Beberapa kepala keluarga di Bondowoso membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) bukan dengan uang, tapi dengan sampah. Lho, kok bisa?
Langkah itu dilakukan sejumlah kepala keluarga yang tinggal di sebuah kompleks perumahan terletak di Desa Badean, Kecamatan Bondowoso.
Caranya yakni dengan mengumpulkan sampah rumah tangga. Lantas dihimpun melalui bank sampah yang ada di lingkungan perumahan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sistemnya yakni kepala keluarga menabung sampah anorganik sebulan sekali. Sampah yang dikumpulkan itu lantas dikonversi ke rupiah dan dikalkulasi kemudian hasilnya untuk membayar pajak.
Pembayarannya pun diurus oleh pengurus bank sampah di RT tersebut. Kepala keluarga itu hanya perlu membawa nomor objek pajak (NOP) PBBnya ke pengurus.
Jika hasil konversi pajak tersebut ternyata masih kurang sesuai kewajibannya, maka keluarga itu memiliki hutang sampah ke pengurus. Dan itu harus tetap hrs dilunasi periode berikutnya.
"Program ini bernama Bajak Sawah, akronim dari bayar pajak dengan sampah," kata pengurus Bank Sampah Isbon Ceria, Dedi Dwi Yanto, Selasa (16/9/2025).
Dijelaskan Dedi lebih lanjut, program itu merupakan inisiasi warga yang memiliki semangat yang sama untuk mengatasi sampah di lingkungan perumahan itu.
"Rata-rata PBB yang harus dibayarkan setiap kepala keluarga sekitar 50 ribu," ungkapnya.
Lebih jauh diungkapkannya, saat ini dari sekitar 100 keluarga di Perumahan Istana Bondowoso itu, ada 60 keluarga yang telah menjadi nasabah bank sampah.
Sementara Ketua RT 36 RW 07, Rahmat Hidayat, menjelaskan pengelolaan sampah di lingkungannya berjalan sudah setahun terakhir.
Hasil pengumpulan sampah melalui bank sampah itu tak hanya untuk bayar pajak. Melainkan juga diolah menjadi pupuk organik cair (POC), yang dapat dijual seharga Rp 15 ribu per 500 mililiter.
"Juga ada yang diolah menjadi barang bernilai ekonomis lainnya, misalnya dibuat menjadi lilin aromaterapi," katanya.
"Lilin aromaterapinya sudah dibeli hotel-hotel di Bondowoso dan beberapa kota lainnya. Pun menjadi barang bernilai ekonomis lainnya," pungkas Rahmat Hidayat.
(dpe/abq)