Penunjukan Mochamad Irfan Yusuf sebagai Menteri Haji dan Umrah dalam Kabinet Merah Putih menandai babak baru dalam pengelolaan salah satu layanan publik terpenting di Indonesia.
Putra mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini membawa harapan akan perbaikan tata kelola ibadah haji dan umrah yang selama ini menjadi perhatian publik. Lalu siapakah Mochamad Irfan Yusuf?
Latar Belakang dan Riwayat Pendidikan
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mochamad Irfan Yusuf lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 28 Juni 1970. Gus Irfan, panggilan akrabnya, adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Latar belakang keluarganya sangat kuat dan terpandang dalam sejarah keagamaan dan pergerakan nasional Indonesia. Ayahnya, KH. Yusuf Hasyim, adalah seorang tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang disegani dan juga dikenal sebagai pendiri Pondok Pesantren Tebuireng. Ibunya, Nyai Hj. Aisyah Baidlowi, juga berasal dari keluarga ulama.
Garis keturunan Irfan Yusuf dapat ditarik langsung ke pendiri NU. Ia adalah cucu dari KH. Hasyim Asy'ari, salah satu ulama terbesar dan pendiri organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. Hubungan darah ini juga menjadikan ia sepupu dari mantan Presiden RI, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Kedekatan ini tidak hanya sebatas silsilah keluarga, tetapi juga tercermin dalam pemikiran dan perjuangan Irfan Yusuf yang dikenal sebagai salah satu figur yang meneruskan cita-cita Gus Dur di berbagai bidang, baik sosial maupun politik.
Lahir dan besar di lingkungan pesantren yang sarat akan nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan, Irfan Yusuf tidak hanya mewarisi nama besar, tetapi juga semangat perjuangan dan pengabdian. Lingkungan masa kecilnya di Jombang, pusat pergerakan Nahdlatul Ulama, membentuk karakternya yang teguh dalam memegang prinsip dan berkomitmen pada kemajuan umat.
Gus Irfan meniti perjalanan pendidikannya di kampung halaman. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah, ia melanjutkan studinya di SMPP Jombang (sekarang SMAN 2 Jombang). Untuk pendidikan tinggi, ia memilih Universitas Brawijaya di Malang, di mana ia berhasil meraih gelar sarjana pada tahun 1985. Semangatnya untuk terus belajar mendorongnya untuk melanjutkan studi magister di universitas yang sama, yang ia selesaikan pada tahun 2002. Baru-baru ini, ia bahkan meraih gelar doktor dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada Februari 2025. Disertasinya berjudul "Kepemimpinan Transformasional KH. Muhammad Yusuf Hasyim dalam Melestarikan Tradisi Indonesia di Pesantren Tebuireng Kabupaten Jombang."
Perjalanan Karier dan Pengabdian
Kiprah Gus Irfan mencerminkan perpaduan antara pengabdian keagamaan, pendidikan, dan profesionalisme di sektor keuangan. Sejak 1989, ia telah mengabdi di Pondok Pesantren Tebuireng sebagai Sekretaris Umum hingga 2006, sebuah peran yang menunjukkan komitmennya pada dunia pesantren. Dedikasinya terhadap institusi pendidikan juga terlihat dari perannya sebagai Wakil Ketua Yayasan Hasyim Asy'ari sejak 1990 dan sebagai pimpinan Pesantren Al-Farros dari tahun 2006 hingga kini.
Di samping itu, Gus Irfan juga aktif di bidang profesional. Ia pernah mengajar sebagai dosen di Akademi Keperawatan Widyagama Malang dari tahun 2013 hingga 2016. Pengalaman terpentingnya di dunia finansial adalah saat ia menjabat sebagai Komisaris Utama PT BPR Tebuireng selama dua dekade, dari 1996 hingga 2016. Pengabdiannya di organisasi keagamaan juga signifikan, di mana ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua RMI Nahdlatul Ulama Jawa Timur dan Lembaga Perekonomian NU, menunjukkan perannya yang aktif dalam jaringan Nahdlatul Ulama.
Peran dalam Dunia Organisasi dan Politik
Perjalanan politik Irfan Yusuf terbilang cepat. Ia bergabung dengan Partai Gerindra dan berhasil terpilih sebagai Anggota DPR RI pada Pemilu 2024. Namun, masa jabatannya singkat, karena ia kemudian ditunjuk sebagai Kepala Badan Penyelenggara Haji dan Umrah (BPH). Dengan peningkatan status BPH menjadi kementerian, ia kini menjabat sebagai Menteri Haji dan Umrah, sebuah jabatan yang sangat relevan dengan latar belakang dan pengalaman keagamaannya. Sebelum itu, ia juga dipercaya sebagai salah satu Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019, menunjukkan kepercayaan partai terhadap kemampuannya.
Sebagai salah satu figur yang meneruskan perjuangan Gus Dur, gus Irfan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan. Ia dikenal sebagai sosok yang memiliki jaringan luas, baik di kalangan ulama maupun aktivis. Sebelum menjabat menteri, ia juga aktif dalam pergerakan politik. Pengalamannya ini memberinya bekal untuk menavigasi kompleksitas birokrasi dan kebijakan publik.
Harta Kekayaan Mochamad Irfan Yusuf
Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) pada 27 Agustus 2024. Total kekayaan yang dimilikinya mencapai Rp16,2 miliar. Berikut rincian harta kekayaan Gus Irfan:
1. Tanah dan Bangunan: Rp13.260.000.000
Tanah dan bangunan seluas 760 mΒ²/200 mΒ² di Jombang, dari warisan: Rp2.660.000.000
Tanah seluas 9.000 mΒ² di Jombang, dari warisan: Rp4.500.000.000
Tanah seluas 8.000 mΒ² di Jombang, hasil sendiri: Rp4.000.000.000
Tanah dan bangunan seluas 100 mΒ²/60 mΒ² di Jombang, hasil sendiri: Rp600.000.000
Tanah dan bangunan seluas 36 mΒ²/36 mΒ² di Surabaya, hasil sendiri: Rp500.000.000
Tanah dan bangunan seluas 536 mΒ²/200 mΒ² di Jombang, hasil sendiri: Rp1.000.000.000
2. Alat Transportasi dan Mesin: Rp505.000.000
Mobil Mitsubishi Pajero Sport (2021), hasil sendiri: Rp500.000.000
Motor Honda Vario (2010), hasil sendiri: Rp3.000.000
Motor Yamaha Mio (2008), hasil sendiri: Rp2.000.000
3. Harta Bergerak Lainnya: Rp70.000.000
4. Kas dan Setara Kas: Rp2.389.272.886
Dari total kekayaannya, belum ditemukan hutang yang dilaporkan.
Artikel ini ditulis Fadya Majida Az-Zahra, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(ihc/ihc)