Patung kuningan buatan para perajin di Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto diminati masyarakat lokal hingga turis mancanegara. Di balik keindahannya itu, ada proses produksi yang panjang dan rumit.
DetikJatim berkesempatan melihat langsung sebagian proses produksi patung kuningan di rumah produksi salah satu pengrajin, Supiyo. Dia memiliki sejumlah karyawan yang membantunya.
Supiyo mengawali proses pembuatan patung dengan membuat cetakan. Yaitu dengan menuangkan lilin yang sudah dicairkan dengan campuran khusus ke dalam master cetakan sesuai desain patung yang akan dibuat. Lalu dicelupkan ke dalam air. Cetakan pun jadi dengan ketebalan 1 milimeter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rongga dalam cetakan itu lantas diisi dengan campuran tanah, pasir dan semen. Lalu cetakan dibungkus dengan adonan tanah dan pasir.
"Setelah dibungkus dengan tanah, cetakan dijemur sampai kering, lalu dibakar di dalam tungku selama 10 jam," kata Supiyo kepada detikJatim, Rabu (16/3/2022).
Tiga jam sebelum cetakan selesai dibakar, para karyawan Supiyo mulai melebur kuningan menggunakan tungku berbahan bakar elpiji. Butuh waktu 3 jam dan suhu sekitar 800 derajat celcius untuk melelehkan bahan baku rongsokan kuningan.
![]() |
Kemudian, cairan kuningan harus segera dituangkan ke lubang masing-masing cetakan selagi masih panas. Lalu didinginkan.
"Setelah dicor (dituang), harus menunggu dingin dulu. Biasanya kalau ngecor sore, saya biarkan sampai besok pagi," jelas dia.
Setelah benar-benar dingin, patung kuningan dikeluarkan dari tanah yang membungkusnya. Dengan cetakan lilin setebal 1 mm, patung yang dihasilkan mempunyai ketebalan sekitar 1,5 mm.
"Ketebalan kuningan pada patung minimal 1,5 mm untuk patung setinggi 30 cm, paling tebal 1,5 cm untuk patung besar," ujar Supiyo.
Tidak sampai di situ saja, patung kuningan masih harus dilakukan finishing. Dengan cara dihaluskan dengan mesin gerinda. Lalu, patung-patung tertentu akan dilakukan pengelasan untuk disambung bagian ekor, tubuh dan kepalanya.
"Pengelasan juga untuk menutup permukaan patung jika ada yang berlubang. Selanjutnya ditoner untuk menghilangkan kerak-kerak hitam pada lekukan permukaan patung, lalu dihaluskan lagi," cetus Supiyo.
Pewarnaan menjadi tahap akhir produksi patung kuningan. Ada 30 macam warna yang digunakan, masing-masing membutuhkan teknik pewarnaan yang berbeda.
"Selanjutnya, seluruh permukaan patung disembur dengan api sekitar 1 menit, lalu dibersihkan menggunakan kuas dan air. Terakhir, permukaan patung diamplas," kata Supiyo.
Kerajinan patung kuningan di Desa Bejijong itu eksis sejak 1967. Kampung ini menjadi sentra kerajinan patung kuningan yang mencapai masa keemasan pada 1998-2000.
Kepala Desa Bejijong, Pradana Tera Mardiatna mengatakan, pemasaran patung kuningan dilakukan secara offline. Yaitu mengandalkan jaringan toko senin/artshop di Bali, Jakarta, Solo dan Yogyakarta, serta dari mulut ke mulut.
"Ke depan kami kumpulkan melalui BUMDes Wijaya. Rencananya kami buatkan marketplace (toko online) sendiri untuk kami bantu pemasaran secara online," tandas dia.
(hse/fat)