Lingkungan RW 3, Tambakrejo, Surabaya terlihat seperti kampung-kampung lain di Surabaya. Padat penduduk tetapi bersih, asri, banyak pepohonan rindang dan tanaman yang menyejukkan. Yang membedakan, kerukunan warga di kampung ini benar-benar patut untuk diacungi jempol.
Sore itu, kampung ini tampak sibuk. Warga yang sehari-hari berdagang mulai bergerak keluar rumah, sementara anak-anak tampak bermain bersama dengan gembira. Di tengah canda tawa yang mewarnai perbincangan warga yang sedang bercengkerama, tampak 2 orang anak berpeci dan berjilbab berjalan kaki bersama berangkat mengaji.
Sikap warga antara satu dengan lainnya di kampung ini sangat khas Surabaya. Mereka begitu guyub, ramah, dan sopan. Siapa pun diterima di kampung ini. Mereka yang naik motor segera turun, mematikan mesin, lalu menundukkan kepala sekadar mengucap "monggo" atau "permisi" saat melewati kelompok warga yang bercengkerama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kampung RW 3 Tambakrejo yang menjadi labolatorium inovasi di Surabaya itu merupakan bagian dari Kampung Pancasila di Surabaya. Nilai-nilai Pancasila benar-benar diterapkan di kampung ini. Suasana nyaman dan tenang itu wujud dari kerukunan antarwarga yang memunculkan ide positif dari warga untuk warga.
![]() |
"Semua warga di sini saling mendukung kalau ada kegiatan baru dan positif. Kalau ada tamu dari luar yang bukan warga sini, warga menyambut dengan baik, bahkan anak-anak bisa menjelaskan program yang ada," kata Ketua RW 3 Tambakrejo, Tjuk Sumardi saat ditemui detikJatim, Selasa (14/10/2025).
Kerukunan yang Menggerakkan Inovasi
Limbah cair rumah tangga di Jalan Tambak Segaran I dan IV, RW 3, Tambakrejo menjadi salah satu keresahan bersama warga setempat. Mengingat itu adalah masalah bersama, warga di kampung itu tidak tinggal diam. Di bawah supervisi dari Tjuk Sumardi selaku Ketua RW, warga menciptakan inovasi Instalasi Pembuangan Limbah Cair Rumah Tangga (IPL CRT).
Instalasi IPL CRT itu memungkinkan limbah cair rumah tangga diolah kembali secara otomatis menjadi air bersih yang bermanfaat untuk lingkungan. Tjuk pun terus mengingatkan warga agar mereka tidak membuang oli bekas, minyak jelantah, maupun limbah sayur ke saluran air. Karena bahan-bahan itu sulit diolah.
IPL CRT yang dibuat dengan 4 tabung itu mampu menyaring limbah cair yang ada di saluran air di kampung itu menjadi air bersih yang bisa dimanfaatkan warga tapi tidak untuk dikonsumsi sebagai pengganti air PDAM.
"Tabung pertama berisi ampas penyaring atau kapas dakron yang biasa digunakan di akuarium. Tabung kedua batu zeolite untuk menghilangkan, mengurangi bau dan warna. Tabung ketiga karbon aktif. Tabung keempat pakai bio ball. Alat saya hanya menyaring, belum layak untuk dikonsumsi. Airnya hanya digunakan untuk siram-siram tanaman," jelasnya.
Ada sejumlah kran yang memancarkan air hasil pengolahan cairan limbah secara otomatis dengan fasilitas IPL CRT yang aktif 24 jam di Jalan Tambak Segaran. Kran itu bisa dimanfaatkan kapan saja oleh warga.
![]() |
Warga kerap memanfaatkan kran itu baik untuk menyiram tanaman maupun untuk mencuci kendaraan. Bahkan air itu juga bisa dimanfaatkan sebagai hujan buatan ketika Surabaya sedang panas-panasnya. Kran di sejumlah tiang di kampung itu bisa dinyalakan dan mengeluarkan air seolah-olah kampung sedang diguyur hujan.
