Sejak sepekan terakhir, harga telur di pasaran Lumajang melonjak. Para peternak menganggap kenaikan harga itu imbas dari biaya pakan dan perawatan ternak ayam petelur naik.
Salah pengusaha ayam petelur di Sukodono, Lumajang, Suparman mengakui hal itu. Suparman mengeluhkan hal tersebut.
"Saat ini harga pakan dan perawatan ternak ayam tinggi. Sehingga saya mohon kepada pemerintah agar bisa menstabilkan harga pakan," ujar Suparman kepada detikJatim, Kamis (10/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengaku, harga telur yang naik tidak menguntungkan bagi peternak ayam petelur. Sebab, meski dirinya bisa menjual telur dengan harga Rp 21 ribu per kilogram, nilai itu dianggap tidak sebanding dengan harga pakan yang harus dikeluarkan.
Suparman mengatakan, biaya ternak ayam semakin tinggi. Seperti harga konsentrat yang mencapai Rp 396 ribu per 50 kilogram, yang sebelumnya hanya Rp 330 ribu.
Selain itu, harga katul halus atau separator Rp 4.450 per kilogramnya, padahal sebelumnya Rp 3.200, serta harga jagung sebelumnya Rp 4.200, kini mencapai Rp 5.600 per kilogram.
Akibat kenaikan harga pakan, Suparman harus mengelola usahanya secara mandiri dan hanya dibantu sang istri. Sebab, karyawannya telah dirumahkan imbas tak sebandingnya penghasilan dengan biaya pengeluaran.
"Karena tingginya biaya pengeluaran (pakan ternak) tidak sebanding dengan pendapatan, saya terpaksa merumahkan satu orang karyawan saya," pungkasnya.
(hse/fat)