Kisah Mbah Bolong, Murid Sang Wali yang Menentukan Arah Kiblat Masjid Ampel

Kisah Mbah Bolong, Murid Sang Wali yang Menentukan Arah Kiblat Masjid Ampel

Eka Fitria Lusiana - detikJatim
Kamis, 27 Nov 2025 14:15 WIB
Makam Mbah Bolong di Area Masjid Sunan Ampel
Makam Mbah Bolong di area Masjid Sunan Ampel. Foto: Eka Fitria Lusiana/detikJatim
Surabaya -

Nama Mbah Bolong tentu tidak asing bagi para peziarah kawasan religi Sunan Ampel, Surabaya. Julukan "Bolong" disematkan karena karomahnya yang diyakini mampu membuat lubang pada dinding masjid untuk melihat arah Makkah secara langsung.

Cerita ini telah diwariskan turun-temurun dan tetap dipercaya hingga sekarang. Makam Mbah Bolong berada di dekat Masjid Agung Sunan Ampel, dan masih ramai dikunjungi peziarah setiap hari. Berikut kisah mbah bolong dan panduan ziarah kubur Mbah Bolong.

Sejarah dan Asal-usul Mbah Bolong

Mbah Bolong, yang memiliki nama asli Mbah Sonhaji, merupakan salah satu murid Sunan Ampel. Ia berasal dari Hadhramaut, Yaman, dan datang ke tanah Jawa sekitar tahun 1417 Masehi bersama beberapa kerabat dan keturunan habaib.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di antara rombongan tersebut terdapat Sayyid Robbinur, Sayyid Ahmad Faqih (Mbah Kaliagung Gresik), Sayyid Laduni, dan Sayyid Silbani. Kehadiran mereka di Jawa menjadi bagian dari upaya penyebaran ajaran Islam yang dilakukan keturunan habaib pada masa itu.

Rombongan ini mendapat arahan dari Sayyid Abdulmajid untuk berguru kepada Sunan Ampel di Padepokan Ampel Denta, Surabaya. Di sinilah Mbah Sonhaji mengabdi selama bertahun-tahun hingga akhir hayatnya, meninggalkan jejak spiritual yang terus dihormati hingga sekarang.

ADVERTISEMENT

Penentuan Arah Kiblat dan Karomah Mbah Bolong

Ketika pembangunan Masjid Agung Sunan Ampel pada tahun 1421 Masehi, Mbah Bolong ditugasi menentukan arah kiblat dan posisi mihrab. Ia dikenal memiliki kemampuan dalam ilmu perbintangan dan falak, sehingga dipercaya mampu menentukan arah kiblat secara presisi.

Namun, setelah pembangunan masjid selesai, muncul keraguan dari sebagian masyarakat. Untuk menjawab hal itu, Mbah Bolong kemudian menghujamkan jarinya ke dinding barat masjid hingga tercipta sebuah lubang.

Ia meminta orang-orang mengintip melalui lubang tersebut, dan mereka mengaku melihat arah Makkah. Peristiwa ini membuat masyarakat semakin menghormatinya dan nama "Mbah Bolong" pun melekat sejak saat itu.

Makam Mbah Bolong terletak tepat di depan Masjid Agung Sunan Ampel. Konon, berziarah ke makamnya dipercaya dapat membantu menyembuhkan anak-anak yang nakal atau sulit diatur.

Masjid Agung Sunan Ampel dan Peran Mbah Bolong

Masjid Agung Sunan Ampel berdiri sekitar tahun 1421 Masehi dengan arsitektur Jawa Kuno berornamen Arab. Masjid ini memiliki 16 tiang kayu jati berukuran 17 meter tanpa sambungan, dengan diameter 60 sentimeter.

Tinggi 17 meter tersebut melambangkan jumlah rakaat salat wajib dalam sehari. Keberadaan Mbah Bolong menjadi bagian penting dalam sejarah pendirian masjid ini, terutama dalam penentuan kiblat yang hingga kini tetap dipertahankan.

Adab Ziarah Kubur

Ziarah kubur menjadi salah satu cara untuk mendoakan almarhum sekaligus mengingatkan diri akan kematian. Saat berziarah, penting menerapkan adab agar ibadah berjalan khidmat dan penuh penghormatan.

1. Mengucapkan Salam

Peziarah dianjurkan mengawali kunjungan dengan salam kepada penghuni makam. Saat mengucapkan salam, hendaknya menghadap ke arah makam. Lafal salam ziarah kubur.

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ أَسْأَلُ اللَّهَ لَنَا وَلَكُمْ الْعَافِيَة

Artinya: Keselamatan kepada penghuni kubur dari kaum mukminin dan muslimin, kami insyaallah akan menyusul kalian semua. Aku memohon keselamatan kepada Allah untuk kami dan untuk kalian. (HR Muslim)

2. Melepas Alas Kaki

Saat berada di area makam, dianjurkan melepas alas kaki sebagai bentuk penghormatan kepada penghuni kubur.

3. Membaca Surat-surat Pendek

Rasulullah SAW menganjurkan pembacaan surat-surat pendek. Hal ini bermanfaat sebagai doa bagi mayit sekaligus pahala bagi peziarah.

4. Mendoakan Mayit

Peziarah dianjurkan memohonkan ampun dan kebaikan bagi almarhum. Saat berdoa boleh mengangkat tangan dan dianjurkan menghadap kiblat, namun tidak diperkenankan menangis berlebihan atau meratapi kepergian mayit.

5. Tidak Duduk atau Berjalan di Atas Makam

Peziarah tidak diperbolehkan duduk atau berdiri di atas makam. Namun boleh berjalan di sisi atau di antara makam.

6. Menyiram Air

Menyiram air di atas makam diperbolehkan, sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut:

أن النبي ( صلى الله عليه وسلم ) رش على قبر ابراهيم ابنه ووضع عليه حصباء

Artinya: Sesungguhnya Rasulullah SAW menyiram air di atas kubur Ibrahim, anaknya, dan meletakkan kerikil di atasnya. (HR Abu Daud)

Artikel ini ditulis Eka Fitria Lusiana, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads