Istilah anarko kerap muncul dalam diskusi seputar politik dan gerakan sosial, tetapi banyak orang masih bingung mengenai maknanya. Tak jarang kata ini disamakan dengan anarki, anarkis, atau anarkisme, padahal keempat istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda.
Memahami perbedaan ini penting agar tidak salah kaprah dalam menyebut kondisi, perilaku, maupun paham yang terkait dengan kebebasan dan pemberontakan terhadap otoritas. Secara garis besar, anarki menggambarkan kondisi tanpa pemerintahan atau peraturan.
Baca juga: Bagaimana Hukum untuk Pelaku Penjarahan? |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara anarkis merujuk pada orang atau kaum yang menentang otoritas. Sedangkan, anarko lebih dikenal sebagai wujud gerakan atau gaya hidup yang terinspirasi dari anarkisme.
Dan, anarkisme sendiri adalah paham politik yang menekankan kebebasan, ketiadaan hierarki yang menindas, serta kemampuan manusia menjalani hidup tanpa campur tangan negara. Dengan memahami makna masing-masing istilah, bisa lebih tepat dalam menggunakan kata dan memahami konteks sosial-politik di baliknya.
Sejarah Anarkisme
Dilansir laman UMSU, anarkisme memiliki sejarah panjang yang selalu terkait dengan pergerakan sosial dan politik. Paham ini muncul sebagai bentuk reaksi terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap menindas atau merugikan rakyat.
Popularitas anarkisme mulai berkembang pesat pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, khususnya di Eropa dan Amerika Utara, di mana ketidakadilan sosial dan kesenjangan ekonomi mendorong lahirnya berbagai ide radikal.
Selama perjalanan sejarahnya, anarkisme aktif dalam gerakan buruh, feminisme, perlawanan terhadap perang, dan gerakan hak sipil. Beberapa tokoh penting yang menjadi ikon anarkisme antara lain Mikhail Bakunin, Peter Kropotkin, dan Emma Goldman, yang gagasan-gagasannya membentuk dasar pemikiran anarkis modern.
Ciri utama anarkisme meliputi penolakan terhadap pemerintahan atau negara, perlawanan terhadap struktur hierarki, penekanan pada kebebasan individu, dan penolakan kekerasan sebagai sarana mencapai tujuan politik. Anarkisme bukan sekadar pemberontakan, melainkan visi tentang masyarakat bebas, setara, dan adil.
Prinsip-prinsip Anarkisme
Masih dari sumber yang sama, anarkisme bukan sekadar paham anti-pemerintah, tetapi juga memiliki prinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan pemikiran dan gerakan kaum anarkis. Prinsip-prinsip ini menekankan kebebasan, kemandirian, dan kerjasama dalam membangun masyarakat yang adil dan egaliter.
1. Kebebasan Individu
Salah satu prinsip utama anarkisme adalah kebebasan individu, di mana setiap orang memiliki hak untuk mengatur hidupnya sendiri tanpa campur tangan otoritas atau pemerintah. Kebebasan ini dianggap esensial untuk menciptakan masyarakat yang adil dan menghormati hak-hak individu.
2. Kemandirian
Prinsip kemandirian menekankan bahwa individu dan komunitas mampu mengelola diri mereka sendiri tanpa pengawasan eksternal. Dengan kemandirian, masyarakat diharapkan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri secara bertanggung jawab dan berkesinambungan.
3. Penolakan terhadap Otoritas
Anarkisme secara tegas menolak keberadaan otoritas atau pemerintahan yang membatasi kebebasan individu. Otoritas dipandang berpotensi menindas, menciptakan ketidakadilan, dan menghambat kemampuan masyarakat untuk mengatur kehidupannya sendiri.
4. Solidaritas
Prinsip solidaritas menekankan pentingnya kerja sama, saling mendukung, dan kepedulian terhadap sesama. Solidaritas dianggap sebagai fondasi untuk membangun masyarakat yang setara, adil, dan mampu menjaga kesejahteraan bersama.
5. Otonomi
Otonomi adalah prinsip yang menekankan kebebasan individu atau kelompok untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi hidup mereka sendiri. Dengan otonomi, dominasi dan kontrol pihak lain bisa diminimalkan, sehingga setiap orang bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
6. Swakelola
Prinsip swakelola berkaitan dengan kemampuan masyarakat untuk mengatur diri tanpa campur tangan pihak eksternal. Anarkisme mendorong masyarakat mengambil tanggung jawab penuh atas pengelolaan kehidupan dan sumber daya mereka, menciptakan sistem yang mandiri dan berkelanjutan.
Baca juga: Hukuman Tegas bagi Pelaku Demo Anarkis |
Perbedaan Anarko, Anarki, Anarkis, dan Anarkisme
Meskipun terdengar mirip, istilah anarki, anarkis, anarko, dan anarkisme memiliki makna masing-masing. Seringkali kata-kata ini digunakan secara salah kaprah saat menggambarkan kekacauan, huru-hara, atau aksi unjuk rasa. Berikut perbedaannya agar penggunaan istilah lebih tepat, dirangkum dari detikcom.
1. Anarki
Menurut KBBI, anarki berarti tidak adanya pemerintahan, undang-undang, peraturan, dan ketertiban. Secara historis, kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu an ("tidak") + archos ("pemimpin/penguasa").
Maknanya bisa diartikan sebagai "melawan penguasa" atau kondisi kebebasan tanpa otoritas. Dalam literatur, anarki juga dipahami sebagai kehidupan teratur yang bebas dari pemerintah.
2. Anarkis
Anarkis merujuk pada penganut atau penganjur anarkisme, serta orang yang melakukan tindakan anarki. Kaum anarkis seringkali bertindak untuk menentang ketidakadilan dan mendorong kebebasan serta kesejahteraan bagi semua orang. Dengan kata lain, anarkis adalah subjek yang mewujudkan anarki atau anarkisme.
3. Anarko
Berbeda dari dua istilah sebelumnya, kata anarko tidak tercantum di KBBI, tetapi dikenal dalam literatur tentang anarkisme. Anarko berkaitan dengan gerakan anarkisme itu sendiri.
Misalnya anarko punk pada era 1970-an yang menggabungkan ideologi anarkisme dengan musik punk sebagai sarana menyampaikan aspirasi. Anarko lebih menekankan praktik atau gaya hidup yang terinspirasi dari anarkisme.
4. Anarkisme
Anarkisme adalah ajaran atau paham politik yang menentang kekuatan negara dan pemerintahan. Paham ini berlandaskan pada keyakinan bahwa manusia mampu hidup teratur, aman, dan damai tanpa campur tangan negara.
Konsep ini menekankan kebebasan individu, ketiadaan hierarki yang menindas, dan perdamaian tanpa kekerasan, berbeda dari stigma populer yang mengasosiasikan anarkisme dengan huru-hara.
(hil/irb)