Apa Itu ACAB 1312? Ini Arti dan Sejarahnya

Apa Itu ACAB 1312? Ini Arti dan Sejarahnya

Mira Rachmalia - detikJatim
Sabtu, 30 Agu 2025 11:45 WIB
Lambang ACAB pada Demonstrasi 29 Agustus 2025 di Surabaaya
Lambang ACAB pada Demonstrasi 29 Agustus 2025 Foto: Aprilia Devi/detikjatim
Surabaya -

Dalam aksi demonstrasi yang terjadi pada Jumat (29/08/2025), istilah ACAB dan kode 1312 kerap terlihat dituliskan di poster maupun dinding jalan yang dilewati para demonstran. Media sosial juga ramai membicarakan kedua istilah ini, sehingga banyak yang penasaran tentang makna dan sejarahnya. Lalu, apa sebenarnya arti ACAB 1312 dan mengapa tulisan tersebut menjadi simbol perlawanan?

Berikut penjelasannya.

Arti ACAB 1312

ACAB merupakan singkatan dari kalimat bahasa Inggris "All Cops Are Bastards", yang jika diterjemahkan berarti "Semua Polisi adalah Bajingan." Istilah ini sering pula disingkat dalam bentuk angka 1312, karena sesuai dengan urutan huruf dalam alfabet: A (1), C (3), A (1), dan B (2).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ungkapan ACAB bukanlah hal baru. Sejak lama, istilah ini sudah digunakan dalam budaya protes di berbagai negara. Slogan tersebut biasanya muncul dalam bentuk grafiti, tato, coretan di tembok, spanduk demonstrasi, hingga simbol-simbol di ruang publik. Bagi sebagian orang, ACAB adalah bentuk kritik terhadap institusi kepolisian yang dianggap represif dan menindas.

Sejarah ACAB

Dikutip dari qg Magazine, asal-usul pasti istilah ACAB sulit dilacak. Namun, banyak yang meyakini istilah ini muncul di Inggris pada paruh pertama abad ke-20. Konon, frasa "All Coppers Are Bastards" pertama kali disingkat menjadi ACAB oleh para pekerja yang melakukan mogok kerja pada 1940-an.

ADVERTISEMENT

James Poulter dari Vice pernah menemukan rekaman video tahun 1958 yang memperlihatkan sekelompok anak muda meneriakkan frasa tersebut di jalanan. Namun, istilah ACAB benar-benar dikenal luas pada 1970 ketika surat kabar Daily Mirror menulisnya sebagai judul utama. Artikel itu memberitakan seorang remaja yang ditangkap polisi karena menyulam frasa ACAB di jaketnya setelah meniru seorang anggota Hells Angel. Remaja tersebut berdalih bahwa ia mengira ACAB berarti "All Canadians Are Bums" dan hanya dijatuhi denda 5 pound sterling. Namun, sejak saat itu istilah ACAB menjadi populer sebagai simbol perlawanan generasi muda terhadap polisi.

Perkembangan ACAB semakin erat dengan budaya musik punk pada dekade 1970-an. Dalam musik punk, ACAB menemukan "rumah spiritualnya" dan dibawa ke berbagai belahan dunia sebagai semboyan gerakan anarkis serta anti-otoritarian. Lagu-lagu punk yang singkat, keras, dan penuh amarah menjadi medium penyebarannya. Salah satu contoh paling terkenal adalah lagu "ACAB" yang dipopulerkan oleh band punk asal London, The 4-Skins.

Sejak itu, istilah ACAB tidak hanya menjadi slogan jalanan, tetapi juga bagian penting dari identitas subkultur punk, skinhead, hingga gerakan protes global dari New York sampai Indonesia.

Lambang ACAB pada Demonstrasi 29 Agustus 2025 di SurabaayaLambang 1312 pada Demonstrasi 29 Agustus 2025 di Surabaaya Foto: Aprilia Devi/detikjatim

Simbol yang Kontroversial

Selama lebih dari setengah abad, ACAB menunjukkan kelenturan makna. Istilah ini bisa diartikan sebagai ungkapan perlawanan ringan, ide anarkis yang kompleks, hingga simbol ideologi skinhead yang berkonotasi lebih keras. Di Jerman, ACAB bahkan sempat menjadi subjek perkara hukum terkait ujaran kebencian.

Liga Anti-Pencemaran Nama Baik (Anti-Defamation League/ADL) mencatat ACAB sebagai simbol kebencian, meski menekankan penggunaannya harus dilihat dalam konteks. Sebab, frasa ini pernah dipakai baik oleh kelompok rasis maupun anti-rasis.

ACAB di Era Media Sosial

Di era digital, ACAB kembali mengalami kebangkitan popularitas. Tagar #ACAB di TikTok misalnya, telah ditonton lebih dari setengah miliar kali. Istilah ini tidak hanya digunakan oleh kelompok anarko-punk atau skinhead, tetapi juga muncul dalam gerakan protes antikekerasan polisi, termasuk dalam kampanye Black Lives Matter di Amerika Serikat.

Pada 2018, misalnya, sebuah grafiti di papan iklan di Portland, Oregon, menyoroti kebrutalan polisi dengan pesan satir sekaligus provokatif. Coretan itu ditutup dengan tulisan "ACAB" sebagai simbol solidaritas.

Kritik Istilah ACAB 1312

Di balik kepopulerannya, ACAB juga menuai kontroversi. Sebagian pihak menilai penggunaan istilah ini terlalu agresif dan provokatif, sehingga bisa menimbulkan masalah baru. Kevin L. Clark dari Complex menilai ACAB, terutama jika dipakai oleh demonstran kulit putih, adalah bentuk solidaritas yang keliru karena justru bisa memicu kekerasan polisi yang lebih besar.

Beberapa aktivis pun mencoba merevisi kepanjangan ACAB menjadi "All Cops Are Bad", yang terdengar lebih ringan. Sementara itu, kalangan anarkis membela istilah ini dengan argumen bahwa bukan berarti semua polisi adalah bajingan, melainkan semua polisi "terikat" dalam sistem yang menindas. Artinya, masalah terletak pada struktur institusi kepolisian, bukan pada individu semata.

ACAB 1312 bukan sekadar kata-kata kasar atau slogan jalanan. Ia adalah simbol protes yang sarat makna, lahir dari sejarah panjang perlawanan terhadap otoritas kepolisian. Meski menuai kontroversi, istilah ini terus digunakan dalam berbagai bentuk perlawanan, baik dalam budaya musik punk, grafiti, hingga gerakan sosial di media sosial.

Terlepas dari perbedaan makna yang melekat padanya, satu hal yang jelas: pesan utama ACAB adalah penolakan terhadap penyalahgunaan kekuasaan dan seruan agar aparat penegak hukum tidak semena-mena terhadap rakyat




(ihc/ihc)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads