Campak masih menjadi ancaman kesehatan di berbagai negara, terutama bagi anak-anak yang belum mendapatkan perlindungan vaksin. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini sangat menular, dapat menimbulkan komplikasi serius, bahkan berujung kematian jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Yuk simak pentingnya imunisasi campak, mulai dari mengenal virus penyebabnya, gejala yang perlu diwaspadai, hingga cara pengobatannya. Dengan pemahaman yang baik, diharapkan masyarakat semakin sadar akan perlunya vaksinasi untuk melindungi diri dan orang-orang terdekat dari bahaya campak.
Apa Itu Campak?
Dilansir laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), campak adalah penyakit infeksi virus akut yang serius dan sangat menular, disebabkan virus dari keluarga Paramyxovirus (morbillivirus).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penularannya terutama melalui udara (airborne) ketika penderita batuk atau bersin, dengan tingkat serangan (attack rate) mencapai lebih dari 90% pada individu yang rentan.
Virus ini dapat menular sejak empat hari sebelum ruam muncul hingga empat jam setelah ruam timbul, dengan masa inkubasi berkisar 7-18 hari. Penyakit ini paling sering menyerang anak-anak, tetapi orang dewasa yang belum divaksin atau belum pernah terkena campak juga berisiko.
Jika tidak ditangani dengan tepat, campak dapat menimbulkan komplikasi serius. Walaupun kasus campak telah menurun di banyak negara berkat program imunisasi, pemahaman tentang penyakit ini tetap penting agar pencegahan dan deteksi dini dapat dilakukan secara optimal.
Gejala Campak
Penyakit ini memiliki serangkaian gejala khas yang perlu dikenali sejak dini. Jika anak mengalami demam tinggi dan batuk, penting untuk mencermati tanda-tanda berikut yang menunjukkan bahwa itu mungkin campak.
1. Demam Tinggi
Demam dengan suhu badan biasanya di atas 38Β°C selama tiga hari atau lebih dan akan berakhir setelah empat hingga tujuh hari. Demam tinggi terjadi setelah 10-12 hari setelah tertular. Terdapat pula batuk, pilek, mata merah atau mata berair.
2. Tanda Khas (Patognomonis)
Tanda khas campak adalah munculnya Koplik's spot, yaitu bercak kecil berwarna putih keabuan dengan dasar kemerahan yang tampak di pipi bagian dalam (mukosa mulut). Tanda ini menjadi ciri spesifik yang membantu memastikan diagnosis campak.
3. Ruam Kulit
Gejala campak pada kulit berupa ruam makulopapular yang pertama kali muncul di wajah dan leher, dimulai dari area belakang telinga. Setelah itu, ruam menyebar ke seluruh tubuh seiring perkembangan penyakit. Ruam biasanya timbul ketika demam mencapai puncaknya pada hari keempat hingga ketujuh sejak demam dimulai.
Ruam ini bertahan selama sedikitnya tiga hari, kemudian perlahan menghilang dalam lima hingga enam hari. Setelah memudar, ruam sering meninggalkan bekas berwarna tembaga atau kehitaman pada kulit sebelum akhirnya kembali normal.
Pengobatan Campak
Campak tidak memiliki obat antivirus khusus, sehingga pengobatan difokuskan pada tindakan suportif untuk membantu tubuh melawan infeksi. Hal-hal yang penting dalam pengobatan campak meliputi sebagai berikut.
- Memastikan pasien mendapatkan nutrisi dan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
- Semua anak yang didiagnosis campak dianjurkan untuk mendapatkan suplemen vitamin A dalam dua dosis.
- Pemberian antibiotik hanya dilakukan jika ada infeksi bakteri sekunder, bukan untuk mengobati virus campak itu sendiri.
Komplikasi Campak
Campak dapat menimbulkan masalah serius pada semua kelompok usia, tetapi komplikasi lebih sering dialami anak di bawah 5 tahun dan orang dewasa di atas 20 tahun. Komplikasi ringan yang kerap muncul meliputi infeksi telinga, yang bisa mengganggu pendengaran, serta diare yang dialami sekitar 1 dari 10 anak.
Pada sebagian kasus, campak berkembang menjadi komplikasi berat seperti pneumonia, terjadi pada 1 dari 20 anak, yang menjadi penyebab kematian paling umum akibat penyakit ini, atau ensefalitis yang menyerang 1 dari 1.000 anak dan dapat berakhir fatal.
Ada pula komplikasi yang sangat jarang namun mematikan, yakni Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE), yang terjadi pada masa kanak-kanak. Penyakit degeneratif pada sistem saraf pusat ini biasanya muncul 7-10 tahun setelah penderita sembuh dari campak.
Risiko SSPE jauh lebih tinggi pada anak yang terinfeksi sebelum usia 2 tahun. Selain itu, campak juga berbahaya bagi ibu hamil karena dapat menyebabkan persalinan prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah.
Imunisasi Campak
Dilansir Siloam Hospital, imunisasi campak dengan vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella) terbukti mampu merangsang sistem kekebalan tubuh dan melindungi anak dari infeksi virus campak sekaligus gondongan dan rubella.
Satu dosis vaksin MMR memiliki efektivitas sekitar 93% untuk mencegah campak, sedangkan dua dosis bisa mencapai 97%. Jika vaksin diberikan dalam waktu 72 jam setelah terpapar virus, gejala berat campak juga bisa dicegah.
Waktu Pemberian Vaksin
Menurut anjuran IDAI, vaksin MMR dosis pertama diberikan pada anak usia 12-18 bulan, dan dosis kedua saat usia 5-7 tahun. Orang dewasa umumnya cukup dengan satu dosis jika sebelumnya sudah pernah mendapatkan vaksin atau pernah terkena campak.
Namun, dosis kedua pada orang dewasa bisa diberikan dengan jeda 28 hari pada kelompok tertentu, seperti tenaga kesehatan, orang berusia 18 tahun ke atas yang belum divaksin, atau mereka yang akan bepergian ke daerah dengan wabah campak.
Vaksin MMR tidak diberikan pada orang dengan alergi berat terhadap komponen vaksin, riwayat reaksi serius terhadap vaksin sebelumnya, penderita TB aktif, penyakit autoimun, atau pasien kanker yang sedang menjalani terapi yang melemahkan daya tahan tubuh.
Efek Samping
Vaksin MMR tergolong aman. Vaksin MMR tidak berhubungan dengan autisme dan sudah terjamin keamanannya. Tetapi, seperti vaksin lain, MMR dapat menimbulkan efek samping ringan seperti demam ringan, nyeri, atau kemerahan di area suntikan yang akan hilang sendiri.
Efek samping yang lebih serius, meski sangat jarang (sekitar 1:1000 kasus), meliputi ruam di seluruh tubuh, gangguan pendengaran, kejang, penurunan trombosit sementara, atau kerusakan otak.
(auh/irb)