Teknologi pertanian yang semakin maju memberi peluang besar kepada para petani di Bumi Majapahit Mojokerto untuk meningkatkan produktivitas dan kemakmuran. Perlahan tapi pasti, mereka diajari untuk mengaplikasikan pertanian presisi yang berkelanjutan.
Seperti yang dikerjakan PT Pupuk Indonesia (Persero) melalui programnya, Rembuk Tani. Dalam program ini, mereka menerjunkan Tim Agronomis Mobil Uji Tanah (MUT) untuk mengedukasi dan melayani para petani. Mulai dari edukasi dan rekomendasi pemupukan berimbang, hingga memberi layanan uji tanah gratis.
Tim Agronomis MUT Pupuk Indonesia Wilayah Jatim Bagian Barat, Doni Presila (40) mengatakan, saat ini terdapat 3 MUT di Jatim. Ia bersama timnya mengoperasikan salah satu MUT untuk melayani wilayah Malang, Blitar, Kediri, Tulungagung, Trenggalek, Jombang, Madiun, Ngajuk, Mojokerto, Ponorogo dan Pacitan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami punya 3 mobil uji tanah di Jatim. Setiap minggu kami pindah kabupaten atau kota," kata Doni saat dikonfirmasi detikJatim melalui sambungan telepon, Sabtu (1/11/2025).
Setiap rembuk tani menjadi momen bagi Doni untuk mengedukasi para petani tentang pemupukan berimbang. Yaitu pemberian pupuk yang menyesuaikan kebutuhan tanaman sekaligus mampu menjaga kualitas tanah. Untuk menjaga kualitas tanah, dibutuhkan pupuk organik, seperti Petroganik dari Pupuk Indonesia seharga Rp 32.000/sak isi 40 Kg. Sedangkan pupuk kimia sebagai nutrisi tanaman untuk bertumbuh, berkembang dan berbuah.
"Fungsi pupuk organik yang pertama, membantu memperbaiki struktur dan tekstur tanah. Kedua, menjadi sumber nutrisi hewan dalam atau menggemburkan tanah," terangnya.
Maka, lanjut Doni, dosis pupuk seimbang untuk setiap jenis tanaman dan kondisi lahan pastinya berbeda. Agar pemupukan berimbang benar-benar tepat atau presisi, pihaknya melayani uji tanah gratis untuk para petani. Terdapat 5 kandungan tanah yang diuji, yaitu tingkat keasaman (PH), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), serta C-organik.
Layanan ini pertama kali menyentuh Kabupaten Mojokerto pada Rabu (15/10/2025). Yakni saat rembuk tani di kios atau Penerima Pada Titik Serah (PPTS) pupuk bersubsidi UD Anugerah Subur milik Arif Muhartono di Jalan Gempol-Mojokerto, Dusun Ringgit, Desa Kembangringgit, Kecamatan Pungging. Dalam kegiatan yang diikuti 25 petani dari Kecamatan Pungging dan Ngoro ini, Tim Agronomis MUT Pupuk Indonesia menguji sampel tanah dari lahan para petani.
Hasil pengujian tanah menjadi acuan tim tersebut untuk memberikan rekomendasi dosis pemupukan yang berimbang kepada setiap petani. Tak sampai di situ, para petani juga bisa mengirim sampel tanah ke markas tim di Nganjuk setiap menjelang panen. Nantinya, rekomendasi pemupukan berimbang akan dikirim melalui WhatsApp maksimal 1 minggu setelah sampel diterima.
Menurut Doni, sampel setiap bidang lahan cukup 0,5 Kg berupa campuran tanah dari 5 titik, yaitu tengah dan 4 titik di bagian pinggir lahan. Tanah yang diambil dari kedalaman 25-30 cm. Kemudian sampel dikirim dengan menyertakan nama dan nomor WhatsApp petani, lokasi lahan meliputi desa, kecamatan, kabupaten, serta jenis komoditas yang akan ditanam.
"Pemupukan yang tidak berimbang efeknya ke pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman kurang maksimal, tambah lama produktivitasnya menurun. Maka harus benar-benar diperhatikan dosis pemupukan," jelasnya.
Bagi Satuman (58), rembuk tani yang digulirkan Pupuk Indonesia sangat berarti. Sebab selama ini, dirinya melakukan pemupukan berdasarkan pengalaman turun temurun dan insting. Saat ini, ia mengolah lahan sekitar 5.000 meter persegi di Desa Jabontegal, Kecamatan Pungging untuk ditanami padi. Ia optimistis dengan pemupukan yang berimbang, panennya nanti lebih melimpah.
"Selama ini saya pakai feeling. Pelatihan seperti ini alhamdulillah menambah pengetahuan saya. Nanti kami praktikkan di lapangan. Kami siap selalu difasilitasi pengecekan tanah gratis," ujarnya.
Sedangkan Kepala Desa Jabontegal Nur Rohmad menyampaikan keluhan para petani saat rembuk tani. Menurutnya, sekitar 50% tanaman padi di desanya dalam kondisi tidak sehat sebab dedaunannya menguning dan akarnya memutih. Kasus ini terjadi di Dusun Jabon, Guwo, Bekatul dan Jokodayoh. Ia berharap masalah ini bisa diatasi karena setiap tahun, 129 petani di desanya 3 kali menanam padi berkat irigasi yang baik.
Dalam rembuk tani, Tim Agronomis MUT Pupuk Indonesia menguji sampel tanah dari 4 dusun di Desa Jabontegal. Masalah pun terkuak dari sampel tanah yang diuji. Ternyata sebagian lahan pertanian di desa ini mempunyai tingkat keasaman yang tinggi atau PH di atas 8. Sehingga mengakibatkan dedaunan dan akar padi abnormal. Kemudian tim memberikan rekomendasi pemupukan yang berimbang untuk padi maupun meningkatkan kualitas tanah.
"Terima kasih kepada tim dari Pupuk Indonesia, para petani kami akhirnya mengerti kesuburan tanah bisa dilihat dari pengecekan ini. Selama ini petani kami tidak tahu apa kendalanya. Sedangkan PPL (penyuluh pertanian lapangan) tidak punya alatnya," ungkapnya.
Rembuk Tani di Kios Pupuk UD Anugerah Subur, Desa Kembangringgit, Pungging, Mojokerto Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim |
Selain itu, kata Nur, rembuk tani juga membuka wawasan para petani ihwal pentingnya mengaplikasikan pupuk organik. Selama ini, para petani enggan menggunakannya karena memicu rumput yang lebat. Rupanya tingginya gulma terjadi karena waktu pengaplikasian pupuk organik yang tidak tepat. Seharusnya, Petroganik digunakan saat mengolah lahan sebelum tanam untuk mengurangi gulma.
"Yang dijelaskan Pupuk Indonesia betul, pupuk organik sangat penting untuk kesuburan tanah. Nanti kami sosialisasi ke para petani agar kita ukur kesuburan tanah. Karena Pupuk Indonesia sudah punya alatnya dan alhamdulillah layanan ini gratis," cetusnya.
Dikonfirmasi terpisah, Dosen Departemen Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Istika Nita, SP., MP berpendapat pertanian di Indonesia haruslah berkelanjutan. Baik dalam aspek ekologi, sosial maupun ekonomi. Dalam aspek ekologi, para petani dituntut menjaga kualitas tanah agar pertanian bisa berkesinambungan.
Menurutnya, kualitas tanah dipengaruhi 3 sifat tanah. Yaitu sifat fisik terkait tekstur tanah untuk penyediaan air, sifat kimia terkait PH dan unsur hara, serta sifat biologi terkait organisme di dalam tanah. Selain itu, komponen penyusun tanah juga harus proporsional. Idealnya, proporsi komponen tanah berupa mineral 45%, bahan organik 5%, serta air dan udara 25%.
"Untuk mengukurnya pasti susah. Yang bisa kita manajemen adalah bahan organik. Karena fungsi bahan organik tidak hanya sebagai sumber unsur hara, tapi juga memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan organisme di dalam tanah. Bahan organik mempunyai peran besar untuk memengaruhi kondisi fisik, kimia dan biologi tanah," terangnya.
Untuk memperbaiki maupun menjaga kualitas tanah, lanjut Istika, para petani juga bisa mengaplikasikan pupuk hayati. Pupuk ini mengandung organisme yang mempunyai kemampuan menyediakan unsur hara dalam tanah. Menurutnya, pupuk organik dan hayati juga untuk menekan ketergantungan para petani terhadap pupuk kimia. Terlebih di tengah kondisi masih kurangnya alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah.
Idealnya, pupuk hayati dan organik diaplikasikan pada tahap pengolahan lahan untuk mengurangi gulma. Namun, Istika mewanti-wanti para petani tidak langsung mengaplikasikan pupuk kandang atau kompos ke lahan tanpa melalui dekomposisi yang sempurna. Sebab material organik yang masih mentah justru merusak kualitas tanah, seperti menyebabkan PH tinggi. Oleh sebab itu, material organik harus lebih dulu difermentasi.
"Ketika (material organik, red) difermentasi, diawali kenaikan suhu disertai pelepasan asam-asam organik. Itu yang berbahaya kalau bahan organik mentah langsung diaplikasikan ke lahan justru menjadi masalah, salah satu efeknya meningkatkan PH tanah. Karena belum matang meningkatkan konsentrasi hidrogen dalam tanah melalui peningkatan asam organik. Kedua, suhu tanah meningkat. Ketiga, bisa memicu penyakit-penyakit di lahan," jelasnya.
Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto merilis lahan produktif saat ini seluas 36.204 hektare. Terdiri dari 29.009 hektare lahan mempunyai irigasi dan 7.195 hektare lahan tadah hujan. Lahan pertanian di Bumi Majapahit dikelola 298 gapoktan yang terdiri dari 1.133 poktan dengan anggota 87.768 orang petani. Komoditas yang ditanam berupa padi, tebu, jagung, kedelai, kacang, ketela, singkong, cabai rawit, tembakau dan porang.
Seperti yang disinggung Istika, alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah kepada para petani jauh dari kata cukup. Begitu pula yang terjadi di Kabupaten Mojokerto. Alokasi dari pemerintah baru di angka 64,92% atau 39.447 ton. Rinciannya, pupuk urea mendapatkan alokasi 84,08% atau 19.554 ton, NPK 57,97% atau 17.782 ton, sedangkan pupuk organik hanya 30,91% atau 2.111 ton.
Sedangkan kebutuhan seluruh petani di Kabupaten Mojokerto terhadap pupuk bersubsidi yang diusulkan dalam skema rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) tahun 2025 mencapai 60.760,9 ton. Terdiri dari pupuk urea 23.255,7 ton, NPK 30.675,91 ton, serta pupuk organik 6.829,29 ton.
Terkait pemupukan berimbang untuk pertanian berkelanjutan, menurut Istika, harus memperhatikan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah dengan memegang prinsip 5T. Yaitu tepat jenis, dosis, tempat, waktu dan cara. Apabila fungsi utama pupuk organik dan hayati untuk memperbaiki kualitas tanah, maka prinsip penggunaan pupuk kimia sebagai tambahan ketika ada kekurangan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Prinsip 5T kini ditambah dengan konsep pertanian internasional yang salah satu unsurnya Good Fertilizing Practices (GFP) atau pemupukan yang baik. Dalam konsep GFP, menurut Istika, produsen pupuk tak sekadar menggelontorkan pupuk sebanyak mungkin, tapi juga dituntut berperan mengedukasi para petani. Mulai dari cara mengaplikasikan, hingga dampak positif dan negatif penggunaan produk pupuk.
Maka, Program Rembuk Tani disertai layanan uji tanah gratis yang digulirkan PT Pupuk Indonesia, menurut Istika, sesuai prinsip 5T dan konsep GFP. Bahkan, ia menilai program tersebut sebagai langkah awal menuju pertanian presisi dan berkelanjutan. Karena pemupukan setiap bidang lahan garapan petani bakal benar-benar tepat dan berimbang.
"Dengan layanan yang diinisiasi oleh Pupuk Indonesia akan semakin mendorong ke arah seperti itu (pertanian presisi). Karena kondisi tanah tidak sama. Untuk menjaga keseimbangan, kita harus bisa memenuhi apa yang kurang dan harus bisa mengganti apa yang sudah diambil dari tanah," tandasnya.
(auh/hil)












































