Sebanyak 19 siswa Kelas 4 SDN 2 Kradinan, Kecamatan Pagerwojo, Tulungagung terpaksa harus belajar di tenda darurat. Ruang kelas sebelumnya hancur diterjang tanah longsor.
Guru Kelas 4 SDN 2 Kradinan, Dwi Sri Sulasmi, mengatakan pascabencana tanah longsor yang menimpa sekolahnya pada Selasa (19/8/2025) aktivitas pembelajaran telah berpindah-pindah sebanyak tiga kali.
"Setelah Longsor itu kami pernah pakai tempat parkir, kemudian musala dan sekarang di tenda ini. Di sini sekitar dua minggu," kata Dwi Sri, Senin (8/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya akitivitas belajar mengajar di tenda darurat yang disiapkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tulungagung tersebut lebih nyaman jika dibandingkan di musala maupun tempat parkir.
"Kalau di musala itu sempit, anak-anak kurang leluasa. Kalau di tempat parkir itu terbuka, kalau ada motor lewat anak-anak terganggu konsentrasinya," jelasnya.
Meskipun lebih luas, kegiatan pembelajaran di tenda bukan tanpa berarti tanpa kendala. Pada siang hari terik, kondisi di dalam tenda cenderung panas. Selain itu tingkat kebisingan kendaraan juga hampir sama dengan di tempat parkir.
"Mungkin dibutuhkan kipas angin agar anak-anak lebih nyaman," ujarnya.
Terkait kondisi darurat ini Dwi belum mengetahui sampai kapan akan dijalani. Pihaknya masih menunggu realisasi pembangunan ruas kelas yang baru dari pemerintah.
"Mungkin masih lama, menunggu pembangunan gedung baru," jelasnya.
Pihaknya berharap pemerintah segera melakukan pembangunan kembali sejumlah fasilitas sekolah yang rusak diterjang longsor, sehingga kegiatan belajar mengajar bisa kembali normal.
Sebelumnya Selasa (19/8/2025) sore lereng perbukitan di belakang SDN 2 Kradinan, Tulungagung longsor. Material longsor berupa tanah dan bebatuan menimbun ruang kelas empat, perpustakaan dan toilet.
Akibat bencana alam tersebut ketiga ruangan yang rusak sama sekali tidak dapat difungsikan. Selain itu ribuan buku dan fasilitas sekolah yang lain hancur dan tidak dapat diselamatkan.
(dpe/abq)