Ketua DPRD Kabupaten Gresik, Muhammad Syahrul Munir menjelaskan Pemerintah Kabupaten Gresik tengah menyiapkan beberapa regulasi dan program pendidikan untuk pemajuan kebudayaan daerah.
Beberapa regulasi dan program pendidikan yang telah disiapkan salah satunya adalah Perda Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pemajuan Kebudayaan Daerah serta penerapan muatan lokal Sejarah Gresik di sekolah-sekolah.
Namun, dalam persiapannya, ia mengakui masih ada sejumlah tantangan, seperti belum optimalnya rencana induk pariwisata daerah, tumpang tindih kewenangan pelestarian, hingga lemahnya organisasi pengelola wisata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kajian seperti ini penting agar ada afirmasi baru mengenai data dan sejarah Sunan Prapen yang nantinya memperkaya materi muatan lokal Gresik," ujar Syahrul, dalam keterangan tertulis, Kamis (11/12/2025).
Hal tersebut disampaikan oleh Syahrul saat tampil sebagai pembicara dalam Seminar Nasional Naskah Nusantara yang digelar di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, NTB. Acara tersebut diprakarsai Kementerian Kebudayaan RI bersama Manuskripedia itu menjadi ajang penting untuk membahas kembali hubungan historis antara Gresik-khususnya Giri Kedaton-dan Lombok.
Mengusung tema "Giri-Lombok: Kolaborasi Lintas Pilar Menuju Kedaulatan Sejarah dan Budaya Bangsa," Syahrul menyebut forum ini sebagai momentum penting bagi diplomasi kebudayaan antara kedua daerah yang memiliki hubungan panjang dalam sejarah penyebaran Islam.
Dalam penyampaiannya, Syahrul menegaskan bahwa hubungan Gresik dan Lombok tidak dapat dipisahkan dari peran Sunan Prapen-cucu Sunan Giri-yang menjadi tokoh sentral Islamisasi Lombok pada abad ke-16.
"Ajaran Islam yang kini mendominasi kehidupan masyarakat Lombok dibawa langsung dari pusat spiritual Giri Kedaton di Gresik," ujarnya.
Bukti sejarah, seperti Masjid Bayan Beleq dan makam raja-raja Selaparang menjadi penanda kuat pengaruh dakwah Sunan Prapen yang memadukan nilai Islam dengan budaya lokal.
Metode dakwahnya dikenal damai, tetapi tegas, mulai dari demonstrasi militer, syiar rebana, salat sunnah sebagai permohonan petunjuk, hingga pendekatan persuasif kepada para penguasa. Pertemuannya dengan Prabu Rangkesari disebut menjadi titik penting percepatan Islamisasi Lombok.
"Hubungan historis ini harus terus dikaji untuk memperkuat pemahaman tentang peradaban kedua daerah," tegas Syahrul.
Syahrul berharap seminar ini membuka ruang kolaborasi kebudayaan yang lebih kuat antara Gresik dan Lombok. Ia menilai kajian lintas daerah tidak hanya memperkaya khazanah keilmuan, tetapi juga menjadi pijakan revitalisasi tradisi dan penguatan identitas budaya bangsa.
"Pelestarian sejarah dan budaya bukan hanya kewajiban satu generasi, tetapi amanah yang harus hidup dari generasi ke generasi," pungkasnya.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut, para tokoh, akademisi, dan budayawan lintas daerah. Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon hadir sebagai keynote speaker, bersama Gubernur NTB, Lalu Muhammad Iqbal. Pengantar diskusi disampaikan Dirjen Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan, serta Founder Manuskripedia, Wahyu Muryadi.
Selain itu, sejumlah narasumber turut mengisi diskusi, di antaranya budayawan Lombok, T.G. Hasan Basri Marwah, pemerhati budaya, Wahyudi, akademisi UIN Mataram, Jumarim, serta budayawan Sumbawa, Yadi Surya Diputra.
(anl/ega)










































