Mengenal Barikan, Tradisi Malam Kemerdekaan di Jawa Timur

Mengenal Barikan, Tradisi Malam Kemerdekaan di Jawa Timur

Katherine Yovita - detikJatim
Sabtu, 16 Agu 2025 11:15 WIB
barikan di surabaya jelang hut ri
Barikan di Surabaya Foto: Aprilia Devi/detikjatim
Surabaya -

Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Indonesia, berbagai daerah memiliki cara tersendiri untuk merayakan momen bersejarah ini. Di Jawa Timur, salah satu tradisi unik yang masih terus dilestarikan adalah Barikan. Tradisi ini biasanya digelar pada malam 16 Agustus sebagai wujud rasa syukur atas jasa para pahlawan yang telah gugur memperjuangkan kemerdekaan bangsa.

Lebih dari sekadar perayaan seremonial, Barikan menyimpan nilai kearifan lokal yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Tradisi ini tidak hanya mempererat kebersamaan, tetapi juga menjadi simbol penghargaan terhadap kemerdekaan dan identitas bangsa Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asal Usul Istilah Barikan

Secara etimologis, kata Barikan memiliki beberapa versi asal-usul. Ada yang menyebut berasal dari bahasa Arab barik, yang berarti barokah atau berkah. Versi lain menyebut istilah ini berasal dari bahasa Jawa Kuno, yang berarti baris. Terlepas dari perbedaan tersebut, Barikan pada intinya dimaknai sebagai sebuah tradisi penuh berkah yang mempertemukan warga dalam kebersamaan.

Pelaksanaan Tradisi Barikan

Barikan digelar setiap malam tanggal 16 Agustus di berbagai wilayah Jawa Timur. Warga biasanya berkumpul di perempatan jalan, pertigaan gang, halaman rumah, hingga jalan-jalan kampung. Mereka duduk bersama di atas tikar membentuk barisan rapi dengan berbagai hidangan yang dibawa dari rumah.

ADVERTISEMENT

Setiap warga akan membawa makanan, mulai dari buah-buahan, kue, hingga nasi, sesuai kesepakatan. Makanan tersebut bisa ditukar antarwarga, disantap bersama di lokasi, atau dibawa pulang. Inilah yang menjadikan Barikan sebagai wujud nyata kebersamaan dan gotong royong.

Rangkaian Acara Malam Barikan

Dilansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), tradisi Barikan biasanya dipadukan dengan agenda seni, budaya, hingga kegiatan keagamaan. Barikan kerap menjadi puncak dari rangkaian lomba Agustusan yang sebelumnya digelar di kampung-kampung.

Acara biasanya dimulai dengan doa bersama, lalu dilanjutkan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu nasional lainnya. Setelah itu, warga menikmati hidangan secara bersama-sama, sembari menikmati hiburan sederhana yang dihadirkan untuk menyemarakkan suasana.

Makna Filosofis Tradisi Barikan

Lebih dari sekadar tradisi menjelang HUT RI, Barikan mengandung makna filosofis yang dalam bagi masyarakat Jawa Timur. Beberapa di antaranya adalah:

  • Ungkapan rasa syukur: sebagai bentuk terima kasih kepada Tuhan atas kemerdekaan, kesehatan, dan keberkahan hidup.
  • Menghormati jasa pahlawan: mengenang perjuangan para pejuang kemerdekaan yang telah gugur.
  • Mempererat kebersamaan: menjadi wadah memperkuat hubungan sosial antartetangga dan lintas generasi.
  • Pelestarian budaya lokal: menjaga kearifan lokal serta memperkuat identitas budaya masyarakat Jawa Timur.

Tradisi Barikan bukan hanya sekadar perayaan menjelang Hari Kemerdekaan, tetapi juga sarana memperkuat nilai gotong royong dan persatuan. Dengan berkumpul, berdoa, dan berbagi makanan, masyarakat Jawa Timur menunjukkan rasa syukur sekaligus memperkokoh identitas budaya bangsa.

Melalui Barikan, generasi muda diajak untuk terus menghargai jasa para pahlawan, menjaga kebersamaan, serta melestarikan tradisi lokal yang penuh makna.




(irb/ihc)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads