Gempa bumi mengguncang Kabupaten Sumenep, Madura, Selasa malam (30/9/2025). BMKG mencatat gempa berkekuatan magnitudo 6,0 itu berpusat di laut tenggara Sumenep dengan kedalaman dangkal, sehingga getarannya terasa kuat hingga beberapa kabupaten di Jawa Timur dan Bali.
Peristiwa ini menambah panjang catatan sejarah kegempaan di Madura yang sudah tercatat sejak ratusan tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Gempa di Madura
Madura, khususnya Sumenep dan pulau-pulau di sekitarnya, berulang kali diguncang gempa tektonik sejak abad ke-18. Catatan kolonial dan arsip surat kabar Hindia Belanda banyak merekam aktivitas seismik di wilayah ini.
Pada 1863, gempa mengguncang Pamekasan dan Sumenep, menjadi salah satu catatan awal. Tahun 1881, 1883, hingga 1891, surat kabar kolonial seperti Java-bode, Soerabaijasch Handelsblad, dan De Locomotief memberitakan gempa yang terjadi di Madura. Arsip juga mencatat gempa pada 1895, 1896, 1904, 1935, dan 1936.
Memasuki era modern, catatan gempa di Madura semakin lengkap lewat katalog BMKG. Gempa besar terakhir sebelum 2025 adalah pada 11 Oktober 2018 di Pulau Sapudi dengan magnitudo 6,4. Peristiwa itu menewaskan tiga orang, melukai 34 orang, dan merusak 210 rumah. Kemudian, 2 Maret 2019, gempa magnitudo 5,0 kembali mengguncang Sumenep dan merusak enam rumah.
Gempa Sumenep 30 September 2025
Gempa terbaru terjadi pada Selasa malam (30/9/2025) pukul 23.49 WIB. BMKG mencatat episenter berada di laut, sekitar 58 km tenggara Sumenep pada kedalaman 12 km.
"Gempa ini termasuk kategori dangkal dengan mekanisme sesar naik (thrust fault) yang berasosiasi dengan perpanjangan sesar offshore Zona Kendeng atau Madura Strait Back Arc Thrust," jelas Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono, Rabu (1/10/2025).
Guncangan terkuat dirasakan di Pulau Sapudi dengan skala intensitas V-VI MMI. Akibatnya, 22 rumah rusak ringan hingga berat, sementara tiga orang terluka tertimpa reruntuhan bangunan. Faktor utama kerusakan disebut akibat hiposenter yang dangkal, kondisi tanah lunak, serta konstruksi rumah yang tidak tahan gempa.
"Laporan sementara mencatat 22 rumah mengalami kerusakan ringan, sedang, hingga berat di Pulau Sapudi," tambah Daryono.
Selain Sumenep, gempa dirasakan di Pamekasan hingga Surabaya dengan skala III-IV MMI. Di Bali, Banyuwangi, hingga Lombok, guncangan terukur skala II-III MMI.
BPBD Sumenep dan Pamekasan segera menyalurkan bantuan logistik. "Untuk Pamekasan, kami siapkan logistik untuk membantu korban terdampak gempa, kebetulan untuk dapur milik warga kondisi bangunan tidak tahan gempa sehingga mudah roboh saat terjadi gempa tadi dini hari," jelas PLT Kalaksa BPBD Pamekasan Dofir.
Hingga Rabu siang (1/10/2025), BMKG mencatat 117 kali gempa susulan dengan kekuatan terbesar magnitudo 4,4 dan terkecil 1,9.
Mitigasi dan Kesiapsiagaan
BMKG menegaskan bahwa kawasan Madura masih rawan gempa tektonik. Aktivitas tektonik dipengaruhi Sesar Rembang-Madura-Kangean-Sakala (RMKS) dan sesar aktif lain yang belum sepenuhnya teridentifikasi.
"Kami berniat untuk menguatkan kapasitas para nelayan wilayah maritim agar masyarakat selalu siaga, waspada dan siap selamat," ucap Kepala BMKG Tanjung Perak Surabaya Daryanto.
Ia menyebut BMKG bersama Stasiun Geofisika Pasuruan rutin menggelar Sekolah Lapang Gempa Bumi (SLG) di Madura. Terakhir kegiatan dilaksanakan di Pamekasan dengan 45 peserta dari TNI-Polri, BPBD, sekolah, hingga relawan.
"Melalui kegiatan ini kami ingin memastikan informasi dari BMKG bisa dipahami, ditindaklanjuti, serta melatih keterampilan evakuasi mandiri," ungkap Kepala Stasiun Geofisika Pasuruan Suwardi.
Daryono menegaskan, sejarah panjang kegempaan di Sumenep menjadi bukti nyata bahwa masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya rumah tahan gempa. "Sejarah panjang gempa ini menunjukkan bahwa wilayah Sumenep dan sekitarnya memang rawan gempa tektonik. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya rumah tahan gempa," tegasnya.
Catatan Gempa di Madura dari Masa ke Masa
Riwayat gempa di Madura tidak hanya tercatat dalam katalog BMKG modern, tetapi juga terekam dalam arsip kolonial sejak abad ke-19. Berikut beberapa catatan penting yang menggambarkan rentetan gempa di wilayah Pamekasan, Sumenep, dan pulau-pulau sekitarnya di Madura.
1863 - Gempa mengguncang Pamekasan dan Sumenep, menjadi salah satu catatan awal aktivitas seismik di Madura.
1881 - Gempa Madura dimuat di harian Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indië edisi 1 November 1881.
1883 - Gempa kembali terjadi, dilaporkan dalam Soerabaijasch Handelsblad edisi 13 Juni 1883.
1891 - Gempa Sumenep-Pulau Sapudi dimuat di harian De Locomotief: Samarangsch Handels- en Advertentie-Blad edisi 17 Maret 1891.
29 Desember 1895 - Catatan arsip menyebut adanya gempa di Madura, meski tidak diketahui surat kabar yang memuatnya.
1896 - De Locomotief edisi 24 Januari 1896 memberitakan gempa di Madura.
1904 - Soerabaijasch Handelsblad edisi 7 November 1904 melaporkan gempa di Sumenep.
1935 - Gempa Madura dilaporkan di Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indië edisi 23 April 1935.
1936 - Arsip Algemeen Handelsblad edisi 1 Maret 1936 juga mencatat gempa di Madura.
11 Oktober 2018 - Gempa bermagnitudo 6,4 mengguncang Pulau Sapudi, Sumenep. Tiga orang meninggal, 34 luka-luka, dan 210 rumah rusak.
2 Maret 2019 - Gempa bermagnitudo 5,0 melanda Sumenep. Enam rumah rusak dan satu orang luka-luka.
30 September 2025 - Gempa magnitudo 6,0 mengguncang Sumenep. BMKG mencatat 22 rumah rusak dan tiga orang terluka.
Simak Video "Video Gempa M 6,5 Guncang Sumenep, BMKG: Tak Berpotensi Tsunami"
[Gambas:Video 20detik]
(auh/hil)