannya pedagang kalau bisa stabil dulu, kalau (minyak) curah tetap turunlah," kata Ita.

Senada, pedagang lain, Rahmawati mengaku, jika stok minyak curah langka. Ia pun harus membeli minyak goreng curah bukan dari agen. Namun dari pihak ketiga. Hal itu dilakukan karena permintaan minyak curah masih tinggi.

"Stok nggak ada. Ini tadi lho beli (bukan dari agen), saya tadi beli itu loh Rp 19,5 ribu. Terus ini dijual berapa. Pelanggan saya yang kemasan nggak mau, maunya curah. Mau nggak mau mahal dibeli. Saya nggak tahu ini dijual berapa," ungkap Rahmawati.

Rahmawati mengakui sejak tahun 1997 berdagang di Pasar Wonokromo, fenomena minyak curah langka baru terjadi kali ini. Ia juga mempertanyakan subsidi yang dijanjikan pemerintah.

"Mana subsidinya, di depan nggak ada, terus bagaimana langganan saya," ungkap Rahmawati.




(hil/iwd)


Hide Ads