Desa Durungbedug Juga Punya Dusun dengan Nama Unik Ini

Suparno - detikJatim
Minggu, 16 Nov 2025 09:00 WIB
Dusun dengan nama unik di Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Foto: Suparno/detikJatim
Sidoarjo -

Tak hanya nama desa yang unik, Desa Durungbedug juga menyimpan keistimewaan pada salah satu bagiannya, yaitu Dusun Bedug Dowo. Terletak di bagian barat desa, dusun ini memiliki cerita yang masih terkait erat dengan asal-usul nama Desa Durungbedug.

Dusun Bedug Dowo berada di wilayah Desa Durungbedug, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Penamaan dusun ini berasal dari cerita masyarakat lokal tentang kehidupan para pendahulu yang membuka lahan pertanian di kawasan tersebut.

Menurut warga Desa Durungbedug, Nyoto (60), nama Dusun Bedug Dowo juga berasal dari cerita babat alas yang dilakukan para leluhur untuk membuka lahan pertanian. Pada saat itu, tiga bersaudara Mbah Bonggo, Mbah Beronto, dan Mbah Bongso, tetap bekerja dan tidak istirahat meski sudah masuk waktu zuhur.

"Kalau di sebelah barat desa, karena bedugnya dianggap 'dowo' atau panjang, jadinya dinamai Dusun Bedug Dowo," ungkap Nyoto saat ditemui detikJatim di musala setempat, Sabtu (15/11/2025).

Bedug yang dimaksud bukan sekadar penanda waktu, tapi durasinya yang panjang membuat para leluhur tetap melanjutkan pekerjaan hingga selesai, sehingga nama dusun itu pun melekat hingga kini.

Sementara itu, nama Desa Durungbedug dalam bahasa Jawa, memiliki arti belum zuhur. Bagi warga setempat, nama ini bukan sekadar penanda wilayah, melainkan bagian dari cerita panjang yang diwariskan turun-temurun. Nama ini menggambarkan kebiasaan leluhur untuk selalu berhenti bekerja sebelum bedug zuhur berbunyi.

"Dulu itu ada dua sebutan, Durungbedug dan Bedug Dowo. Keduanya berasal dari cerita orang-orang tua tentang babat alas. Kerjanya selalu berhenti sebelum bedug zuhur, makanya disebut Durungbedug," ungkap Nyoto.

Ia menjelaskan, Mbah Bonggo, Mbah Beronto, dan Mbah Bongso, yang pertama kali membuka hutan lebat di kawasan tersebut, merupakan warga dari daerah lain. Di sana, mereka membangun gubuk sederhana sebelum mulai membabat alas.

"Yang babat alas itu ya tiga bersaudara itu. Mereka sama-sama buka lahan buat persawahan," tambah Nyoto.

Selain legenda, bukti sejarah juga memperkuat keberadaan Desa Durungbedug. Komunitas Sidoarjo Masa Kuno menemukan peta buatan Belanda tahun 1892 yang sudah mencantumkan nama desa ini.

"Ada kemungkinan 'Durung' itu berasal dari kata Durun, yang berarti lumbung padi kecil. Bisa juga berarti wadah penyimpanan hasil panen," kata Ketua Komunitas Sidoarjo Masa Kuno Sudi Harjanto, saat dihubungi detikJatim melalui telepon selulernya.

Menurut dia, masyarakat masa lalu sering menamai suatu tempat berdasarkan kondisi geografis maupun aktivitas ekonomi yang dominan. Jika merujuk pada versi ini, Desa Durungbedug dapat berarti kawasan lumbung atau tempat penyimpanan hasil pertanian.

"Nama-nama desa zaman dulu biasanya menggambarkan kehidupan masyarakatnya. Jadi, baik cerita rakyat maupun bukti peta lama, sama-sama menjadi jejak sejarah sosial yang menarik," ujar Sudi.

Meski memiliki dua versi asal-usul, keduanya justru saling melengkapi. Cerita rakyat menggambarkan kehidupan para pembabat alas yang membangun peradaban awal desa, sementara catatan sejarah dari era kolonial memberi gambaran tentang aktivitas pertanian yang kuat di kawasan itu.

"Hingga kini, nama Durungbedug tetap menjadi identitas khas desa tersebut, sebuah nama yang memadukan legenda, tradisi, dan jejak sejarah masa lampau," pungkas Sudi.



Simak Video "Video Santri Cerita Momen Terjebak 3 Hari di Reruntuhan Ponpes Sidoarjo"

(auh/irb)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork