Alat Berat Tak Dipakai Evakuasi Ponpes Ambruk di Sidoarjo, Ini Alasannya

Alat Berat Tak Dipakai Evakuasi Ponpes Ambruk di Sidoarjo, Ini Alasannya

Fadya Majida Az-Zahra - detikJatim
Rabu, 01 Okt 2025 15:15 WIB
Tim SAR gabungan terus melakukan upaya evakuasi terhadap korban ambruk bangunan di Pondok Pesantren Al Khozyni, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025).
Tim SAR gabungan terus melakukan upaya evakuasi terhadap korban ambruk bangunan di Pondok Pesantren Al Khozyni, Sidoarjo. (Foto: Dok. BNPB)
Sidoarjo -

Evakuasi santri dari reruntuhan bangunan musala Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo masih berlangsung hingga Rabu (1/10/2025). Alat berat seperti crane sudah disiagakan di lokasi tetapi belum digunakan untuk membantu pencarian dan penyelamatan korban.

Hal ini sempat mengundang pertanyaan publik, mengapa alat-alat berat itu tidak digunakan mengingat korban yang masih tertimbun reruntuhan sudah 2 malam belum juga bisa diselamatkan?

Demi menjawab pertanyaan itu, seorang pria diduga anggota Tim SAR bernama Ega Prasutia menyampaikan penjelasan dalam video di TikTok pribadinya @egaprasutia yang telah ditonton 240 ribu kali oleh pengikutnya maupun pengguna TikTok lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ega menegaskan bahwa penggunaan crane atau alat berat tidak dilakukan dalam proses evakuasi di Ponpes Al Khoziny karena pertimbangan keselamatan korban maupun petugas di lapangan.

"Pola runtuhannya adalah pancake, jadi material bangunan saling bertumpuk tidak stabil. Kalau langsung diangkat dengan crane, bisa terjadi runtuhan susulan. Itu berbahaya, korban yang mungkin masih selamat bisa justru kehilangan nyawa," ujar Ega dilihat detikJatim.

ADVERTISEMENT

Dengan kondisi runtuhan seperti itu, evakuasi lebih aman dilakukan secara manual menggunakan metode shifting atau rolling, yaitu memindahkan material sedikit demi sedikit. Metode ini memang membutuhkan waktu lebih lama, tapi akan memaksimalkan keselamatan korban.

"Evakuasi dilakukan dengan alat khusus, bukan crane. Ini supaya korban yang mungkin masih hidup bisa tetap diselamatkan. Selain itu, tim SAR juga mengejar golden time, waktu krusial untuk menemukan korban selamat," jelasnya.

Penjelasan BNPB

Apa yang disampaikan Ega ini selaras dengan penjelasan dalam keterangan tertulis yang disampaikan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari alat berat memang sudah disiagakan di lokasi tapi belum digunakan karena alasan keselamatan korban.

"Alat berat sudah disiagakan namun penggunaannya sementara belum dapat dilakukan karena dikhawatirkan getaran dapat memperparah kondisi reruntuhan," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima detikJatim, Rabu (1/10/2025).

Hingga kini, tim SAR masih terus melakukan evakuasi secara manual dengan dukungan relawan dan aparat setempat. Muhari menegaskan di lokasi kejadian sudah ada 332 personel SAR gabungan dari BASARNAS, BPBD Jatim, BPBD Sidoarjo, dan BPBD kabupaten sekitar seperti Jombang, Mojokerto dan Nganjuk.

Bukan hanya itu, turut terlibat personel dari Dinas PU SDA Provinsi, Tagana Dinas Sosial, aparat TNI serta Polri telah dikerahkan dengan metode kerja bergantian untuk menjaga ketahanan tim.

"Upaya penyelamatan saat ini difokuskan secara manual dengan menggali lubang dan celah untuk mengevakuasi korban yang masih hidup. Tim SAR gabungan mendeteksi adanya indikasi 6 orang korban yang masih bertahan di salah satu segmen reruntuhan," ujarnya.

Melalui celah yang ada itulah petugas telah menyalurkan makanan dan minuman untuk menjaga kondisi para korban. Sementara proses evakuasi juga menunggu asesmen dari pihak berwenang di bawah komando Basarnas.

Jika hasil asesmen menyatakan tidak ada lagi korban yang masih hidup, tahapan selanjutnya akan dilakukan dengan menggunakan alat berat untuk mengevakuasi korban meninggal yang masih tertimbun.

Di sisi lain, tim tengah merumuskan langkah teknis bersama ahli konstruksi untuk membersihkan puing pada jalur evakuasi secara aman tanpa memicu reruntuhan susulan.

Jenis Pola Runtuhan Bangunan

Menurut Basarnas dan prosedur penyelamatan struktur reruntuhan bangunan atau collapse structure search and rescue (CSSR) yang diadaptasi dari standar internasional seperti INSARAG ada sejumlah pola dasar runtuhan bangunan yang jadi acuan tim SAR dalam menentukan teknik evakuasi. Simak selengkapnya.

Lean To (Menjulur/menyandar)

Bagian bangunan roboh dan bersandar ke dinding lain sehingga membentuk ruang kosong seperti segitiga. Ruang ini sering disebut sebagai "ruang selamat" karena masih memungkinkan korban terjebak dengan ruang bernapas.

Pancake Collapse (Bertumpuk seperti kue lapis)

Setiap lantai atau material jatuh menimpa satu sama lain sehingga membentuk tumpukan horizontal. Pola ini sangat berbahaya karena puing tidak stabil dan berisiko runtuh kembali saat dipindahkan.

V-Shape (Bentuk V)

Atap atau lantai roboh ke tengah sehingga membentuk ruang segitiga. Seperti pola lean to, masih ada kemungkinan terdapat ruang selamat di bawahnya.

Cantilever (Menjuntai)

Bagian bangunan menjuntai atau menggantung tanpa penopang kuat. Kondisi ini rawan ambruk sewaktu-waktu jika ada getaran atau tekanan tambahan.

Runtuhan Musala Al-Khoziny: Pola Pancake

Pola runtuhan pancake ini mewakili kondisi di mana material beton, kayu, dan genteng jatuh menimpa satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan tumpukan tidak stabil dan berpotensi menimbulkan runtuhan susulan bila salah ditangani.




(dpe/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads