Kesiapsiagaan individu dinilai menjadi faktor paling penting dalam menyelamatkan diri dari bencana. Kabid Kedaruratan-Logistik BPBD Jatim Sriyono menegaskan, keselamatan tak semata bergantung pada tim penolong, melainkan pada kewaspadaan diri sendiri.
Sriyono mengatakan hal ini dalam konferensi pers terkait Jambore Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Provinsi Jawa Timur di kantor Diskominfo Surabaya.
"Bencana bisa terjadi kapan saja, dimana saja, dan menimpa siapa saja. Karena itu, kewaspadaan harus selalu kita tingkatkan, baik untuk diri sendiri maupun masyarakat sekitar," kata Sriyono di Kantor Diskominfo Jatim, Kamis (11/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil survei menunjukkan, 34,9% keselamatan seseorang saat bencana tergantung pada kesiapsiagaan diri sendiri. Dukungan keluarga menempati posisi kedua sebesar 31,9%, disusul dengan dukungan teman 28,9%, sementara peran tim penolong hanya 1,7%.
"Artinya, keselamatan kita bukan bergantung pada orang lain, tapi pada diri sendiri dulu," jelasnya.
Sriyono juga mengingatkan soal siklus bencana alam di Jawa Timur, mulai dari gempa Pacitan hingga erupsi Gunung Kelud. Menurutnya, pemahaman siklus ini penting agar masyarakat tidak lengah.
"Gempa, tsunami, hingga erupsi gunung api itu pasti berulang. Karena itu, masyarakat harus tahu apa yang harus dilakukan saat bencana terjadi," pesannya.
Sebagai contoh, ia menyebut erupsi Gunung Kelud yang berhasil diantisipasi hingga tidak menimbulkan korban jiwa, berbeda dengan erupsi Semeru yang menelan korban akibat kurangnya kesadaran individu dalam evakuasi dini.
Ia juga menyinggung peran media dalam edukasi kebencanaan. "BPBD bukan superman. Kalau tidak dibantu media menyampaikan informasi, kerja kami tidak ada artinya. Media adalah bagian penting dari pentahelix penanggulangan bencana," tambahnya.
(auh/hil)