Musim Kemarau Bikin Petani Tembakau Lumajang Raup Cuan Ratusan Juta

Musim Kemarau Bikin Petani Tembakau Lumajang Raup Cuan Ratusan Juta

Nur Hadi Wicaksono - detikJatim
Selasa, 23 Sep 2025 07:00 WIB
Petani tembakau di Lumajang
Petani tembakau di Lumajang (Foto: Nur Hadi Wicaksono/detikJatim)
Lumajang -

Teriknya musim kemarau justru membawa berkah bagi petani tembakau di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Panas matahari membuat kualitas daun tembakau lebih bagus sekaligus mempercepat proses pengeringan.

Salah satu petani di Desa Selok, Kecamatan Pasirian, Toha (55), mengaku bisa memanen hingga 12 ton tembakau dari lahan seluas 6 hektare. Ia menanam dua jenis tembakau, yakni white burley dan kasturi.

Harga tembakau tahun ini cukup menjanjikan, white burley dihargai Rp 57.000 per kilogram, sementara kasturi mencapai Rp 60.000 per kilogram. Dengan hasil panen itu, petani bisa mengantongi cuan hingga ratusan juta rupiah per hektare.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya tanam tembakau kasturi satu hektar dan white burley 6 hektare. Kalau white burleynya dapat 12 ton," ujar Toha kepada detikJatim, Selasa (23/9/2025).

Menurut Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Lumajang, musim kemarau tahun ini juga berdampak pada bertambahnya jumlah petani sekaligus meluasnya lahan tembakau.

ADVERTISEMENT

Ketua APTI Lumajang, Dwi Wahyono, menyebut ada penurunan harga sekitar Rp 3.000 per kilogram dibandingkan tahun lalu akibat kemarau basah. Namun, petani tetap merasa diuntungkan.

"Luas tanaman tembakau 1.400 hektare ada kenaikan dari tahun kemarin 800 hektare. Alhamdulilah petani tembakau bersyukur," beber Dwi Wahyono.

Kenaikan luas lahan juga berdampak pada target produksi. Tahun ini, target produksi tembakau Lumajang naik dari 300 ton menjadi 700 ton.

"Untuk target tahun ini kami ada peningkatan produksi dari sebelumnya 300 ton saat ini mencapai 700 ton," terangnya.

Secara keseluruhan, luas tanaman tembakau di Kabupaten Lumajang tahun ini mencapai 14.000 hektare. Jumlah itu naik signifikan dibandingkan tahun 2024 yang hanya sekitar 8.000 hektare.




(auh/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads