Gunungan Sampah di TPA Jabon Sidoarjo Capai 15 Meter

Gunungan Sampah di TPA Jabon Sidoarjo Capai 15 Meter

Suparno - detikJatim
Senin, 15 Sep 2025 14:15 WIB
Kepala UPT TPA Jabon, Hajid Arif Hidayat dan anggota Komisi VII DPR RI, Bambang Hario Sukartono
Kepala UPT TPA Jabon, Hajid Arif Hidayat dan anggota Komisi VII DPR RI, Bambang Hario Sukartono (Foto: Suparno/detikJatim)
Sidoarjo -

Tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jabon, Sidoarjo, kini sudah mencapai hampir 15 meter. Penyebab utamanya bukan karena banyaknya volume semata, tapi dominasi sampah organik bernilai rendah yang sulit diolah dan belum ada solusi jangka panjangnya.

Kepala UPT TPA Jabon, Hajid Arif Hidayat, menjelaskan bahwa rerata jumlah sampah yang masuk ke TPA per hari pada Agustus 2025 lalu mencapai 570 ton. Dari total itu, sekitar 40 persen merupakan sampah anorganik yang tidak punya nilai ekonomi seperti popok sekali pakai (Pampers), sterofoam, hingga kemasan metalizing.

"Ini yang jadi masalah besar. Sampah-sampah organik dengan nilai rendah itu masih susah diolah. Teknologinya ada, tapi belum terjangkau dan belum ada industri yang bisa menyerap hasilnya dalam skala besar," kata Hajid kepada detikJatim, Senin (15/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain organik, sekitar 10 persen dari total sampah masuk adalah sampah anorganik yang masih bisa didaur ulang seperti plastik dan logam. Sampah jenis ini biasanya dipilah, diolah kembali, lalu hasilnya dijual dan masuk sebagai pendapatan BLUD.

Namun menurut Hajid, volume sampah yang bisa didaur ulang tersebut tetap kecil dibandingkan yang tidak bisa diolah.

ADVERTISEMENT

"Yang bisa di-recovery untuk jadi material daur ulang itu maksimal hanya 10 persen. Sementara sisanya menumpuk dan terus bertambah tiap hari," tambahnya.

Hajid menegaskan bahwa TPA Jabon hanya menerima sampah dari rumah tangga, fasilitas umum, dan pasar. Sementara limbah dari industri tidak ditampung.

"Pelayanan kami memang dibatasi, hanya untuk jenis sampah rumah tangga. Sampah industri tidak kami terima," jelas Hajid.

Data UPT menyebutkan, satu orang di Sidoarjo rata-rata menghasilkan hampir setengah kilogram sampah per hari. Dengan jumlah penduduk yang padat, tak heran jika total sampah masuk ke TPA bisa mencapai 500-700 ton per hari.

Beberapa upaya pengelolaan seperti teknologi Refuse-Derived Fuel (RDF) sudah dicoba untuk mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif. Namun, Hajid mengatakan implementasinya belum maksimal karena belum ada offtaker (pembeli) yang bisa menyerap hasil olahan dalam skala besar.

"Solusi RDF itu bagus, tapi butuh offtaker yang siap menyerap puluhan ton hasil olahan setiap hari. Sekarang masih belum ada," ujar Hajid.

Hajid berharap para produsen bisa lebih bijak dalam memilih bahan kemasan yang digunakan agar lebih ramah lingkungan dan bisa digunakan berulang kali. Konsumen pun diimbau untuk memilih produk yang mudah didaur ulang.

"Produsen sebaiknya bikin kemasan yang sirkular, nggak sekali pakai. Konsumen juga harus pilih produk yang lebih ramah lingkungan supaya nggak jadi beban di TPA," pungkasnya.

Untuk jangka pendek, solusi seperti regenerasi TPA secara terkendali juga sedang dikaji, meski tetap membutuhkan pendanaan dan pengelolaan yang tepat.

Sementara itu, anggota Komisi VII DPR RI, Bambang Hario Sukartono, menegaskan pentingnya pemilahan sampah sejak awal, terutama untuk plastik bernilai rendah yang sulit diolah.

"Kami berharap memilah sampah dilakukan sejak mulai dari awal, terutama sampah yang berasal dari komponen plastik bernilai rendah yang sulit diolah dan belum ada solusi jangka panjangnya," kata pria yang kerap disapa BHS itu di TPA Jabon Sidoarjo.




(auh/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads