Kericuhan mewarnai lomba olimpiade matematika tingkat sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah. Acara yang digelar oleh Saryta Management, Minggu (7/12) siang di gedung serbaguna Bojonegoro itu kacau-balau dan dibatalkan.
Informasi yang dihimpun detikJatim, kegaduhan terjadi karena ada kekecewaan dari orang tua siswa karena diduga penjurian yang tak adil.
Mereka kemudian merangsek masuk ke dalam gedung untuk memprotes panitia, tak hanya itu mereka juga langsung saling mencari anaknya saat kegiatan akan berakhir, sehingga suasana sempat kacau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keributan terlihat memuncak saat ratusan wali murid merangsek masuk ke dalam gedung. sempat banyak anak-anak bingung dan mencari orang tuanya ," ucap RK kepada detikJatim. Senin (8/12/2025).
Adanya kegaduhan ini, beberapa guru dari berbagai sekolah yang mengawal siswanya juga mengalami kebingungan karena kegiatan menjadi ajang keributan dan protes yang berakhir dengan lomba dibatalkan.
Pihak petugas Polsek Bojonegoro Kota yang mendapat informasi langsung membantu menenangkan para peserta dan orang tua yang memenuhi gedung serbaguna.
"Untuk sementara kita tenangkan para peserta dan orang tua. Kegiatan yang mestinya berlangsung beberapa sesi kita hentikan dulu karena ada kejadian ini," tegas Kapolsek Bojonegoro Kota, AKP Agus Fauzi.
Sementara itu, ribuan peserta yang hadir di lokasi beranjak bubar dengan rasa kesal. Apalagi untuk kegiatan ini dibebani biaya pendaftaran 55 ribu per peserta.
"Panitia kayaknya tidak profesional, sepertinya hanya bisnis. Kondisi sepertinya kok malah dilepas. Peserta ribuan kok model pelaksanaannya hanya begini, padahal bayar per peserta Rp 55 ribu," ujar salah satu orang tua siswa berinisial HG.
Pihak penyelenggara saat ini sudah di kantor Polsek Bojonegoro kota untuk dimintai keterangan terhadap kejadian keributan ini.
"Sore ini masih d polsek pihak panitianya untuk dimintai keterangan dulu," ujar Agus.
Lomba olimpiade matematika ini rencananya dilaksanakan dengan 3 tahap. Diantaranya meliputi, tahap 1 dengan peserta kelas 1 dan kelas 2 SD/MI, dengan jadwal pukul 07.00 - 09.30 WIB.
Tahap/sesi kedua diikuti peserta dari kelas 2 dan kelas 3 SD/MI, jadwal pukul 10.00 - 11.30 WIB, dan tahap/sesi ketiga dengan peserta kelas 5 dan kelas 6 SDN/MI, jadwal pukul 12.00 - selesai.
Panitia Pelaksana Buka Suara
Menanggapi kericuhan, ketua panitia dari Saryta Management, Ita Puspitasari buka suara. Ia mengatakan keributan terjadi saat adanya dua orang tua tidak menerima hasil penilaian masuk ke dalam gedung. Hal ini kemudian diikuti oleh orang tua tua siswa lain sehingga kericuhan terjadi.
"Jadi level 1 sudah selesai dan sedang penerimaan hadiah. Tiba-tiba dari pintu samping itu ada wali murid yang dobrak masuk dan membuangi semua. Ada dua bapak itu yang saya lihat. Sehingga yang lain ikut masuk. Sebenarnya berjalan lancar awalnya," jelas Ita kepada detikJatim di kantor Polsek Bojonegoro.
Karena kericuhan itu, lanjut Ita untuk lomba level kedua dan ketiga akhirnya dihentikan. Dan pihak Managemen akan segera melaksanakan koordinasi lebih lanjut dengan pihak sekolah terkait pengembalian uang pendaftaran.
"Untuk level 2 dan level 3 kami berhentikan, dan rencana akan kami lakukan pengembalian uang atau nanti kita akan gelar per kecamatan. Tapi kami masih akan koordinasi dengan pihak sekolah yang mendaftar," imbuh Ita.
Ita mengungkapkan sesuai data yang diterima dari sekolah yang bekerjasama dengan pihaknya, tercatat ada sebanyak 2 ribu peserta pada saat olimpiade.
"Untuk awalnya peserta yang kami laporkan ke pihak kepolisian saat mengajukan perizinan, ada sebanyak 1.000, tetapi satu hari sebelum pelaksanaan ternyata peserta bertambah menjadi 2.000," ungkap ita.
Ita menambahkan olimpiade matematika yang diselenggarakan melalui kerjasama dengan sekolah ini ditarik biaya Rp 55 ribu per peserta.
"Tiap peserta biaya pendaftaran 55 ribu, Dari nominal itu, juga sudah ada fee untuk kepala sekolah ," tutur Ita.
Lebih lanjut, Ita menegaskan bahwa pemicu kisruh olimpiade matematika pada level 1 dengan peserta kelas 1 dan kelas 2 SD/MI yakni dua orang tua yang masuk ke gedung saat pengumuman.
"Kedua orangtua yang masuk melakukan protes sehingga memicu semua orangtua masuk dan terjadi kekisruhan," tandasnya.
Wabup Bojonegoro Geram
Sementara itu, Wakil Bupati Nurul Azizah mengaku geram dengan pihak panitia penyelenggara Olimpiade Matematika, Saryta Management. Kegeraman ini setelah adanya kegaduhan di Olimpiade Matematika yang melibatkan ribuan peserta anak SD dan MI di Bojonegoro.
Nurul sempat bertemu dengan owner Saryta Management di kantor Polsek Bojonegoro Kota pasca kejadian tersebut. Setelah mendapati keterangan dari penyelenggara dan informasi dari beberapa pihak Wabup Nurul akhirnya menyatakan pihak panpel bersalah dan harus bertanggung jawab atas peristiwa ini.
"Karena adanya aduan masyarakat tentunya ini harus segera ada solusi secara cepat. Apa pun panitia jelas salah. Karena tidak koordinasi dengan dinas pendidikan (Dindik) maupun Kemenag yang mempunyai fungsi dalam pendidikan di tingkat sekolah dasar dan MI," katanya.
Nurul menuturkan panitia harus bertanggung jawab terhadap masyarakat yang saat ini sudah membayar untuk mengikuti Olimpiade, yang ternyata sampai hari ini belum bisa dijalankan.
"Nanti hari Selasa kami kumpulkan semua pihak termasuk juga penanggung jawab karena masih ada sekitar 1.300 lebih anak yang belum bisa mengikuti Olimpiade ini," tambah Nurul.
Nurul juga mengingatkan kepada panitia jika nanti terjadi temuan terkait jumlah peserta lebih dari yang disampaikan panitia, hal itu tentu menjadi ranah tanggung jawab panitia juga.
"Tentunya tanggung jawab, harus tanggap. pokoknya nggih, intinya harus dikembalikan. Bahwa uang yang sudah ada di pihak penyelenggara harus dikembalikan," kata Nurul.
(dpe/abq)











































