Sebelum Meninggal, Balita Sidoarjo Bengkak-Melepuh Saat Dirawat Klinik

Sebelum Meninggal, Balita Sidoarjo Bengkak-Melepuh Saat Dirawat Klinik

Suparno - detikJatim
Selasa, 26 Agu 2025 13:15 WIB
Ilustrasi anak sakit
ILUSTRASI ANAK SAKIT. Foto: Getty Images/iStockphoto/kan2d
Sidoarjo -

Balita berusia 2 tahun 10 bulan, Hanania Fatin Majida, meninggal dunia usai menjalani perawatan di klinik. Putri ketiga pasangan suami istri asal Desa Candipari, Kecamatan Porong, Sidoarjo, M Hasan Basri (36) dan Siti Nur Aini (35) itu sempat mengalami kulit melepuh dan pembengkakan sebelum meninggal dunia.

Aini mengungkapkan, putrinya menjalani perawatan di klinik mulai 4 Juli 2025. Selama lima hari perawatan, kondisi anaknya tak kunjung membaik. Tubuh Hanania justru mengalami pembengkakan dan luka melepuh akibat pemasangan infus.

Tangan kiri Hanania membengkak sebesar tangan orang dewasa. Ketika infus dipindahkan ke tangan kanan, hal yang sama terjadi, tangan kanan balita itu juga mengalami pembengkakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya panik sekali. Sudah dua tangan anak saya bengkak. Tapi klinik bilang hanya alergi dari pembalut infus. Saya minta rujukan ke rumah sakit, tapi butuh waktu sampai rujukan itu keluar," ucap Aini dengan suara bergetar ditemui detikJatim, Selasa (26/8/2025).

Pada hari kelima perawatan, kondisi Hanania semakin memburuk dan mengalami kejang, sehingga Aini dan suaminya meminta dirujuk ke RSUD Sidoarjo. Namun, nyawa Hanania tak tertolong, ia mengembuskan napas terakhir setelah 12 jam dirawat di RSUD Sidoarjo.

ADVERTISEMENT

Yang membuat sang ibu terpukul, selama hidupnya, Hanania dikenal sebagai anak yang sehat, ceria, dan aktif. Sejak lahir, Hanania tak pernah mengalami sakit serius, bahkan jarang terserang penyakit ringan seperti batuk atau pilek.

"Hanania itu anak yang sangat aktif, lincah, makannya bagus, tidurnya cukup. Nggak pernah rewel, kulitnya bersih, matanya cerah. Dia benar-benar sehat selama ini," kata Aini mengenang putrinya.

Namun, semuanya berubah saat Hanania mengalami demam ringan. Aini tidak menyangka kondisi anaknya akan memburuk drastis. Kini, keluarga mempertanyakan prosedur penanganan klinik dan dugaan keterlambatan rujukan. Aini pun berharap kejadian serupa tidak menimpa anak lain.

"Saya pikir hanya demam biasa. Tapi, demi berjaga-jaga, saya bawa ke klinik dekat rumah. Tapi, ternyata, setelah itu kondisi Hanania malah makin menurun," lanjutnya dengan suara lirih.

"Hanania tidak pernah sakit sebelumnya. Tapi, begitu dibawa ke klinik, justru anak saya meninggal. Kami ingin keadilan. Jangan sampai ini terjadi ke orang lain," pungkasnya.

Hanania awalnya mengalami demam ringan, dan sang ibu langsung membawanya ke Klinik Siaga Medika untuk pemeriksaan. Selama lima hari perawatan, kondisi Hanania justru tidak membaik.

"Anak saya awalnya hanya demam biasa, tapi karena kami khawatir, kami langsung bawa ke Klinik Siaga Medika. Tapi, KIS ditolak. Kami terpaksa bayar sendiri, walaupun harus berutang," kata Aini.

Tubuhnya mengalami pembengkakan dan luka melepuh di kedua tangan akibat pemasangan infus, meski pihak klinik menyebutnya hanya reaksi alergi pembalut infus. Pada hari kelima perawatan, Hanania kejang, sehingga orang tuanya meminta rujukan ke rumah sakit.

"Tangannya sampai bengkak sebesar tangan orang dewasa. Katanya alergi dari pembalut infus, tapi kami melihat sendiri, itu tidak wajar," tutur Aini dengan mata berkaca-kaca.

Namun, rujukan tidak segera diberikan karena Aini diminta melunasi biaya perawatan. Sayangnya, saat akhirnya dirujuk ke RSUD Sidoarjo, kondisi Hanania sudah membiru dan bengkak. Hanania hanya bertahan 12 jam di RSUD Sidoarjo sebelum meninggal dunia.




(irb/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads