Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) menggandeng Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya memperkenalkan nilai edukatif perfilman. Khususnya terkait dakwah di lembaga pendidikan.
Hal ini disampaikan melalui Kuliah Tamu Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) bertajuk "Dakwah Melalui Film: Peluang dan Tantangan bagi Gen Z dalam Menjaga Nilai Keimanan", di UM Surabaya.
LSF RI memperkenalkan nilai-nilai edukatif dalam perfilman nasional. Tujuannya, agar mahasiswa menjadi penonton sekaligus pembuat film yang cerdas, kritis, dan beretika dalam memaknai karya sinema sebagai media dakwah dan pendidikan.
Ketua Lembaga Pengkajian Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (LPAIK) UM Surabaya, Mukayat Al Amin, menekankan pentingnya film sebagai media dakwah kreatif di era digital.
"Film adalah media yang kuat dalam menyampaikan pesan moral dan spiritual. Generasi muda, khususnya mahasiswa, harus mampu memanfaatkan ruang digital dan film sebagai sarana dakwah yang menyentuh, bukan sekadar hiburan. Semoga banyak nilai kebaikan yang bisa diambil dari film ini," kata Mukayat, Senin (20/10/2025).
Sementara Ketua LSF RI, Naswardi mengapresiasi UM Surabaya telah menjadi salah satu perguruan tinggi pertama di Indonesia yang menjalin kerja sama resmi.
"Perguruan tinggi adalah pelita yang memberikan pencerahan ilmu, termasuk bagi perfilman nasional. Melalui kegiatan ini, kami ingin mengoptimalkan film sebagai media dakwah, pendidikan, pembelajaran, dan kebudayaan," kata Naswardi.
Menurutnya, perfilman nasional kini memasuki babak baru. Tahun 2024, jumlah produksi film nasional berhasil melampaui film impor, dengan 285 film nasional berbanding 283 film impor.
"Ini pertanda baik bagi ekosistem perfilman Indonesia. Ketika industri film tumbuh, maka ekonomi kreatif, lapangan kerja, dan kebudayaan lokal juga ikut berkembang. Film bukan hanya hiburan, tetapi juga cermin nilai dan identitas bangsa," jelasnya.
Naswardi menyebut, Muhammadiyah memiliki sejarah panjang dalam dunia perfilman. Banyak karya yang lahir dari semangat dakwah dan gerakan sosial Muhammadiyah, baik yang diproduksi secara organik oleh kadernya maupun diangkat dari kisah nyata di lingkungan Muhammadiyah.
Acara ini juga memperkenalkan film "Pengen Hijrah" yang akan tayang serentak pada 30 Oktober 2025. Aktor utama film tersebut, Affandi Eka Putramembegikan pengalaman spiritualnya selama proses pembuatan film.
"Pengen Hijrah bukan sekadar film religi, tapi perjalanan spiritual anak muda masa kini. Kami berharap film ini bisa menyentuh hati penonton dan mengajak mereka lebih dekat kepada Tuhan," ceritanya.
Kuliah tamu berlangsung interaktif, diwarnai dengan diskusi antara mahasiswa dan narasumber mengenai bagaimana nilai-nilai dakwah dapat dikemas secara kreatif melalui film tanpa kehilangan esensi moral dan spiritual.
Kegiatan ini memberikan pesan untuk memperkuat ekosistem perfilman nasional yang edukatif, beretika, dan berkeadaban, serta ajakan kepada mahasiswa untuk berperan aktif dalam menciptakan karya film yang membawa nilai kebaikan dan keimanan.
Diketahui, acara ini menghadirkan sejumlah tokoh penting, di antaranya: Syaifullah Agam (Direktur Film, Musik, dan Seni Kementerian Kebudayaan RI),Naswardi (Ketua Lembaga Sensor Film RI), Radius Setiyawan (Wakil Rektor Bidang Riset, Kerjasama, dan Digitalisasi), Mukayat Al Amin (Kepala LPAIK UMSurabaya), Titin Setiawati (Anggota LSF RI), Avesina Soebli (Produser film Pengen Hijrah), sertaAffandi Eka Putra, aktor utama dalam film Pengen Hijrah.
Simak Video "Video: Saat Wisudawati UM Surabaya Asal Palestina Minta Jodoh"
(dpe/abq)