Pasangan suami istri Karmin (71) dan Simpen (56) bertahan hidup selama 22 tahun di dalam Jurang Gembolo dengan menggarap lahan Perhutani. Bahkan, ia mampu membantu perekonomian empat anaknya.
Karmin dan Simpen mencari nafkah dari alam untuk hidup terpencil. Mereka menggarap sekitar 1,5 hektare lahan Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pasuruan. Lahan tersebut di sekeliling rumahnya di dalam Jurang Gembolo.
Cara tersebut terbukti ampuh. Sebab Karmin dan Simpen sudah 22 tahun menetap di dalam jurang yang terpencil. Seperti saat ini, mereka menanam jahe kebo, ketela, singkong, kacang dan pisang. Pasutri ini juga budi daya kambing brahman dan ikan mujair.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah dicukup-cukupkan, tidak sampai minta anak, malah bisa memberi anak," ujarnya kepada wartawan di rumahnya, Senin (1/12/2025).
Menyambangi Rumah Pasutri Jurang di Mojokerto Foto: Enggran Eko Budianto |
Karmin dan Simpen mempunyai 5 anak, tapi anak ketiga mereka meninggal karena kecelakaan kerja. Keempat anaknya sudah berumah tangga dan mempunyai rumah sendiri-sendiri. Karmin sendiri mempunyai rumah di Dusun/Desa Centong, RT 3 RW 1, Gondang, Mojokerto.
Kakek yang akrab disapa Pak Soleh ini menuturkan, meski hidup di dalam jurang penuh keterbatasan, dirinya mampu membantu keempat anaknya membangun rumah. Tak sampai di situ, Karmin dan Simpen masih rutin memberi uang kepada anak-anaknya. Yaitu setiap kali panen palawija di lahan garapannya. Palawija seperti Jagung biasa panen 3-4 bulan sekali.
"Misalnya panen jagung, anak saya suruh bantu jemur dan giling. Kalau dapat uang, semua anak saya kasih Rp 250.000 paling sedikit. Saya tidak pernah membeda-bedakan anak," tandasnya.
Jahe kebo menjadi komoditas andalan Karmin dan Simpen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Luas tanaman jahenya sekitar 2.800 meter persegi. Ia rutin panen setiap minggu sepanjang tahun.
Karmin dan Simpen menumpang di lahan Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pasuruan. Secara administrasi, rumah pasutri ini masuk Desa Sukosari, Trawas, Mojokerto. Meski di dasar jurang, area yang mereka tempati cukup datar. Sekitar 50 meter di sebelah kiri rumah terdapat aliran sungai sebagai pemisah Pacet dengan Trawas.
Tempat tinggal Karmin dan Simpen sangat sederhana. Lantainya berupa tanah, tiang dan dindingnya terbuat dari bambu. Rumah seluas 3x5 meter persegi ini sebagian memakai atap genting, sebagian lagi atap bambu. Hanya ada 3 ruangan di dalamnya, yaitu ruang utama, kamar tidur dan dapur.
Rumah dan ladang manusia jurang ini dikelilingi kebun dan hutan yang masih sangat lebat. Dari sisi Kecamatan Pacet, akses paling dekat melalui Dusun Bulak Kunci, Desa Nogosari dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Medannya cukup menantang karena harus melalui jalan setapak yang satu sisinya berupa jurang sangat dalam.
Di awal perjalanan sekitar 15 menit, jalan setapak bisa ditempuh dengan sepeda motor. Berikutnya harus berjalan kaki menyusuri saluran irigasi, lalu menuruni jurang yang sangat curam. Setelah menyeberangi sungai dan melewati hutan bambu, baru kita sampai di rumah pasangan Karmin dan Simpen.
(auh/hil)












































