Harga telur mulai merangkak naik dalam sepekan terakhir. Bersamaan itu pula, harga pakan ternak juga tetap naik.
Sugeng Riyadi, salah satu peternak ayam layer di Kecamatan Nglegok mengaku harus memutar otak agar usahanya bisa bertahan.
Pasalnya, harga telur mengalami fluktuasi sangat tajam. Sementara harga pakan juga terus merangkak naik signifikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Naiknya harga pakan itu gak seperti naiknya harga telur. Kalau telur naiknya mentok Rp 5ribu per kilogram. Lha kalau pakan, naiknya Rp 10 ribu/kg," papar Sugeng, Kamis (10/3/2022).
Menurut Sugeng, kenaikan harga telur hanya terjadi secara temporer mengikuti momen. Seperti menjelang perayaan hari besar keagamaan dan biasanya hanya 3 kali dalam setahun. Sementara, kenaikan harga pakan kontinyu terjadi tiap bulan bulan sekali.
"Dua bulan terakhir ini, naiknya malah tiga kali. Awal tahun itu harga konsentrat Rp 368 ribu satu sak isi 50 kg. Lalu naik jadi Rp 396 ribu. Dan hari ini tadi saya dapatnya harga Rp 406.750 per sak. Edan pora (Gila gak)," kata Sugeng.
Untuk menyiasatinya, lanjut Sugeng, para peternak biasanya mengurangi jumlah populasi ayam layer. Karena dengan mengurangi jumlah populasi, otomatis kebutuhan pakan akan berkurang.
Tak hanya itu, para peternak juga mengoplos bahan pakan. Dengan komposisi konsentrat 33 persen, jagung 50 persen dan bekatul 27 persen. Komposisi ini, sepertinya telah paten agar kualitas ketahanan ayam bisa bertahan dalam anomali cuaca.
"Sekarang ayam saya tinggal 10 ribu. Tiap hari saya butuh 1,2 ton pakan. Kalau dikalkulasi sekitar Rp 6.400/kg. Dulu, harga pakan masih Rp 5.300/kg harga telur bisa Rp 22 ribu dari kandang. Sekarang pakan segitu, harga telur masih mbulet di kisaran harga yang sama. Opo ndak sakti kalau kami mampu bertahan," tukas Sugeng.
Sugeng mengaku, kenaikan tipis harga telur hari ini belum mampu menutupi kerugiannya tiga bulan lalu. Karena dia menderita kerugian Rp 30 juta per bulan. Sugeng pun berharap, kebijakan pemerintah khususnya Kementerian Perdagangan untuk mengatur harga pakan agar peternak rakyat tidak punah.
"Tugas pemerintah mengatur. Apalagi SE telur cuting sudah berakhir Februari lalu. Kalau harga pakan diatur, supaya sebanding saja dengan harga telur, usaha kami aman," pungkas Sugeng.
(abq/fat)