Kabupaten Sidoarjo kembali direndam banjir setelah diguyur hujan deras padahal segala upaya sudah dilakukan pemerintah. Kepala Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (BPUBMSDA) Dwi Eko Saptono mengungkapkan penyebabnya.
Menurutnya, segala upaya pihaknya sudah dilakukan mulai dari normalisasi sungai pembersihan saluran air. Namun curah hujan yang tinggi disebut sebagai faktor utama Sidoarjo selalu jadi langganan banjir.
"Semua saluran besar sudah kami normalisasi. Namun kemarin intensitas hujan sangat tinggi sekali. Waktu dan besarnya air yang turun ke wilayah Sidoarjo cukup tinggi, ditambah pasang air laut hari ini mencapai 120 cm," kata Dwi Eko kepada detikJatim, Jumat (12/12/2015)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan bahwa pembahasan terkait penanganan banjir juga telah dibicarakan bersama Bupati Sidoarjo Subandi. Salah satu poin penting adalah perlunya intervensi normalisasi di wilayah hilir dan muara, yang hingga kini belum tersentuh karena merupakan kewenangan instansi pusat.
Dwi menyebut dua sungai besar yang menjadi aliran utama di wilayah kota, yakni Sungai Bodong dan Sungai Petikan, masih membutuhkan normalisasi di area paling hilir.
"Muara Sungai Petikan ini mepet sekali dengan pantai. Normalisasi dari muara ke laut itu hanya bisa difasilitasi oleh Kementerian Kelautan atau Dinas Kelautan. Kami sudah koordinasi, tapi prosesnya memang belum berjalan," ujarnya.
Untuk kawasan selatan, pihaknya juga telah berkomunikasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur terkait Sungai Petingan yang bermuara ke Sungai Porong. Dwi menyebut bagian tengah sungai sudah ditangani bersama provinsi, namun segmen menuju muara masih membutuhkan intervensi lanjutan.
Dua Dam Baru Dibangun, Cegah Rob & Percepat Pembuangan Air
Dwi Eko memastikan bahwa penanganan struktural terus berjalan. Saat ini terdapat dua proyek pembangunan dam (tanggul pengendali) di area muara yang sedang dalam proses.
Pertama Dam Tambak Sawah. Pada Proyek ini, lahan sudah dibebaskan untuk mengendalikan aliran Sungai Peranti dan Sungai Buntung. Dam ini dilengkapi pompalisasi dan kolam tampung untuk menahan rob setinggi 120 cm yang sering menerjang kawasan tersebut.
Sedangkan kedua, Dam Gebang yang berada di tengah kota. Dam ini diharapkan berfungsi memotong limpasan air yang datang dari hulu. Dan nantinya akan meringankan beban aliran sungai Sidokare.
Menurut Dwi, Sungai Sidokare merupakan salah satu sungai terpanjang di wilayah Kota Sidoarjo, sehingga menampung limpasan dari banyak titik hulu.
"Limpasan dari banyak wilayah masuk ke Sidokare. Normalisasi spot-spot kritis terus kami lakukan dengan pengerahan alat berat beberapa minggu ini," ungkapnya.
Pihaknya berencana adanya penambahan Bosem & Peningkatan Kapasitas Pompa. Upaya lain yang dilakukan adalah peningkatan kapasitas tampungan air melalui Bosem (kolam retensi). Dua Bosem di wilayah kota sudah ditangani, salah satunya di Perumahan Sekardangan.
"Bosem Sekardangan sudah kami keruk, kapasitasnya ditambah, dan bagian bocor sudah kami tanggul. Untuk Sidokare, sudah ada usulan lahan untuk dijadikan Bosem baru," katanya.
Selain itu, empat rumah pompa di wilayah kota akan ditingkatkan kapasitasnya pada tahun 2026, termasuk pompa Sidokare.
"Kalau sistem pompa masih lama, ya tetap tidak akan mengimbangi curah hujan ekstrem. Kami tingkatkan kapasitasnya agar lebih sigap mengalirkan air ke Bosem Sidokare," pungkasnya.
(auh/abq)











































