- Fakta-fakta Wisatawan Asal Korea Selatan Main Paralayang di Bromo 1. Wisatawan asal Korea Selatan terbang di atas Gunung Batok 2. Aksi terjadi sekitar dua bulan lalu 3. Disaksikan langsung oleh pemandu wisata lokal 4. TNBTS tegaskan paralayang tidak diizinkan di kawasan Bromo 5. Komunitas paralayang mengaku tak tahu-menahu
Aksi seorang wisatawan asing asal Korea Selatan yang menerbangkan paralayang di kawasan Gunung Bromo viral di media sosial. Peristiwa ini menyita perhatian karena dilakukan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang dikenal memiliki aturan ketat serta nilai sakral bagi masyarakat Tengger.
Berikut sederet fakta terkait kejadian tersebut:
Fakta-fakta Wisatawan Asal Korea Selatan Main Paralayang di Bromo
1. Wisatawan asal Korea Selatan terbang di atas Gunung Batok
Video yang beredar menunjukkan seorang turis asing menggunakan parasut berwarna oranye dan terbang ke arah Gunung Batok, yang berada tepat di samping Gunung Bromo. Paralayang itu mendarat di area lautan pasir sekitar Gunung Batok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. Aksi terjadi sekitar dua bulan lalu
Meski baru viral, informasi yang dihimpun menyebutkan bahwa peristiwa paralayang tersebut sebenarnya sudah terjadi dua bulan sebelumnya.
3. Disaksikan langsung oleh pemandu wisata lokal
Efendy, seorang pemandu wisata di Bromo, mengatakan dirinya berada di lokasi saat aksi berlangsung.
"Saat itu saya di lokasi. Saya sempat mengira orang Indonesia. Ternyata turis asal Korea Selatan. Wong setelah terbang di situ langsung geser ke Bali, kok," ungkap Efendy, Jumat (12/9/2025).
4. TNBTS tegaskan paralayang tidak diizinkan di kawasan Bromo
Balai Besar TNBTS menyesalkan adanya aksi nekat tersebut dan menegaskan paralayang dilarang di kawasan Bromo.
"Kami tidak mengizinkan, apalagi kawasan Bromo adalah wilayah yang sakral bagi masyarakat Tengger," kata Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS, Septi Eka Wardhani.
5. Komunitas paralayang mengaku tak tahu-menahu
Ketua Pengkab Paralayang Probolinggo, Agung Priyo Jatmiko, menyebut pihaknya tidak mendapat pemberitahuan soal aksi itu.
"Biasanya teman-teman kalau mau terbang di situ, pasti memberitahu. Untuk sekadar 'kulo nuwun'. Ini gak ada pemberitahuan kok," jelas Agung.
Sementara itu, Ketua Pengprov Paralayang Jawa Timur, Arif Eko Wahyudi, menambahkan bahwa komunitas paralayang menghormati kawasan sakral Bromo meski tidak semua titik dianggap sakral.
"Kami paham dan menghormati, bahwa di situ (Bromo) memang ada kawasan-kawasan sakral. Tapi tidak semuanya. Hanya titik-titik tertentu saja. Buktinya kami beberapa kali mengadakan kegiatan," pungkas Arif.
(abq/ihc)