"Kalau di sini misalnya dirasa panas, warga itu bisa buka kran air pengolahan limbah, nanti muncul hujan buatan. Limbah itu bisa bermanfaat untuk lingkungan," bebernya.
Hasil inovasi ini menjadi pionir dan percontohan bagi kampung lain di Surabaya. Fasilitas IPL CRT masuk dalam pilar ke-5 program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
"Ide saya yang mengolah limbah cair rumah tangga itu sekarang digunakan seluruh kelurahan yang ada di Kota Surabaya, dan saya yang mendampingi. Karena manfaat utamanya untuk lingkungan. Jadi di sini hijau (tanaman), warga nyiramnya dari air limbah yang sudah disaring," urainya.
Kebaikan yang Bernilai Ekonomi
Keguyuban warga RW 3 Kelurahan Tambakrejo juga makin diperkuat melalui pengembangan tanaman hidroponik maupun bank sampah yang dipusatkan di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) RW 3 Tambakrejo. Ibu-ibu dilibatkan langsung dalam program ini.
Selain fokus pada masalah lingkungan, kegiatan ini juga mempererat hubungan warga. Selain itu, kegiatan ini juga menjadikan warga mandiri secara ekonomi. Salah satunya melalui hasil panen tanaman hidroponik dan sampah daur ulang.
Khusus tanaman hidroponik, kegiatan tanam dan pindah tanam dilakukan setiap akhir pekan. Kegiatan panen sendiri menyesuaikan dengan masing-masing jenis tanaman meliputi Pakcoy, Samhong, Kangkung, Caisim, Selada, Pagoda, hingga Bayam Brasil.
Harganya pun beragam, per kilo gram sayuran biasanya dijual dengan harga Rp25.000 ke warga, sementara ke tengkulak dijual lebih murah Rp18.000 per kg. Selain dijual, ibu-ibu yang kreatif juga berhasil menyulap hasil tanaman itu menjadi kudapan atau jus.
![]() |
"Semuanya itu dijual. Memang saat ini skalanya masih kecil, lewat grup WA. Cuma kami pernah mengolah juga. Maksudnya dijual hasil olahan, dibikin puding, dibikin jus kayak gitu. Tapi ya lakunya masih sekitaran grup WA," ujar Luluk Irawan, salah satu warga yang terlibat dalam program hidroponik.
Hasil penjualan dari aktivitas ini digunakan ulang untuk keberlanjutan program tanaman hidroponik, sedangkan sisanya akan menjadi uang kas.
"Awalnya kami dapat bantuan dari Dinas Ketahanan Pangan, di-support sampai 3 tahun. Setelah itu dilepas dan sampai sekarang kami itu operasionalnya dari hasil penjualan. Dan ibu-ibu ini masih sifatnya sosial, mereka belum menerima penghasilan, tanpa bayaran. Hanya untuk komunitas saja," katanya.
Anak Tak Bergantung Gawai
Bukan hanya mencetuskan inovasi di bidang lingkungan, Kampung Pancasila juga menjadi percontohan soal kepedulian pada tumbuh kembang anak. Terutama berkaitan pendidikan karakter.
Selama 3 bulan terakhir, anak-anak begitu antusias dengan karpet rumput sintetis di kampung itu. Setiap hari sejak pukul 16.00 WIB-21.00 WIB, karpet sepanjang 120 meter itu digelar di Jalan Tambak Segaran IV. Di sana anak-anak bisa melakukan berbagai kegiatan positif tanpa gawai.
"Break pada saat salat magrib, harapannya anak-anak sejenak melupakan gawai. Untungnya warga mendukung. Sekarang kalau enggak digelar (karpet rumput sintetis), anak-anak teriak-teriak, 'Ayo Pak, ayo Pak, digelar Pak. Ayo digelar!" Kata Tjuk.
"Tapi perjanjiannya, aku mau menggelar kalau ini disapu dulu. Jadi anak-anak ini nyaponi dulu," cerita Tjuk sembari tertawa.
Setelah lewat pukul 21.00 WIB, karpet digulung lagi dan dipastikan tidak ada anak yang berkeliaran di luar rumah. Aktivitas dilanjutkan kawula muda Karang Taruna hingga orang dewasa yang berkegiatan sejak pukul 21.00-24.00
"Kemudian jam 12 tet tutup (seluruh aktivitas di kampung), besok pagi jam 05.00 WIB dibuka lagi. Dilanjutkan dengan senam bersama. Itu sudah rutin berjalan," katanya.
![]() |
Di akhir pekan, warga RW 3 Tambakrejo juga memfasilitasi berbagai kegiatan bagi anak mulai dari program mata pelajaran, minat bakat anak, hingga menabung. Akhir pekan di sana justru membuat anak-anak kampung lupa memegang gawai.
Satgas PPA RW 3 dan Kelurahan Tambakrejo, Erna Soelistijo Wigati (59) mengatakan setelah Pandemi COVID-19 atau sekitar 2 tahun lalu, kampung ini memiliki program mata pelajaran setiap hari Sabtu dan Minggu.
"Hari Minggu ada mata pelajaran Bahasa Inggris dan matematika. Ketika ada kesulitan tugas sekolah bisa disampaikan dan dibantu di hari Minggu. Mata pelajaran itu untuk membantu mereka yang tidak mampu, tidak mampu les, untuk membantu dia mengerjakan pekerjaan rumahnya," ujar Erna.
Tidak hanya pelajaran akademik, minat bakat anak pun terfasilitasi di kampung ini. Kegiatan karate dan futsal digelar setiap hari Sabtu. Demikian halnya hadrah cilik yang digelar setiap Rabu malam di masjid.
Program lainnya adalah menabung koin. Anak-anak dapat membeli koin dengan harga per biji Rp5.000 dan maksimal lima koin di satgas. Syarat menabung koin ini harus diketahui oleh orang tua dan tidak bersifat simpan pinjam.
"Mengambilnya saat nanti saat kenaikan kelas. Hanya menyimpan saja. Kalau misalnya penting, dia mau beli buku pelajaran, dia mau ambil boleh, tapi syaratnya orang tua harus tahu. Soalnya uangnya minta ke orang tua," tegasnya.
Bukan cuma itu, hebatnya lagi di Kampung Pancasila ini, anak-anak sudah dibiasakan berbicara di depan publik sejak dini. Mereka diajarkan untuk berani mengungkapkan perasaan.
Selain itu, edukasi seksual juga ditanamkan baik untuk anak laki-laki maupun perempuan. Dengan demikian anak tahu bagian tubuh mana yang tidak boleh disentuh orang lain, dan mereka juga sudah tahu harus berbuat apa saat ada kasus kekerasan dan pelecehan.
Sejengkal Lagi untuk Mewujudkan Mimpi
Kampung Pancasila menjadi inisiatif yang menancapkan akar ideologi bangsa hingga ke unit terkecil, yakni hingga Rukun Warga (RW). Bukan formalitas semata, gerakan ini wujud kolaborasi multi-elemen yang menggerakkan 4 pilar yakni lingkungan, kemasyarakatan, sosial budaya, dan ekonomi.
Kampung RW 3 Tambakrejo pun bertransformasi. Benang-benang Pancasila dijahit menjadi kekuatan nyata untuk mempercepat pembangunan kota. Kekuatan kampung, lingkungan yang positif, mampu memunculkan inovasi yang didukung kekompakan warga sehingga mereka bertumbuh bersama dan menjadi semakin kuat.
Ini adalah mimpi Eri Cahyadi sejak 2022 lalu. Sebagai Wali Kota Surabaya, Eri telah menjalankan Kampung Pancasila di sejumlah titik meski belum merata di 1.361 RW. Baru sekitar 30 RW yang menjadi percontohan Kampung Pancasila. Melihat hasil yang kian baik di 2025, Eri Cahyadi berniat menerapkan program ini di 786 RW dan 575 RW pada 2026.
"Ide awalnya sebuah kesejahteraan kota, kesejahteraan itu terwujud ketika semua pihak yang ada di kota terintegrasi dan bersatu. Memiliki rasa empati di kampung, saling membantu, tolong menolong, gotong royong sesama warga. Kalau bisa menjalankan Pancasila, maka kesejahteraan pasti terwujud. Kesejahteraan dimulai dari rumah, dari kampung," kata Eri kepada detikJatim di Kawasan Tembok Lor, Surabaya, Rabu (15/10).
Bukti keseriusan Eri dalam mewujudkan Kampung Pancasila dengan menerbitkan Surat Keputusan (SK) Wali Kota Nomor: 100.3.3.3/ 142/436.1.2/2025 tentang Satgas Kampung Pancasila pada 2 Juli 2025. Satgas Kampung Pancasila menjadi lompatan strategis dari program Kampung Madani yang berhasil meningkatkan kesejahteraan melalui pemberdayaan berbasis RW.
![]() |
Kampung Pancasila mempercepat terwujudnya RW kuat dan mandiri melalui gerakan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat mulai dari RW, RT, Kader Surabaya Hebat (KSH), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), Bunda PAUD, komunitas, hingga perguruan tinggi.
Munculnya Kampung Pancasila ini tidak menggantikan Kampung Madani, Kampung Gotong Royong, Kampung Tangguh, dan sejumlah kampung tematik lainnya. Melainkan melebur menjadi satu kesatuan dalam bingkai Kampung Pancasila dengan kekompakan dan kerukunan warga.
"Kampung Madani itu di dalamnya kampung Pancasila. Makanya ada empat pilar, ekonomi itu di Kampung Madani tapi tidak memilah sampah. Kampung Gotong Royong sifatnya sosial, kerja bakti, tetapi tidak membantu ekonomi, dan lainnya. Satu kampung tidak (menerapkan) empat (pilar). Akhirnya menjadi Kampung Pancasila (yang menerapkan empat pilar)," ujarnya.
Eri menyebut beberapa kampung berhasil menerapkan empat pilar Kampung Pancasila. Nanti, satgas Kampung Pancasila itu akan menjadi mentor untuk kampung lainnya sebagai contoh. Salah satu kampung yang sudah menjadi contoh ialah RW 3, Kelurahan Tambakrejo.
"Alhamdulillah beberapa Kampung Pancasila sudah berhasil dan berjalan. Saya ingin membentuk Surabaya dengan kekuatan kampung, dengan kekuatan warga. Kalau sudah ada contohnya, maka bisa bergerak untuk kampung lainnya," pungkasnya.
Ketua Satgas Kampung Pancasila, Irvan Widyanto mengatakan penilaian akan dilakukan Pemkot Surabaya untuk semua Kampung Pancasila. Tujuannya agar kampung itu tidak mati suri dan terus berbenah, menghidupkan gotong royong, serta mempererat kerukunan warga.
"Nanti Pak RT dan Pak RW bersama-sama dengan KSH itu melakukan self-assessment, artinya menilai diri sendiri, menilai kampungnya sendiri. Ada pertanyaan yang kita berikan melalui aplikasi dan akan keluar nilai masing-masing sektor (empat pilar)," kata Irvan.
Ada empat Perangkat Daerah yang bergerak sebagai koordinator satgas untuk menilai 4 pilar Kampung Pancasila. Yakni Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang akan mengkoordinir pilar lingkungan, Satpol PP di pilar kemasyarakatan.
"(Pilar) ekonomi ada Bu Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan (Dinkopdag). Dan sosial budaya oleh Ibu Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes)," ujarnya.
(dpe/abq)