Kericuhan terjadi pada gelaran olimpiade matematika tingkat SD/MI di Gedung Serbaguna Bojonegoro, Minggu (7/12), setelah orang tua siswa memprotes dugaan penjurian tak adil. Ribuan peserta anak-anak yang hadir di lokasi ikut panik saat wali murid merangsek masuk ke dalam gedung dan mencari anak masing-masing.
Situasi semakin kacau hingga lomba dibatalkan, polisi turun tangan menenangkan massa, dan panitia dibawa ke Polsek untuk dimintai keterangan. Pemerintah daerah pun ikut turun tangan karena acara yang harusnya edukatif berubah menjadi kisruh besar.
Berikut Fakta-fakta Kericuhan Olimpiade di Bojonegoro:
1. Wali Murid Merangsek Masuk hingga Anak-anak Panik
Kegaduhan dimulai saat ratusan orang tua memaksa masuk ke gedung dan membuat anak-anak bingung mencari orang tuanya di tengah suasana yang tidak terkendali, sehingga kegiatan yang semula berjalan rapi berubah menjadi kepanikan massal.
Kondisi ini membuat para guru ikut kebingungan karena peserta kecil berhamburan di dalam ruangan.
"Keributan terlihat memuncak saat ratusan wali murid merangsek masuk ke dalam gedung. Sempat banyak anak-anak bingung dan mencari orang tuanya," ucap salah satu wali murid, RK.
2. Polisi Hentikan Lomba
Petugas Polsek Bojonegoro Kota tiba di lokasi setelah menerima informasi kericuhan dan langsung menenangkan wali murid serta peserta yang memenuhi gedung, sehingga panitia diminta menghentikan seluruh sesi lomba demi keselamatan bersama. Keputusan penghentian ini diambil karena kondisi gedung sudah tidak memungkinkan melanjutkan kompetisi yang diikuti ribuan anak.
"Untuk sementara kita tenangkan para peserta dan orang tua. Kegiatan yang mestinya berlangsung beberapa sesi kita hentikan dulu karena ada kejadian ini," tegas AKP Agus Fauzi.
3. Wali Murid Kecewa
Sejumlah orang tua mengeluhkan panitia yang dianggap kurang siap mengelola acara dengan jumlah peserta begitu besar, dan muncul dugaan bahwa event ini lebih berorientasi bisnis karena setiap peserta diminta membayar biaya pendaftaran. Kekacauan yang terjadi membuat banyak orang tua merasa dirugikan karena kegiatan yang mestinya edukatif justru berakhir kacau.
"Panitia kayaknya tidak profesional, sepertinya hanya bisnis. Kondisi sepertinya kok malah dilepas. Peserta ribuan kok model pelaksanaannya hanya begini, padahal bayar per peserta Rp 55 ribu," ujar wali murid lain, HG.
4. Panitia Sebut Kericuhan Dipicu Ortu yang Protes
Ketua panitia dari Saryta Management, Ita Puspitasari buka suara. Ia menjelaskan, acara level 1 sebenarnya sudah selesai dan tinggal penyerahan hadiah, namun dua wali murid tiba-tiba masuk dari pintu samping dan memicu peserta lain ikut masuk sehingga kericuhan tak terhindarkan. Menurut panitia, awalnya semua kegiatan berjalan lancar sebelum insiden tersebut.
"Jadi level 1 sudah selesai dan sedang penerimaan hadiah. Tiba-tiba dari pintu samping itu ada wali murid yang dobrak masuk dan membuangi semua. Ada dua bapak itu yang saya lihat. Sehingga yang lain ikut masuk. Sebenarnya berjalan lancar awalnya," jelas Ita.
Simak Video "RSUD Bojonegoro Diduga Lakukan Malapraktik ke Pasien"
(auh/hil)