Dokter Ingatkan Orang Tua Waspadai DBD pada Anak Saat Musim Hujan

Dokter Ingatkan Orang Tua Waspadai DBD pada Anak Saat Musim Hujan

Aprilia Devi - detikJatim
Jumat, 07 Nov 2025 09:00 WIB
Ilustrasi. Fogging pemberantasan nyamuk penyebab DBD di Ponorogo.
Pengasapan untuk pemberantasan nyamuk penyebab DBD. (Foto: Charolin Pebrianti/detikJatim)
Surabaya -

Memasuki musim hujan, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) perlu diwaspadai. Termasuk kasus DBD yang bisa terjadi pada anak-anak.

Dokter spesialis anak dr Gina Noor Djalilah, Sp.A, MM, mengingatkan para orang tua agar lebih waspada terhadap penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti ini, terutama pada anak-anak di bawah usia 15 tahun.

"Demam Berdarah Dengue atau DBD merupakan penyakit infeksi serius di Indonesia hingga saat ini, apalagi jika menyerang anak-anak yang masih berusia di bawah 15 tahun. Orang tua harus waspada terhadap penyakit DBD, gejala yang ada jika terjadi pada anak," ujar Gina, Jumat (7/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, demam berdarah merupakan penyakit infeksi yang paling umum sekaligus paling sering terjadi di kawasan Asia Tenggara. Sayangnya, masih banyak orang tua yang belum memahami gejala awal DBD pada anak, sehingga penanganan sering terlambat.

ADVERTISEMENT

Ia menjelaskan, DBD terbagi menjadi tiga jenis, yakni demam dengue, demam berdarah dengue, dan dengue shock syndrome. Pada tahap awal, di beberapa kasus demam dengue sering kali disalahartikan sebagai flu biasa.

"Setelah digigit nyamuk, anak dapat mengalami demam tinggi 3 sampai 14 hari, anak mengeluh mual, muntah dan sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri otot serta muncul ruam kemerahan pada kulit," jelasnya.

Jika tidak segera tertangani, kondisi bisa memburuk menjadi demam berdarah dengue dengan gejala seperti mata bengkak, sesak napas, perut membesar, dan perdarahan spontan.

"DBD pada anak juga bisa terjadi karena imunitas anak masih tidak terlalu kuat untuk melawan paparan virus. Risiko masalah DBD pada anak ini bisa sangat berbahaya apabila penanganan terlambat dilakukan," tegasnya.

Gejala selanjutnya biasanya muncul pada hari keempat atau kelima setelah demam menurun. Anak bisa mengalami mimisan, muntah darah, gusi berdarah, hingga feses berdarah. Pada kondisi ini, jumlah trombosit dapat menurun drastis hingga tubuh yang bisa mengalami kebocoran plasma.

Tahap paling fatal adalah dengue shock syndrom (DSS), yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, gangguan kesadaran, hingga kegagalan organ.

"DBD pada anak yang paling berat adalah dengue syok syndrome atau DSS. Ini merupakan jenis demam berdarah yang paling fatal. Saat anak mengalami demam berdarah ini, gejala yang muncul adalah gejala demam dengue dan DBD," lanjutnya.

Gina pun mengimbau pentingnya pencegahan sejak dini, termasuk di musim hujan. Orang tua juga harus memahami dan mengenal gejala dari DBD.

"Orang tua sangat perlu mengetahui apa saja gejala DBD pada anak. Kuatkan imunitas tubuh, cukupi kebutuhan cairan anak harian, makan makanan bergizi, berikan vitamin atau suplemen dan kenali gejalanya agar selalu waspada pada penanganan DBD," imbaunya.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads