Setianya Simpen Temani Karmin Hidup 22 Tahun di Dasar Jurang Mojokerto

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Selasa, 02 Des 2025 13:15 WIB
Simpen yang setia menemani suaminya, Karmin alias Pak Soleh (71) selama 22 tahun hidup terpencil di dasar Jurang Gembolo, Mojokerto. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Di balik rimbunnya hutan dan curamnya Jurang Gembolo, tersimpan kisah keteguhan sepasang suami istri asal Mojokerto. Selama 22 tahun, Karmin dan Simpen memilih hidup jauh dari keramaian, menata hari-hari di rumah bambu berdinding sederhana di dasar jurang yang hanya bisa dicapai lewat jalan setapak.

Keputusan mereka bukan sekadar soal bertahan hidup, melainkan tentang kesetiaan. Simpen mengikuti suaminya hingga ke pedalaman, memikul peran ganda sebagai istri sekaligus rekan kerja di ladang dan kebun yang mereka garap bersama.

Karmin pun berulang kali mengucap syukur karena sosok Simpen yang begitu setia menemani perjalan hidupnya. Tak sekadar menjadi ibu rumah tangga, sang istri juga membantunya mencari nafkah di dalam Jurang Gembolo. Yaitu dengan menanam palawija, jahe, pisang, serta budi daya ikan mujair dan kambing brahman.

"Puji syukur alhamdulillah istri saya ajak bekerja seperti ini mau," kata Karmin, Selasa (2/12/2025).

Simpen begitu setia menemani suaminya, Karmin selama 22 tahun hidup terpencil di dasar Jurang Gembolo, Mojokerto. Ia menjalaninya dengan full senyum meskipun harus berbagi peran dengan sang suami.

Simpen menikah dengan Karmin tahun 2001. Ketika itu, perempuan asal Dusun/Desa Centong, Gondang, Mojokerto ini berusia 32 tahun. Sedangkan Karmin mempunyai 2 anak dengan istri pertamanya. Ia menikahi Simpen karena sebelumnya sudah bercerai.

Karmin berasal dari Desa Nogosari, Pacet, Mojokerto. Buah pernikahannya dengan Simpen, ia mempunyai 3 anak yang semuanya laki-laki. Namun takdir berkata lain, putra kedua mereka meninggal dalam kecelakaan kerja.

"Meninggalnya jatuh saat bekerja. Padahal, baru 8 bulan menikah, belum punya anak," terang Simpen kepada wartawan di rumahnya, Selasa (2/12/2025).

Melihat lebih dekat pasutri yang tinggal di dasar jurang Mojokerto Foto: Enggran Eko Budianto

Pada 2003, Karmin dan Simpen mulai hijrah dari Desa Nogosari maupun Centong. Tak sekadar di pedalaman hutan, mereka memilih hidup di dasar Jurang Gembolo yang terpencil. Rasa cinta yang begitu tinggi membuat Simpen setia menemani suaminya.

"Bagaimana ya karena suami saya, cinta," ujarnya ihwal alasannya bersedia diajak hidup di dasar jurang.

Awal hijrah ke Jurang Gembolo, lanjut Simpen, dirinya 3 kali seminggu pulang kampung. Sebab ia masih harus mengasuh anak dan mengikuti sejumlah kegiatan rutin di kampung. Praktis ia meninggalkan suaminya sendirian di rumah terpencil itu.

"Kalau sekarang jarang pulang (ke kampung) karena harus bantu suami mencari rumput (untuk pakan kambing)," jelasnya.

Empat anak Karmin kini sudah berumah tangga dan mempunyai rumah masing-masing. Mereka tinggal di Dusun Jaten, Desa Selotapak, Trawas, Mojokerto, di Dusun Jatirejo, Desa Centong, Gondang, Mojokerto, di Dusun Sambilawang, Desa Sawo, Kutorejo, Mojokerto, serta di Desa Nogosari.




(auh/hil)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork