Terwujudnya Mimpi Jemirin dan Sulikah Punya Rumah Tinggal yang Layak

Terwujudnya Mimpi Jemirin dan Sulikah Punya Rumah Tinggal yang Layak

Eka Rimawati - detikJatim
Selasa, 19 Agu 2025 19:40 WIB
Pembangunan rumah Jemirin yang sudah tidak layak dalam program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125.
Pembangunan rumah Jemirin yang sudah tidak layak dalam program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125 di Banyuwangi. (Foto: Istimewa/dok. Satgas TMMD ke-125 Kodim 0825 Banyuwangi)
Banyuwangi -

Rumah nyaman layak huni menjadi impian setiap orang. Termasuk bagi Jemirin (77). Di usianya yang sudah senja, asa untuk mewujudkan rumah layak huni agar dia dan istrinya Sulikah (67) hidup lebih nyaman tetap ada meski terkendala keadaan ekonomi. Hingga suatu hari, impian itu benar-benar terwujud.

Siang itu, suasana di Kelurahan Kesilir, Kecamatan Siliragung, Banyuwangi cukup terik dengan suhu udara 38 derajat celcius. Rumah mungil 7x5 meter di sudut RT 1, RW 5 itu belum sepenuhnya jadi. Sejumlah peralatan pertukangan masih berserakan, sekop masih tertancap di puncak adonan semen.

Saat salam diucapkan dari luar, daun pintu yang terbuka lebar jelas memperlihatkan 2 sosok tubuh renta yang sedang berbaring di lantai tanpa ubin beralas tikar. "Waalaikumsalam," suara lelaki serak dan parau terdengar dari dalam. "Sopo (Siapa)?"

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ditemani Prajurit TNI dari Kodim 0825 Banyuwangi, detikJatim bertamu ke rumah Jemirin. Kenyamanan Jemirin dan istrinya, Sulikah yang tidur siang hanya beralas tikar di lantai yang dingin membuat tertegun. Kami masuk ke ruang tamu, Jemirin berdiri lalu mempersilahkan kami duduk.

Sang Istri, Sulikah tampak geragapan dengan rambut hitam yang bercampur putih terurai sedikit berantakan. Tangan Sulikah meraba samping kiri dan kanan seakan mencari benda untuk bertaut. Wajahnya mengumbar senyum yang begitu ramah tapi matanya tetap terpejam.

ADVERTISEMENT

"Maaf, istri saya tidak bisa melihat," kata Jemirin dengan suara parau.

"Saya buta sejak 10 tahun lalu karena sering dipukuli suami saya yang dulu. Bukan suami yang sekarang loh," sahut Sulikah dengan wajah yang tetap tenang dengan senyum yang ringan.

Jemirin dan Sulikah adalah 1 dari 5 keluarga di Banyuwangi yang mendapat sentuhan Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125. Mereka terpilih bukan karena keadaan ekonomi saja, melainkan karena semangat juang mereka menjalani keseharian tanpa pernah berpangku tangan.

Keseharian Jemirin

Tubuh Jemirin mungkin tak sekuat dulu, tapi prinsip hidupnya masih sama. Dia tak ingin menjalani sisa usianya sebagai beban bagi 6 orang anaknya. Karena itulah setiap hari dia masih mengais rezeki dengan berkeliling dari satu desa ke desa lain memulung sampah plastik untuk dijual ke pengepul.

Dia ceritakan, setiap pagi dia berangkat dari rumah pukul 06.00 WIB dengan sepeda angin. Botol, gelas, dan barang-barang plastik tak terpakai dia cari ke berbagai lokasi. Kalau beruntung, dia bisa membawa pulang Rp 20.0000-Rp 100.000. Tapi tak jarang dia harus ikhlas pulang dengan tangan hampa.

"Namanya juga cari rezeki, kalau pas banyak sampah, ada rame-rame kayak tontotan gitu bisa sampai 100 ribu. Tapi ya kadang nggak bisa dijual langsung karena dapat sedikit. Jadi dikumpulkan dulu untuk dijual besok," kata Jemirin sembari merapikan rambutnya.

"Ya kadang juga nggak kerja, wong badane sudah tua. Kalau sakit semua ya nggak kerja. Sing penting ada yang bisa dimakan di rumah," katanya dengan tawa tipis menambah getir siapa pun yang mendengar kisahnya.

Sudah Ada Kamar Mandi di Rumah Itu

Hari itu, Jemirin mempersilahkan detikJatim melihat seluruh sisi rumah yang hampir jadi. Jemirin bilang, kini ruang tamunya jauh lebih layak dibandingkan dulu. Rumahnya sekarang juga punya kamar khusus untuk tidur. Bahkan dapur dan ruang makan, juga toilet, sudah hampir jadi.

"Sini, lihat-lihat sendiri. Ada kamarnya sekarang, dulu nggak punya. Terus itu dapurnya, masih belum jadi. Dulu mandinya di luar, sekarang ada kamar mandi dan WC-nya," kata Jemirin dengan wajah berseri-seri.

Namun, tidak lama kemudian mata Jemirin tetiba berkaca-kaca. Dia berupaya menutupinya dengan tangan kanan memegang kening sementara tangan kirinya berkacak pinggang. Dia berupaya keras menahan aliran air matanya saat mengucapkan syukur.

Pembangunan rumah Jemirin yang sudah tidak layak dalam program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125.Pembangunan rumah Jemirin yang sudah tidak layak dalam program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125 di Banyuwangi. (Foto: Istimewa/dok. Satgas TMMD ke-125 Kodim 0825 Banyuwangi)

"Alhamdulillah, senang sekali. Rumah saya nggak bocor lagi. Nggak nyangka bisa dapat ini, nggak tahu saya mimpi apa kok tiba-tiba bisa dapat seperti ini. Bingung saya mau bilang apa, ini terjadi tiba-tiba," kata Jemirin yang tiba-tiba tertunduk.

Akhir bulan Juli lalu, sejumlah pria dengan pakaian loreng mendatangi rumahnya yang nyaris roboh. Ada lebih dari 7 orang berseragam lengkap bersepatu lars menginjakkan kaki di halaman rumahnya.

"Saya kaget, ndredeg (dada berdebar-debar) wong nggak ada apa-apa tiba-tiba ada Pak RT juga dengan orang-orang tentara pakai sepatu tempur datang ke rumah. Saya agak takut waktu itu. Tapi kok ternyata katanya rumah saya mau dibedah," kata Jemirin.

Gotong Royong TNI Bersama Masyarakat

Tiga hari setelah kedatangan rombongan tentara itu, rumah reotnya dirobohkan dan puluhan prajurit TNI bergotong royong bersama warga setempat membantu membangun kembali rumah Jemirin. Satu per satu batu bata disusun oleh para prajurit TNI yang mengemban tugas TMMD selama 1 bulan di kecamatan Siliragung.

Jemirin mengingat betul momen itu. Momen ketika salah satu anggota TNI dari satgas TMMD Yonif 527 Baladibya Yudha menuangkan adonan semen dan pasir ke timba-timba kecil sedangkan 1 prajurit lain mengusungnya. Lalu sejumlah warga yang menyiapkan lubang fondasi mengulurkan tangan meminta adonan semen untuk dituangkan.

Harmoni antara prajurit TNI dengan masyarakat saat membangun rumah yang telah dia tempati bertahun-tahun itu membuat Jemirin merasa terharu. Para petugas itu bersama para tetangganya itu melebur dalam kemanunggalan demi mewujudkan mimpinya dan mimpi Istrinya memiliki rumah yang layak.

"Ini semua yang mengerjakan TNI dan dibantu masyarakat sekitar. Saya disuruh duduk-duduk saja melihat dan rumah saya sekarang sudah jadi superti ini. Bahkan nggak ada uang yang harus saya keluarkan sepeser pun. Saya sungguh tidak menyangka. Kok bisa. Ini seperti mimpi," kata Jemirin.

Dia saksikan sendiri sebulan penuh seluruh prajurit TNI yang menjalankan misi membangun rumahnya bekerja siang dan malam. Bukan cuma itu, yang membuatnya kian terharu, warga sekitar bahkan dengan sukarela mengirimkan makanan dan minuman untuk disantap bersama baik oleh prajurit maupun warga yang turut bekerja.

"Rukun. Rukun. Itu yang saya lihat. Kopi, teh, air, makanan itu nggak putus. Setiap hari selalu ada dari tetangga-tetangga saya. Ada yang bisa bantu-bantu membangun ya ikut membangun, kalau yang nggak bisa ya kasih makanan. Soalnya tetangga saya juga banyak sing (yang) kerja," kata Jemirin.

TNI Manunggal Membangun Desa

Komandan Kodim 0825 Banyuwangi Letkol Arh Joko Sukoyo mengungkapkan bahwa pembangunan Rumah Tinggal Layak Huni (Rutilahu) milik Jemirin menjadi bagian penting dari pekerjaan anggota dalam TMMD yang harus selesai secara keseluruhan dalam waktu 1 bulan.

Seluruh pengerjaan di 5 objek bangunan rumah yang ada di Desa Kesilir, Kecamatan Siliragung sudah mencapai hampir 100%. Targetnya, pada 23 Agustus 2025 nanti seluruh pengerjaan pembangunan kembali rumah yang tidak layak itu harus sudah selesai.

"Sampai saat ini, progres secara keseluruhan sudah hampir 100%. Untuk manfaat secara umum, ada beberapa saşaran pokok. Ada jembatan, Rutilahu, MCK, Irigasi, pipanisasi, pavingisasi sehingga kegiatan ini berbalik lagi untuk masyarakat. Pada intinya, semua pekerjaan ini oleh TNI untuk rakat," ujar Joko.

Joko menyebut, pemilihan Desa Kesilir dalam TMMD bukan tanpa sebab. Keputusan itu diambil setelah ada rapat internal dengan proses klasifikasi panjang yang disertai analisis kebutuhan di mana TMMD di Desa Kesilir diharapkan memberi dampak yang lebih luas. Bukan hanya di desa itu saja, tapi di sejumlah desa yang ada di 2 kecamatan di Banyuwangi.

Dia berharap, kegiatan TMMD kali ini mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat yang menjadi sasaran. Sebaliknya, bagi para prajurit yang terlibat dalam program ini, diharapkan semakin terasah dalam hal keterampilan sosial dan mampu menerapkan pendidikan yang didapatkan

"Kami gunakan sistem buttom up di TMMD, kami perintahkan Danramil untuk menentukan sasaran masing-masing dan memberi saran kepada kami di Kodim. Kemudian kami analisa, lalu kami survei ke lapangan. Setelah itu kami tentukan mana urgensi yang paling kuat," katanya.

"Ada 2 kecamatan yang menjadi sasaran program ini secara langsung. Kami bisa pastikan yang secara signifikan sudah terdongkrak dengan adanya pelaksanaan TMMD ini ada 3 Desa," lanjutnya.

Rumah impian Jemirin dan Sulikah menjadi bingkai cerita yang sepenuhnya berisi soal pengabdian prajurit bagi rakyat. Bukan soal berapa tetes keringat yang tertumpah, tapi soal berapa panjang malam yang akan dilalui Jemirin dan Sulikah saat tertidur nyenyak dalam rumah yang nyaman dan aman.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads