Sebanyak 200 santri putra dan putri di Pondok Pesantren Tamrinatul Wildan, Dusun Cangaan, Desa Genteng Wetan, Banyuwangi upacara bendera peringatan Kemerdekaan RI pada 16 Agustus. Kegiatan ini menjadi berbeda dari rangkaian perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di tempat lain.
Tak ada tahapan yang dilewati, mulai dari petugas upacara lengkap hingga prosesi pengibaran Sang Saka Merah Putih hingga proses mengheningkan cipta digelar secara lengkap.
Yang lebih unik lagi, upacara ini digelar dengan iringan alat musik hadrah. Meski demikian, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya berkumandang merdu dinyanyikan seluruh santri selaku peserta upacara. Masyarakat sekitar Ponpes pun larut dalam khidmat upacara yang digelar lebih awal ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ustad Ainur Rofik, pengasuh Ponpes Tamrinatul Wildan mengatakan tidak ada alasan spesial dalam pelaksanaan upacara pada 16 Agustus malam ini. Ponpesnya hanya ingin menanamkan rasa cinta tanah air dengan turut memperingati hari kemerdekaan melalui khidmat penghormatan pada para pahlawan.
"Melalui malam upacara ini, kami ingin menanamkan rasa cinta kepada tanah air dan mengisi kemerdekaan dengan berbagai karya yang memberi manfaat bagi bangsa dan negara," tegasnya kepada seluruh santri, Sabtu (16/8/2025).
Selain itu dia tegaskan bahwa seluruh santri wajib menaati aturan yang berlaku selama undang-undang itu tidak bertentangan dengan syariat Islam.
![]() |
"Kita semua wajib menaati undang-undang selama itu tidak bertentangan dengan ajaran agama," katanya.
Melalui kesempatan itu dia juga mengajak seluruh santri ponpes dan masyarakat sekitar memanjatkan doa bagi seluruh pahlawan yang gugur di medan perang dalam merebut kemerdekaan.
"Tetap, senantiasa kita memanjatkan doa bagi para pahlawan. Bagai para santri belajar dengan giat berkarya dan mendedikasikan fikiran dan waktunya di masyarakat untuk membangun negara dan bangsa Indonesia ini," pungkas ustad Ainur Rofik.
Salah seorang santri ponpes, Ida Laila yang turut dalam upacara kemerdekaan itu mengaku baru pertama kali ini mengikuti upacara di malam hari. Menurutnya hal itu unik dan suasananya berbeda.
"Unik, berbeda dari biasanya," kata Ida.
Dengan ikut dalam upacara di malam hari, Ida mengaku akhirnya akan mengikuti upacara kemerdekaan sebanyak 2 kali. Sebab keesokan pagi dia juga wajib mengikuti upacara di sekolahnya.
"Saya sekolah di luar. Tidak di pondok. Jadi upacaranya 2 kali. Besok pagi upacara lagi," kata Ida sembari tersenyum.
Upacara di malam hari jelang kemerdekaan itu telah menjadi tradisi tahunan di Ponpes Tamrinatul Wildan. Hal ini terus berkembang dengan iringan perayaan yang berbeda setiap tahunnya, mulai dari perlombaan unik, pengajian, dan pembacaan puisi.
(dpe/abq)