BMKG Beberkan Mengenai Kondisi Kemarau Basah di Jatim 2025

BMKG Beberkan Mengenai Kondisi Kemarau Basah di Jatim 2025

Aprilia Devi - detikJatim
Jumat, 26 Sep 2025 18:45 WIB
Pemaparan mengenai kemarau basah di Jatim 2025
Pemaparan mengenai kemarau basah di Jatim 2025 (Foto: Tangkapan layar)
Surabaya -

Jawa Timur mengalami kemarau basah pada tahun 2025. Fenomena ini dipicu oleh berbagai kondisi yang juga telah diprediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menyebut fenomena ini dipicu oleh berbagai kondisi iklim global. Hasilnya, meski sudah memasuki puncak musim kemarau, hujan masih mengguyur sejumlah wilayah di Jatim.

"Tahun ini di Jatim terjadi kemarau basah akibat curah hujan di atas normal yang dipicu oleh berbagai macam fenomena iklim. Sehingga pada saat puncak musim kemarau, beberapa saat yang lalu yang biasa kita kering, di banyak wilayah, misalkan di perbatasan Malang-Lumajang, serta sebagian Banyuwangi tetap mengalami kondisi hujan tanpa adanya musim kemarau," kata Ardhasena dalam konferensi pers prediksi musim hujan di Jatim secara daring, Jumat (26/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prediksi mengenai musim kemarau yang berbeda dari biasanya itu pun sudah dirilis sejak awal tahun.

"Hal tersebut sebenarnya juga sudah kami prediksikan dan kami sebarkan pada saat press release perkiraan musim kemarau awal tahun ini," tambah Ardhasena.

ADVERTISEMENT

Senada, Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Timur, Anung Suprayitno membeberkan bahwa awal musim kemarau sebenarnya dimulai sejak April 2025. Namun, hujan tetap turun dengan intensitas cukup tinggi di berbagai wilayah.

"Menganalisis musim di Jawa Timur, ternyata awal musim kemarau 2025, kalau kita secara rinci berdasarkan luasan zona musim di Jawa Timur, sebenarnya bulan April menjadi kondisi hampir cukup luas gitu bahwa Jawa Timur telah memasuki musim kemarau," ujar Anung.

Meski begitu, mulai bulan Mei hingga sekarang, hujan masih turun hampir setiap bulan, membuat musim kemarau tahun ini seolah-olah tidak pernah benar-benar datang.

"Namun, setelah Mei hingga sampai saat ini ada skala hujan, distribusi curah hujan yang kemudian mempengaruhi seolah-olah sepanjang musim kemarau ini ada hujan di tiap bulannya. Ini yang kemudian tadi kita sepakat bahwa tahun 2025 kita kenal sebagai kemarau basah atau kalau kita bandingkan terhadap normalnya, curah hujannya menjadi atas normal," jelasnya.

Anung juga menjelaskan, awal musim kemarau tahun ini lebih dulu terjadi di wilayah utara Jatim seperti Pantura, Tapal Kuda, dan sebagian Madura. Sementara wilayah tengah hingga selatan, justru terus diguyur hujan dengan intensitas tinggi.

Wilayah tengah, barat, dan selatan Jatim malah mengalami hujan yang lebih masif. Ini berdampak pada sektor pertanian, khususnya komoditas hortikultura dan tembakau yang sangat sensitif terhadap perubahan cuaca.

"Kemudian yang bagian tengah hingga barat dan selatan, ini umumnya curah hujannya relatif lebih tinggi gitu, lebih masif sehingga berdampak dari awal musim kemarau sendiri di Jawa Timur terpengaruh di sana," ungkapnya.

Ia menambahkan, kondisi tersebut pun berdampak pada berbagai sektor.

"Ada berbagai komoditas, khususnya horti dan tembakau, sangat terdampak di sana. Nah ini yang kemudian bisa menjadi dasar evaluasi," tambah Anung.

BMKG pun menegaskan bahwa kemarau basah tahun ini bukan fenomena lokal semata, tapi terjadi merata di seluruh wilayah Jawa Timur.

"Karena tahun 2025 adalah tahun kemarau basah, sebarannya ternyata di seluruh wilayah Jawa Timur curah hujannya atas normal," tutupnya.




(auh/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads