Siswa di tiga sekolah yang berada di Kecamatan Kedungadem mengalami keracunan masal usai menyantap menu makan bergizi gratis (MBG). Mereka diketahui keracunan setelah mendapat MBGdari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang berbeda.
Ketiga sekolah yang siswanya keracunan yakni di SD Tumbrasanom, MTs Plus Nabawi, dan SMA Kedungadem. Menu MBG diduga meracuni ratusan siswa SMAN 1 Kedungadem berisi seporsi nasi kuning, ayam suwir, oseng tempe, dan acar yang dibagikan pada Rabu (1/10). Menu tersebut dipasok oleh SPPG yang berdiri di Desa Sidorejo, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro.
Sementara, menu MBG yang diduga membuat sakit 5 siswa MTS nabawi dan 7 SD Tumbrasanom berisi seporsi nasi putih, oseng buncis, orek tempe, sekotak susu, sebuah pisang, dan telur puyuh rebus yang dibagikan kepada para siswa pada Kamis (2/10/). Menu ini dibagikan oleh SPPG yang berada di Desa Drokilo, Kecamatan Kedungadem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak SPPG Sidorejo, SPPG Drokilo, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) belum memberikan keterangan perihal dugaan keracunan menu MBG di Kecamatan Kedungadem tersebut.
Kepala Dinkes Bojonegoro Ninik Susmiati dan Wakil Bupati Bojonegoro Nurul Azizah saat peristiwa ajang tadi langsung menuju lokasi dan melakukan pengecekan di sekolah, puskesmas hingga dapur SPPG.
"Ini kita berada di dapur SPPG yang kemarin membuat siswa SMA sakit. Dan kita sudah mengambil sampel makanan yang kemarin dibagikan," kata Ninik.
"Karena sesuai aturan harus ada disisakan satu porsi dan beberapa alat masak. Kalau yang di SPPG Drokilo tadi kita ambil sampel sisa makanan yang di sekolah SD dan Mts termasuk ompreng nya juga kita bawa untuk di lakukan pengecekan mikrobiologi di lab kesehatan," imbuhnya.
Sebelumnya, ratusan siswa SMAN Kedungadem, Desa Trumbasanom, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro, mengalami dugaan keracunan usai menyantap makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Rabu (1/10/2025).
Kepala Desa Trumbasanom, Juminto membenarkan kejadian tersebut. Dari 930 siswa, tercatat 544 di antaranya mengalami keluhan pusing, mual, sakit perut, dan diare.
"Kami menerima data dari puskesmas dan pihak sekolah. Dari jumlah itu, sekitar 500 anak mengalami keluhan ringan, delapan anak harus dirawat di puskesmas, dan puluhan siswa izin tidak masuk sekolah," jelas Juminto, Kamis (2/10/2025).
(auh/abq)