Akademi Untag Beberkan Kendala Kenapa Sulit Wujudkan Kampus Kelas Dunia

Akademi Untag Beberkan Kendala Kenapa Sulit Wujudkan Kampus Kelas Dunia

Esti Widiyana - detikJatim
Kamis, 18 Sep 2025 21:10 WIB
Wakil Rektor II Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Supangat PhD ITIL COBIT CLA CISA
Wakil Rektor II Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Supangat PhD ITIL COBIT CLA CISA (Foto: Istimewa)
Surabaya -

Akademisi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Supangat PhD ITIL COBIT CLA CISA menyebut transformasi menuju universitas berkelas dunia World Class University (WCU) bukan sekadar ambisi. Melainkan kebutuhan mendesak di tengah globalisasi dan percepatan teknologi.

"Namun, ada hal mendasar yang sering dilupakan yakni mutu berkelas dunia tidak akan lahir dari pemimpin yang tidak punya nyali untuk berubah. Tanpa keberanian, strategi hanya berhenti pada dokumen indah. Sebaliknya, dengan nyali yang kuat, pemimpin mampu menggerakkan sistem, SDM, dan budaya akademik menuju perubahan sejati," kata Supangat kepada detikJatim, Kamis (18/9/2025).

Nyali Kepemimpinan sebagai Fondasi

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Supangat mengatakan, Ketua Umum Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABP-PTSI), Prof Thomas Suyatno pernah menyampaikan, bahwa membangun WCU membutuhkan visi tajam, tata kelola inovatif, serta komitmen mutu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Namun, semua itu tidak akan berarti jika pemimpin perguruan tinggi terjebak di zona nyaman. Karena lemimpin tanpa nyali hanya melahirkan stagnasi.

ADVERTISEMENT

"Keberanian diperlukan untuk merombak sistem manajemen, memperbaiki tata kelola keuangan, mengembangkan SDM dosen, dan membangun jejaring internasional," ujarnya.

Mutu Lebih dari Sekadar Peringkat

Menurutnya, mutu perguruan tinggi sering dipersepsikan hanya dari posisi dalam pemeringkatan global. Padahal, angka-angka itu hanyalah refleksi dari keputusan berani di baliknya.

"Mutu sejati lahir dari pemimpin yang berani mengalokasikan anggaran riset, mendorong publikasi internasional, memperkuat kurikulum, dan menjaga relevansi pendidikan dengan kebutuhan global tanpa melupakan kepribadian nasional," jelasnya.

Ia mencohkan, terdapat perguruan tinggi yang berani menambah investasi untuk riset, mendorong dosennya aktif menulis di jurnal internasional, hingga membuka kerja sama global dalam bentuk program akademik bersama. Langkah-langkah tersebut membuktikan keberanian mengambil risiko mampu mengangkat mutu ke level lebih tinggi.

Perguruan tinggi yang benar-benar berkelas dunia tidak hanya yang tercatat dalam peringkat. Melainkan yang tetap berakar pada nilai Pancasila, bahasa Indonesia, agama, dan kewarganegaraan.

Inovasi Menuntut Nyali

Baginya, perubahan kerap menghadapi resistensi. Banyak kampus tahu arah transformasi, namun berhenti karena takut mengambil risiko. Takut berinvestasi di riset, takut merombak budaya lama, atau takut membuka kolaborasi internasional.

"Padahal, pemimpin berkelas dunia harus berani mendorong transformasi digital kampus, meningkatkan akreditasi internasional, serta membangun budaya akademik yang meritokratis. Inovasi bukan hanya pilihan, melainkan keharusan," urainya.

Global, tapi Tetap Nasionalis

Wakil Rektor II Untag Surabaya ini menjelaskan, flobalisasi tidak berarti kehilangan jati diri. Pemimpin yang berani mampu menyeimbangkan antara kompetisi global dengan nilai nasional. Perguruan tinggi seharusnya melahirkan lulusan cerdas, berkarakter, dan siap bersaing di tingkat dunia, sekaligus tetap berpijak pada akar kebangsaan.

Berdasarkan pandangannya, universitas yang berani bertransformasi digital tanpa kehilangan nilai kebangsaan terbukti mampu melahirkan mahasiswa yang tidak hanya unggul di tingkat global. Tetapi juga tetap menjadi agen perubahan sosial di masyarakat lokal.

"Mutu berkelas dunia tidak hadir hanya karena visi besar. Ia lahir dari kepemimpinan yang berani mengambil keputusan sulit, mengelola risiko, dan menembus batas lama yang menghambat kemajuan," katanya.

"Perguruan tinggi Indonesia hanya akan berkelas dunia jika dipimpin oleh orang-orang yang berani, berani berubah, berinovasi, dan menjaga jati diri bangsa. Karena sekali lagi, mutu berkelas dunia takkan datang dari pemimpin yang tak punya nyali untuk berubah," pungkasnya.




(irb/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads