Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) menyebut kopi bisa jadi instrumen strategis untuk mengurangi kemiskinan. Hal itu dia sampaikan saat Seminar Nasional dan Temu Usaha di Audotorium Universitas Jember.
"Pengembangan kopi berbasis desa harus dipahami sebagai strategi konkret untuk menurunkan kemiskinan secara berkelanjutan," kata Wakil Kepala BP Taskin, Iwan Sumule, Rabu (26/11/2025).
Selanjutnya kata dia, struktur pasar yang selama ini menempatkan desa hanya sebagai pemasok harus dibalik. Sehingga, kata dia, industrialisasi kopi berbasis desa harus menjadi lahan baru.
"Nilai tambahnya harus tinggal di desa, mulai dari pencurian, sangrai, pengemasan hingga branding," ujarnya.
Iwan menambahkan, jika nilai tambah kopi kembali ke desa, maka petani akan memperoleh porsi yang layak.
"Dan kopi akan benar-benar menjadi alat pembebasan sosial serta pengentasan kemiskinan di Jember dan seluruh Tapal Kuda," paparnya.
Sementara itu, Bupati Jember, Muhammad Fawait menyebut, Jember ini memiliki potensi agraris (kopi terbesar). Namun, angka kemiskinannya menjadi yang tertinggi di Jawa Timur.
"Selama ini, Jember dikenal sebagai penghasil kopi, tetapi justru menjadi wilayah dengan angka kemiskinan tertinggi di Jatim," ungkapnya.
Maka dari itu, kata dia, Pemkab mendorong hutan sosial menjadi solusi konkret. Tujuannya, ialah agar Jember zero kemiskinan ekstrem di tahun 2029.
"Itu bagian dari upaya menuju zero miskin ekstrem di tahun 2029 dan menjadikan Jember sebagai kopi Nusantara. Sekaligus juga menjadi penggerak ekonomi di Tapal Kuda," tandasnya.
Simak Video "Video: Dapur Makan Gratis di Daerah 3T Masih Kurang "
(auh/abq)