Fakta jalur wisata Pacet, Mojokerto menuju ke Cangar-Kota Batu sering menjadi tempat membuang mayat, juga membuat geram warga setempat. Mereka meminta pemerintah memasang CCTV di beberapa titik rawan.
Kepala Dusun Pacet Selatan Sumadi (51) mengatakan, warganya merasa geram dengan para pelaku pembunuhan yang menjadikan jalur Pacet-Cangar menjadi langganan untuk membuang mayat. Perbuatan para pelaku mencemarkan nama Pacet yang selama ini dikenal sebagai kawasan wisata alam dan kuliner nasi jagung.
"(Sering jadi tempat buang mayat) Merugikan wisata kami, nama Pacet menjadi tercemar. Otomatis kalau biasanya malam lalu-lalang masyarakat dari Batu ke Pacet, jadi takut dengan sendirinya," kata Sumadi kepada wartawan di rumahnya, Jumat (12/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agar kejadian serupa tak terulang, lanjut Sumadi, warga Dusun Pacet Selatan meminta Pemkab Mojokerto, Pemkot Batu maupun Pemprov Jatim segera memasang CCTV di jalur Pacet Cangar antara Jembatan Kromong sampai Jembatan Cangar. Keberadaan CCTV setidaknya membuat pelaku mengurungkan niatnya, atau setidaknya membantu polisi mengidentifikasi kendaraan pelaku.
"Polisi dan pemerintah mungkin lebih tahu titik mana yang pantas dipasang CCTV. Kalau saran kami misalnya di Kutukan Sendi, khususnya yang jalan arah ke barat karena masyarakat jarang lewat situ," terangnya.
Sumadi juga memberi peringatan keras kepada para pelaku kejahatan. Menurutnya, sebaik apa pun membuang mayat di kawasan Pacet Selatan, pasti ditemukan masyarakat. Sebab warganya sudah menjelajahi setiap sudut perkebunan dan hutan di kawasan ini.
"Sesulit apa pun medannya sudah kami lewati. Tidak ada yang belum kami jamah. Kalau buang mayat manusia pasti ketemu. Sehingga tidak aman, pasti ketahuan," tegasnya.
Usulan yang sama dilontarkan Suliswanto alias Sulis (38), mudin kematian Desa Pacet. Warga Dusun Pacet Selatan ini mengaku sangat prihatin kampungnya dikenal luas karena sering menjadi tempat buang mayat. Ia berharap jasad Tiara Angelina Saraswati (25) menjadi yang terakhir.
Terlebih lagi Sulis lah orang pertama yang menemukan potongan jasad Tiara, korban mutilasi keji oleh pacarnya sendiri. Ia meminta agar pemerintah segera memasang CCTV di lokasi pembuangan mayat Tiara dan di Kutukan Sendi. Lokasi Kutukan Sendi masih di atas sentra kuliner nasi jagung atau Rest Area Sendi 1.
"Sangat bagus kalau dikasih CCTV, setidaknya tak ada lagi yang buang mayat di lokasi sini," tandasnya.
Sebelumnya, Alvi Maulana (24) dan Tiara pacaran sekitar 5 tahun. Alvi asal Dusun Aek Paing Tengah, Desa Aek Paing, Rantau Utara, Labuhanbatu, Sumut. Sedangkan korban asal Desa Made, Kecamatan/Kabupaten Lamongan.
Alvi tega membunuh pacarnya pada Minggu (31/8) sekitar pukul 02.00 WIB. Satu kali tusukan pisau dapur mengenai leher kanan korban, mengakibatkan Tiara tewas kehabisan darah. Pemicunya gara-gara korban mengunci pintu kos dari dalam saat tersangka pulang.
Selanjutnya, Alvi membawa jasad korban ke kamar mandi kos. Di tempat ini lah tersangka memutilasi korban. Ia memisahkan daging dan organ dalam korban dari tulang-tulangnya. Selanjutnya dipotong-potong menjadi ratusan potongan.
Sebagian potongan jasad Tiara ia buang di semak-semak pinggir jalur Pacet-Cangar, Dusun Pacet Selatan. Satu pekan kemudian, Sabtu (6/9) sekitar pukul 10.30 WIB, Suliswanto menemukan potongan telapak kaki kiri korban saat mencari rumput untuk pakan ternak.
Polisi pun melakukan pencarian besar-besaran sampai mengerahkan anjing pelacak dari Unit Polsatwa Ditsamapta Polda Jatim. Anjing pelacak jenis labrador ini berhasil menemukan potongan telapak tangan kanan korban di semak-semak. Temuan ini menjadi kunci terungkapnya identitas korban mutilasi.
Tim dari Satreskrim Polres Mojokerto yang dipimpin AKP Fauzy Pratama berhasil menangkap Alvi hanya dalam 14 jam dari penemuan potongan telapak kaki. Tersangka diringkus di kosnya pada Minggu (7/9) sekitar pukul 01.00 WIB. Kedua betisnya dihadiahi timah panas karena melawan saat ditangkap.
(ihc/hil)