Jejak Hoso Kyoku, Radio Penjajah yang Berubah Jadi Suara Republik

Jejak Hoso Kyoku, Radio Penjajah yang Berubah Jadi Suara Republik

Katherine Yovita - detikJatim
Minggu, 17 Agu 2025 01:00 WIB
Tanggal 11 September diperingati sebagai Hari Radio Nasional. Di tanggal yang sama Radio Republik Indonesia (RRI) didirikan di tahun 1945.
Ilustrasi Sejarah Radio Foto: Antara Foto
Surabaya -

Detikers, pernahkah terbayang bagaimana masyarakat Indonesia di masa penjajahan mendapatkan informasi dan hiburan, jauh sebelum hadirnya televisi dan internet?

Pada masa itu, radio menjadi media utama yang menjembatani suara antara pemerintah dan rakyat. Namun, fungsinya tidak sekadar menyampaikan kabar, melainkan juga menjadi alat politik yang sangat berpengaruh.

Salah satu jaringan radio yang berperan besar di masa pendudukan Jepang adalah Radio Hoso Kyoku. Meski terdengar asing di telinga generasi sekarang, stasiun ini pernah menjadi sumber siaran resmi sekaligus alat propaganda pemerintah militer Jepang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Menariknya, dari balik kendali ketat penjajah, radio ini justru meninggalkan jejak penting dalam sejarah penyiaran nasional Indonesia.

Sejarah Radio Hoso Kyoku

Sebelum dikenal sebagai Radio Republik Indonesia (RRI), stasiun ini berdiri dengan nama Radio Hoso Kyoku pada masa pendudukan Jepang. Cabangnya tersebar di berbagai kota besar seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Malang, dengan pusat siaran berada di Jakarta.

Dikutip dari laman resmi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), pada masa penjajahan Jepang, radio sepenuhnya dikendalikan sebagai alat propaganda. Bahkan, radio milik rakyat disegel dan disensor ketat agar tidak menyiarkan informasi di luar kepentingan Jepang.

Semua siaran Hoso Kyoku hanya menyampaikan kabar yang menguntungkan pihak penjajah. Namun situasi berubah setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada Agustus 1945.

Pemuda Indonesia Ambil Alih Siaran

Dalam kondisi genting pasca-kekalahan Jepang, para pemuda Indonesia bertindak cepat. Mereka mengambil alih saluran komunikasi, termasuk stasiun radio yang sebelumnya dikuasai penjajah.

Tiga pemuda bernama Sakti Alamsjah, Sam Amir, dan Darja memberanikan diri menyiarkan kabar kemerdekaan secara berulang melalui gelombang radio Hoso Kyoku.

Berkat keberanian mereka, berita bahwa Indonesia telah merdeka terdengar hingga ke telinga Sekutu. Kabar ini menjadi sinyal kuat bahwa Hindia Belanda telah berubah menjadi Republik Indonesia. Tindakan itu membuat Jepang marah besar, bahkan berusaha membungkam segala siaran yang memuat kabar kemerdekaan.

Dari Hoso Kyoku Menjadi RRI

Seiring berjalannya waktu, radio tidak lagi hanya berfungsi sebagai alat perjuangan, tetapi juga menjadi bagian penting pembangunan bangsa.

Pada 11 September 1945, delapan stasiun mantan Hoso Kyoku menggelar pertemuan di Jakarta bersama perwakilan pemerintah Indonesia. Dari pertemuan tersebut lahirlah Radio Republik Indonesia (RRI), dengan Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin pertama.

Transformasi Hoso Kyoku menjadi RRI ini menjadi tonggak sejarah penting penyiaran nasional, menandai lahirnya radio publik yang terus menyuarakan semangat kemerdekaan hingga kini.




(irb/ihc)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads