Tinggal Sehari Golden Time Evakuasi Korban Ponpes Ambruk di Sidoarjo

Tinggal Sehari Golden Time Evakuasi Korban Ponpes Ambruk di Sidoarjo

Aprilia Devi - detikJatim
Rabu, 01 Okt 2025 16:40 WIB
Situasi di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo pasca kejadian bangunan musala ambruk, Selasa (30/9/2025).
Situasi di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo pasca kejadian bangunan musala ambruk. (Foto: dok. Deny Prastyo/detikJatim)
Sidoarjo -

Basarnas telah mendeteksi 15 titik lokasi korban terjebak reruntuhan bangunan Ponpes Al Khoziny, di Buduran, Sidoarjo. Tujuh di antara korban masih merespons, sedangkan sisanya tidak. Sesuai teori, Tim SAR cuma punya waktu 72 jam atau 3 hari sejak bencana untuk mengevakuasi korban.

"Sesuai teori memang 72 jam (3 hari), namun pada saat kami sudah bisa menyentuh korban: kami sudah bisa mensuplai minuman, vitamin, infonya sudah bisa kami berikan, ini memungkinkan yang bersangkutan bisa bertahan lebih lama," ujar Kepala Basarnas Marsekal Muda TNI Mohammad Syafii, Rabu (1/10/2025).

Berdasarkan sejumlah sumber yang dihimpun detikJatim, golden time adalah istilah yang menjadi prosedur wajib untuk penyelamatan korban bencana alam apakah gempa bumi, tanah longsor, banjir, gunung meletus, dan tsunami.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Istilah ini mewakili kondisi orang atau korban bencana yang hanya memiliki waktu bertahan selama 3 hari tanpa makan dan minum di tengah situasi seperti terjepit reruntuhan.

Batas waktu 3 hari itulah yang harus dimaksimalkan dengan tindakan pencarian dan penyelamatan yang cepat dan terukur demi menyelamatkan nyawa para korban bencana.

ADVERTISEMENT

Tim SAR terus mengoptimalkan evakuasi demi mengejar golden time 72 jam atau 3 hari sejak kejadian agar korban yang masih hidup bisa diselamatkan. Peristiwa ini terjadi Senin (29/9) sore sekitar pukul 15.00 WIB, maka golden time yang tersisa tinggal sehari hingga Kamis (2/10) sore pukul 15.00 WIB.

Tim SAR tengah menyusun sejumlah rencana untuk mempercepat proses evakuasi. Karena posisi korban terjebak reruntuhan petugas berencana membuat alternatif tunnel atau gorong-gorong. Namun proses ini harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena dikhawatirkan bisa memicu reruntuhan susulan.

"Saat ini untuk menyentuh ke titik korban, kami harus melalui (bawah), kami membuat gorong-gorong di bawah tanah," kata Syafii.

Sementara, di tengah proses evakuasi korban yang terjebak reruntuhan bangunan ini, kemarin malam sekitar pukul 23.40 WIB gempa dengan magnitudo (M) 6,5 di Sumenep berdampak signifikan terhadap reruntuhan bangunan di Ponpes Al Khoziny.

Kasubdit Pengarahan dan Pengendalian Operasi (RPDO) Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia (KMM) Basarnas, Emi Freezer menyebut getaran gempa yang dirasakan hingga Sidoarjo itu menambah penurunan beban runtuhan.

"Dari A1 (titik runtuhan di bagian depan, dekat pintu masuk) terjadi penurunan posisi beban yang tadinya sekitar 15 cm di tempat korban (kemungkinan terjebak), diukur tadi sudah turun menjadi 10 cm," ujar Freezer di posko gabungan Ponpes Al Khoziny, Rabu (1/10/2025).

Akibatnya posisi korban pun diprediksi semakin terhimpit reruntuhan.

"Kalau kami menyampaikan, yang ada di lokasi A1 itu terjadi penurunan yang cukup signifikan. Begitu himpitan turun, apa yang terjadi? kompresi semakin kuat," katanya.

Freezer menjelaskan sebelum terjadinya gempa ada korban yang terjebak reruntuhan yang masih bisa menggerakkan kepala hingga tangan. Setelah gempa menurutnya tidak bisa lagi.

"Artinya memang kompresi sudah semakin mendekat. Kemudian dari batang tubuh dengan lingkar kepala kita yang paling besar apa? Batang tubuh dan panggul. Nah pada saat kami coba tadi kami sudah bisa tarik, tapi begitu kita mau tarik, stuck (tersendat) di panggul. Ternyata dia melintir dengan kaki tertekuk," jelasnya.




(dpe/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads