Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan 2025/2026 di Jawa Timur akan datang lebih awal. Kondisi ini disebut membawa berbagai dampak positif, terutama di sektor pertanian.
Deputi Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menyebut bahwa datangnya musim hujan merupakan anugerah. Apalagi sektor pertanian juga merupakan salah satu pilar perekonomian di Jatim.
"Sawah-sawah di Lamongan, Bojonegoro dan Jember kembali menghijau siap panen, padi yang melimpah untuk ketahanan pangan kita. Demikian pula, ladang tebu di Lumajang dan Pasuruan menjanjikan hasil gula yang mendukung pasar lokal dan juga untuk kegiatan ekspor," ujar Ardhasena dalam konferensi pers secara daring, Jumat (26/9/2025).
Tak hanya itu, wilayah dataran tinggi seperti Malang dan Batu juga dapat menunjukkan geliat produksi hasil bumi yang menggembirakan di musim hujan nantinya.
"Di dataran tinggi Malang dan Batu, sayuran segar dan kopi premium siap memenuhi permintaan nasional," tuturnya.
Sumber daya air yang sebelumnya sempat menipis juga kembali terisi. Waduk-waduk seperti Selorejo dan Sutami kini kembali menjadi tumpuan irigasi, penyediaan air bersih, hingga pembangkit listrik.
"Pada saat musim hujan inilah saatnya kita untuk mengelola sumber daya air yang melimpah ini untuk produktivitas, memperkuat ekonomi lokal dan juga mewujudkan kesejahteraan untuk kita bersama," kata Ardhasena.
Meski membawa manfaat besar, musim hujan yang lebih awal ini tetap menyimpan risiko jika tidak ada upaya mitigasi yang tepat. Sebab datangnya musim hujan juga tak dapat dilepaskan dari potensi bencana hidrometeorologi.
"Air hujan yang melimpah harus kita kelola melalui sistem sumber daya air, seperti irigasi dan drainase yang baik agar tidak berubah menjadi dampak yang negatif atau tidak kita inginkan," ujarnya.
Untuk itu, BMKG mendorong kolaborasi lintas sektor guna memaksimalkan manfaat dan memitigasi risiko. Pemerintah daerah, petani, pelaku usaha hingga masyarakat umum diminta lebih aktif menggunakan data dan peringatan dini dari BMKG.
"Nah untuk memaksimalkan peluang dan meredam risiko, kerjasama lintas sektor dengan BMKG merupakan hal penting. BMKG memiliki teknologi dan kecanggihan untuk mengamati cuaca dan iklim dan memberikan peringatan dini atas ancaman yang dapat terjadi," tegas Ardhasena.
Tak hanya di Jawa Timur, secara umum, di Indonesia musim hujan tahun ini juga datang lebih cepat dari biasanya.
"Secara umum di Indonesia awal musim hujannya juga maju, ini merupakan berita baik sebenarnya," pungkas Ardhasena.
Sebelumnya, Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Timur Anung Suprayitno menyebut bahwa awal musim hujan diprediksi bervariasi dari September hingga Desember 2025. Namun sebagian besar wilayah Jatim akan memasuki awal musim hujan pada bulan Oktober 2025.
"Musim hujan tahun 2025/2026 di Jawa Timur diprediksikan datang lebih awal atau maju dibandingkan normalnya meliputi 70 ZOM (zona musim), dengan awal musim hujan di bulan Oktober sebanyak 49 ZOM," ujar Anung.
Simak Video "Video: Kenapa Musim Kemarau 2025 Datang Lebih Lambat Ya?"
(auh/abq)