Gerakan hijau ternyata bisa menular. Dari kampung kecil di Sidoarjo, semangat warga mengelola sampah kini menembus lintas daerah. Pemerintah Desa Mantingan, Rembang, Jawa Tengah datang langsung untuk belajar bagaimana langkah kecil bisa mengubah wajah lingkungan.
Mereka melakukan kunjungan belajar ke Kampung Edukasi Sampah (KES) di RT 23 RW 07, Sekardangan, Sidoarjo, Minggu (2/11/2025).
Sebanyak 40 peserta hadir dalam kegiatan tersebut, mulai dari perangkat desa, BPD, BUMDes, hingga warga pelopor lingkungan. Mereka datang bukan hanya untuk mendengar, tapi juga melihat langsung bagaimana warga Sekardangan mengubah kampungnya lewat pengelolaan sampah berbasis partisipasi warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitu tiba, rombongan disambut suasana kampung yang bersih, rapi, dan penuh edukasi visual seputar lingkungan. Kampung Edukasi Sampah menjadi contoh nyata bahwa perubahan besar bisa berawal dari langkah kecil.
Dari Pemilahan hingga Energi Bersih
Dalam kunjungan itu, para peserta diajak berkeliling melihat berbagai praktik nyata pengelolaan sampah. Mulai dari pemilahan sampah rumah tangga, komposter rumah tangga dan komunal, sumur resapan organik, hingga pembuatan eco enzyme dan pupuk organik cair (POC).
Tak hanya itu, mereka juga menyaksikan budidaya maggot yang mengolah sampah dapur menjadi pakan ternak bernilai ekonomi. Bank sampah di tingkat RT juga menjadi perhatian karena berhasil mendorong masyarakat memandang sampah sebagai sumber daya.
Tak berhenti di situ, KES juga menerapkan panel surya untuk energi bersih serta IPAL sederhana agar air limbah rumah tangga tetap jernih dan aman.
Pegiat Lingkungan Kampung Edukasi Sampah, Edi Priyanto menyebut, belajar langsung dari lapangan adalah kunci perubahan perilaku.
"Melihat membuat kita percaya, karena mata tidak bisa dibohongi. Mencoba membuat kita berubah, karena pengalaman langsung menumbuhkan pemahaman sejati," ujar Edi kepada detikJatim, Minggu (2/11/2025).
Menurutnya, gerakan lingkungan bukan soal proyek besar, tapi tentang membangun kesadaran dan budaya baru di tengah masyarakat.
"Gerakan ini bukan tentang siapa yang lebih dulu, tapi siapa yang mau memulai dan tidak berhenti. Meniru kebaikan itu mulia, karena setiap kebaikan yang ditiru akan melahirkan kebaikan baru," tambahnya.
Edi Priyanto menegaskan bahwa perubahan besar lahir dari langkah kecil yang dilakukan terus-menerus oleh warga.
"Gerakan lingkungan bukan sekadar memilah sampah, tapi soal kesadaran menjaga bumi dan meninggalkan warisan moral bagi generasi mendatang. Bumi ini bukan warisan nenek moyang kita, melainkan titipan untuk anak cucu," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Mantingan, Yuliani Ari Setyaningsih, SE, mengaku terinspirasi oleh praktik nyata di Kampung Edukasi Sampah.
"Kami belajar banyak tentang pengelolaan sampah dari pemilahan, komposter, POC, maggot, hingga energi surya dan IPAL. Ilmu ini akan kami terapkan di Desa Mantingan," ungkap Yuliani.
Dalam kesempatan ini, Ketua RT 23 RW 07 Sekardangan, Andi Hariyadi, turut menyambut antusiasme tamu dari Rembang.
"Kami senang bisa berbagi. Semoga pengalaman ini menular dan menginspirasi desa-desa lain di Indonesia," katanya.
(irb/hil)











































