Bangganya PKB Jatim Usai Gus Dur-Mbah Kholil Jadi Pahlawan Nasional

Bangganya PKB Jatim Usai Gus Dur-Mbah Kholil Jadi Pahlawan Nasional

Faiq Azmi - detikJatim
Rabu, 12 Nov 2025 13:30 WIB
PKB Jatim
PKB Jatim/Foto: Istimewa
Surabaya -

Ketua DPW PKB Jatim Abdul Halim Iskandar atau yang akrab disapa Gus Halim menyampaikan rasa syukur dan kebanggaan atas penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada tiga tokoh besar asal Jawa Timur yakni Syaikhona Mohammad Kholil atau Mbah Kholil Bangkalan, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan Marsinah.

Menurutnya, ketiga tokoh tersebut memiliki jasa dan pengaruh besar bagi bangsa Indonesia, khususnya dalam memperjuangkan kemanusiaan, keadilan, dan nilai-nilai kebangsaan.

"Kita tahu, pertama Syaikhona Kholil adalah guru dari para kiai besar di Indonesia, termasuk gurunya Hadrodusyaikh Hasyim As'yari, gurunya KH Bisri Syansuri, gurunya KH Wahab Hasbullah, dan kiai-kiai besar lainnya. Jadi sangat layak mendapatkan gelar pahlawan nasional," ujar Gus Halim saat Muspimwil di Surabaya, Rabu (12/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gus Halim menjelaskan, Syaikhona Kholil Bangkalan tidak hanya dikenal sebagai ulama karismatik, tetapi juga sebagai 'kiainya para kiai', karena hampir seluruh pendiri pesantren besar di Nusantara memiliki hubungan keilmuan dan sanad spiritual dengan beliau. Warisan pemikiran dan ajaran Syaikhona Kholil, lanjutnya, sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter keislaman yang moderat, berakhlak, dan humanis di Indonesia.

ADVERTISEMENT

Tokoh kedua, lanjut Gus Halim, adalah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang dikenal sebagai tokoh pluralisme, demokrasi, dan kemanusiaan universal.

"Kedua, Gus Dur, kita semua tahu siapa beliau. Gus Dur telah mengajarkan kepada kita bagaimana kemanusiaan ditempatkan di atas segala perbedaan. Itu juga ajaran yang beliau warisi dari para ulama, termasuk dari Syaikhona Kholil," ungkapnya.

Kemudian tokoh ketiga yang juga mendapat gelar Pahlawan Nasional tahun ini adalah Marsinah, seorang aktivis buruh perempuan yang menjadi korban pelanggaran HAM di masa Orde Baru.

"Yang ketiga, Marsinah. Saya yakin teman-teman muda banyak yang belum mengenal Marsinah. Beliau pada tahun 1993 memimpin aksi untuk menaikkan upah buruh, tapi kemudian mendapatkan perlakuan yang sangat tidak manusiawi pada masa itu. Itu masih Orde Baru, jadi penanganannya bukan di kepolisian, tapi di Kodim dan Oramel," jelas Gus Halim.

Marsinah, lanjutnya, merupakan simbol perjuangan buruh di Indonesia.

"Beliau adalah pejuang buruh yang hendak melakukan advokasi terhadap rekan-rekannya yang ditangkap karena berdemo menuntut kenaikan upah. Dua hari setelah itu, ia tidak pulang, dan kemudian ditemukan dalam keadaan sudah menjadi jenazah dengan kondisi yang sangat memprihatinkan," tuturnya.

Marsinah dimakamkan di Kabupaten Nganjuk dan dikenal sebagai ikon perjuangan kelas pekerja di Indonesia.

"Itulah Marsinah. Makamnya di Nganjuk, dan beliau menjadi tokoh buruh kita pada masa itu. Alhamdulillah, kemarin juga telah mendapat gelar pahlawan nasional. Jadi, Jawa Timur menambah tiga tokoh besar yang kini diakui secara nasional," ucapnya.

Menurut Gus Halim, PKB sebagai partai politik yang lahir dari rahim NU merasa memiliki tanggung jawab moral untuk meneladani nilai-nilai perjuangan ketiga tokoh tersebut.

"Itulah rasa syukur kita pada hari ini, dengan mendoakan beliau bertiga, berselawat bersama, dan sekaligus melaksanakan Musyawarah Pimpinan Wilayah PKB Jawa Timur," katanya.

Ia menegaskan bahwa nilai kemanusiaan menjadi benang merah yang menghubungkan perjuangan Syaikhona Kholil, Gus Dur, dan Marsinah.

"Nilai-nilai perjuangan dari Syaikhona Kholil dan Gus Dur harus diteladani oleh anak-anak muda, yaitu nilai kemanusiaan. Para kiai kita selalu mengedepankan urusan kemanusiaan. Tidak melihat orang dari sisi apapun selain bahwa ia manusia dan harus dimanusiakan," tegas Gus Halim.

Ajaran tersebut, kata Gus Halim, adalah warisan langsung dari Syaikhona Kholil Bangkalan yang terus diteruskan oleh para santrinya hingga generasi sekarang.

"Itu ajaran Syaikhona Kholil Bangkalan yang diturunkan kepada santri-santrinya, kemudian kepada santri-santri dari para santri beliau, termasuk Gus Dur. Hari ini beliau adalah pahlawan nasional yang harus kita syukuri dan banggakan," ujarnya.

Terkait perdebatan tentang siapa pihak yang mengusulkan nama hingga ditetapkan sebagai pahlawan nasional, Gus Halim menyebut hal itu tidak penting.

"Mau diklaim siapa yang mengajukan tidak penting bagi PKB. Karena ajaran Gus Dur adalah kemanusiaan. Beliau-beliau itu tokoh yang mengedepankan kemanusiaan dan harus kita hormati. Hari ini tiga tokoh Jawa Timur mendapat gelar pahlawan nasional, dan PKB sebagai bagian dari Jawa Timur wajib mensyukurinya," katanya.

Menanggapi persoalan kesejahteraan buruh yang masih menjadi tantangan hingga kini, Gus Halim menegaskan bahwa PKB tidak akan berhenti memperjuangkannya.

"Kita tidak akan pernah berhenti memperjuangkan nasib buruh. Seperti yang disampaikan oleh kakak Marsinah kepada Presiden, bagaimana agar sistem outsourcing dihapus. Karena buruh harus punya kepastian nasib. Outsourcing itu kan buruh bekerja, tapi tuannya bukan pemilik. Ini tentu menjadi persoalan keadilan yang perlu dibenahi," tegasnya.

Lebih lanjut, Gus Halim menegaskan bahwa perjuangan kemanusiaan sebagaimana yang diajarkan Gus Dur masih menjadi ruh perjuangan PKB.

"Cita-cita Gus Dur masih banyak yang belum tersampaikan, terutama hak-hak dasar manusia untuk hidup, bekerja, dan mempertahankan harta. Itu semua urusan kemanusiaan yang menjadi ruh perjuangan PKB sampai hari ini," tuturnya.

Selain berbicara soal nilai kemanusiaan dan kesejahteraan buruh, Gus Halim juga menyinggung rencana revitalisasi pesantren yang tengah menjadi perhatian pemerintah.

"PKB dari awal mengawal terus. Bukan hanya untuk pesantren, tapi perhatian pemerintah harus diberikan kepada semua lembaga pendidikan dan semua agama. Kebetulan hari ini pesantren mendapat perhatian lebih, dan kita syukuri itu," pungkasnya.

Dengan demikian, melalui Muspimwil PKB Jawa Timur tahun 2025 ini, Gus Halim menegaskan kembali bahwa PKB akan terus berjuang menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan kebangsaan, sebagaimana diwariskan oleh Syaikhona Kholil, Gus Dur, dan Marsinah, tiga tokoh kebanggaan Jawa Timur yang kini diabadikan sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia.

Halaman 2 dari 2
(faa/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads