Musim Hujan Tiba, Surabaya Dihantui Ancaman Genangan dan Banjir

Aprilia Devi - detikJatim
Senin, 17 Nov 2025 12:40 WIB
Genangan Banjir di Surabaya. Foto: Esti Widiyana
Surabaya -

Memasuki musim hujan, Kota Surabaya kembali menghadapi ancaman genangan dan banjir di sejumlah titik. Sebagai kota metropolitan dengan aktivitas tinggi, Surabaya membutuhkan kesiapan infrastruktur dan tata kota yang matang untuk menghadapi puncak musim penghujan.

Akademisi mengingatkan pentingnya langkah preventif melalui perencanaan tata kota. Dosen Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga Dio Alif Hutama mengatakan antisipasi dini sangat penting karena puncak musim hujan diprediksi terjadi pada Januari hingga Februari 2026.

"Fenomena banjir yang muncul di beberapa wilayah Surabaya menunjukkan kapasitas infrastruktur drainase perkotaan Surabaya masih belum memadai, khususnya menghadapi fenomena cuaca ekstrem yang kerap terjadi," ujar Dio, Senin (17/11/2025).

Ia menjelaskan permukaan tanah yang semakin tertutup beton membuat air sulit meresap secara optimal. "Sedangkan, saluran air di beberapa titik mengalami sedimentasi dan keterbatasan kapasitas," jelasnya.

Dio menilai banjir di Surabaya merupakan kombinasi faktor alam dan aktivitas manusia. Hujan berintensitas tinggi dalam waktu singkat kerap melampaui kapasitas drainase, terlebih jika saluran mengalami penyumbatan atau penyempitan akibat sedimentasi. Kebiasaan membuang sampah ke sungai juga memperburuk aliran air.

"Makin banyaknya beton dan aspal di kawasan, juga membuat air hujan tidak dapat meresap ke tanah secara alami, sehingga mengalir langsung ke permukiman atau jalan," bebernya.

Ia menambahkan, wilayah pesisir Surabaya memiliki risiko lebih tinggi terhadap banjir dan genangan karena pengaruh gelombang pasang.

"Terlebih di wilayah pesisir seperti Surabaya terdapat risiko banjir rob akibat gelombang pasang di wilayah Selat Madura yang dapat memperparah kondisi banjir," tambahnya.

Menurut Dio, upaya pengendalian banjir membutuhkan infrastruktur kota yang optimal. Pemerintah perlu memastikan seluruh fasilitas pengendali banjir, mulai dari saluran, pompa air, pintu air, hingga pintu laut menuju muara, berfungsi maksimal. Ia juga menekankan pentingnya percepatan penyelesaian proyek-proyek drainase yang sedang berjalan.

"Tata kelola kota yang baik untuk mengantisipasi banjir di Surabaya perlu dilakukan secara terpadu, tidak hanya berfokus pada perbaikan saluran, tetapi pada pengelolaan ruang kota secara berkelanjutan. Pemerintah harus memastikan tidak terjadi alih fungsi lahan resapan seperti ruang terbuka hijau dan lahan basah," ungkapnya.

Dio menambahkan bahwa optimalisasi bozem atau kolam retensi di titik rawan genangan dapat menjadi solusi penampungan sementara air hujan sebelum dialirkan ke sungai atau laut.

Namun, upaya teknis tersebut harus dibarengi dengan disiplin dalam penerapan tata ruang, serta peningkatan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan hingga menyumbat saluran air.

"Pemerintah perlu memastikan infrastruktur pengendali banjir agar berfungsi optimal dan tata ruang kota dijalankan secara konsisten, sementara masyarakat juga harus berperan aktif menjaga lingkungan," pungkasnya.



Simak Video "Video Surabaya Banjir Akibat Hujan Lebat, Walkot Eri: Semua Sungai Penuh"

(ihc/ihc)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork