Sebanyak 66 satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) di Kabupaten Bojonegoro belum memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS). Meski begitu, seluruhnya telah beroperasi dan mendistribusikan menu makan bergizi gratis (MBG) ke ribuan siswa di wilayah tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bojonegoro, Ninik Susmiati mengatakan, 66 SPPG yang saat ini beroperasi belum ada yang mengantongi sertifikat penjamin mutu kesehatan dan kebersihan itu.
"Yang operasional ada 66. Belum ada yang punya SLHS," ungkap Ninik, Selasa (7/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menegaskan, berdasarkan surat edaran resmi dari Badan Gizi Nasional (BGN), seluruh SPPG wajib segera mengurus sertifikat tersebut. Akhir Oktober, seluruh SPPG diharapkan sudah memiliki SLHS.
"Kalau edaran dari BGN, akhir Oktober harus sudah punya SLHS," tegas Ninik.
Ninik juga mengimbau para mitra yang hendak mendirikan SPPG agar melengkapi SLHS sebelum beroperasi. Selain itu, ia berharap dapur SPPG bisa tersebar merata hingga ke wilayah pelosok Bojonegoro seperti Kecamatan Sekar dan Kedewan.
"Menjangkau juga yang di pelosok. Jangan menumpuk di kota dan daerah dekat kota. Sebelum operasi, harus punya SLHS," jelas Ninik.
Sementara itu, berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber, ada lima sekolah di tiga kecamatan yang diduga mengalami keracunan usai menyantap menu MBG.
Kasus pertama terjadi di SDN Semanding, Kecamatan Kota Bojonegoro. Sebanyak tujuh siswa mengalami keracunan setelah menyantap MBG, empat di antaranya sempat dirawat di IGD RSUD Sosodoro Djatikoesoemo, sedangkan tiga lainnya ditangani di puskesmas setempat pada Rabu (24/9).
Kasus kedua terjadi di SMPN 2 Balen, di mana 150 siswa mengeluh sakit perut dan tidak masuk sekolah setelah makan MBG pada Kamis (25/9).
Selanjutnya di Kecamatan Kedungadem, ratusan siswa juga dilaporkan keracunan setelah menyantap MBG pada Rabu-Kamis (1-2/10). Di peristiwa ini, siswa SMAN 1 Kedungadem menjadi yang paling terdampak, dengan 22 siswa dirawat di puskesmas, 50 ditangani di ruang UKS, dan 61 siswa tidak masuk sekolah karena sakit.
Di SDN Tumbrasanom, empat siswa dilaporkan mengalami sakit perut dan pusing. Sementara di MTs Plus Nabawi, enam siswa juga sakit, dengan rincian dua dirawat di puskesmas, tiga di ruang UKS, dan satu siswa sudah kembali beraktivitas di sekolah.
(irb/hil)