Di tengah geliat modernisasi Kota Surabaya, terdapat sebuah bangunan bersejarah yang menyimpan jejak perjuangan bangsa. Rumah HOS Tjokroaminoto yang terletak di Jalan Peneleh Gang VII No. 29-31, Surabaya, menjadi saksi bisu lahirnya pemikiran-pemikiran besar yang mempengaruhi arah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Rumah ini bukan sekadar hunian, tetapi tempat bertumbuhnya para tokoh nasionalis muda, termasuk Ir. Soekarno, yang kelak menjadi Presiden pertama Republik Indonesia. detikJatim merangkum fakta menarik rumah HOS Tjokroaminoto. Sebuah lokasi yang merupakan rumah singgah banyak toko besar dan berpengaruh pada perjalanan Republik Indonesia.
![]() |
Sejarah Singkat Rumah HOS Tjokroaminoto
Rumah ini dulunya merupakan kediaman Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, tokoh besar pergerakan nasional dan ketua Sarekat Islam, salah satu organisasi perjuangan terbesar pada masa Hindia Belanda. Selain menjadi tempat tinggal pribadi, rumah ini juga difungsikan sebagai rumah kos oleh istrinya, Soeharsikin, guna menambah penghasilan keluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun terbilang sederhana, rumah ini memiliki peran besar dalam sejarah bangsa. Di tempat inilah HOS Tjokroaminoto sering mengadakan diskusi politik dan kelas informal bersama anak-anak kosnya yang kelak menjadi tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Beberapa tokoh yang pernah tinggal di sini antara lain Soekarno, Alimin, Musso, Semaoen, dan Soeherman Kartowisastro.
Soekarno Muda dan Jejak Perjuangan di Rumah Peneleh
Soekarno datang ke Surabaya untuk menempuh pendidikan di HBS (Hoogere Burger School), dan kemudian menumpang tinggal di rumah Tjokroaminoto. Hubungan antara Soekarno dan Tjokroaminoto lebih dari sekadar penghuni kos dan pemilik rumah.
Tjokroaminoto menjadi mentor dan figur ayah ideologis bagi Soekarno. Di rumah ini pula Soekarno banyak belajar tentang pergerakan, pidato, serta ideologi kebangsaan.
Kamar yang dihuni Soekarno saat itu sangat sederhana, tanpa jendela, kasur, atau bantal. Bahkan karena kondisi yang gelap, lampu harus menyala sepanjang hari. Namun, dari ruangan inilah lahir pemikiran-pemikiran tajam yang kelak disuarakan Soekarno dalam panggung perjuangan nasional.
![]() |
Museum HOS Tjokroaminoto, Jejak Perjuangan yang Diabadikan
Seiring waktu, rumah ini sempat berpindah tangan. Pada tahun 1921, HOS Tjokroaminoto menjual rumah tersebut. Rumah tersebut kemudian ditempati oleh berbagai keluarga hingga tahun 1968.
Dalam masa itu, Soekarno yang saat itu sudah menjadi Presiden RI sempat mengenang kembali rumah ini, dan menyampaikan betapa pentingnya tempat tersebut dalam perjalanan hidupnya.
Setelah melalui proses panjang, Pemerintah Kota Surabaya mengambil alih dan merestorasi rumah ini. Museum HOS Tjokroaminoto diresmikan pada 27 November 2017 oleh Wali Kota Surabaya saat itu, Tri Rismaharini.
Museum ini kini menjadi ruang edukasi sejarah yang terbuka untuk umum, menyuguhkan banyak artefak dan narasi perjuangan tokoh-tokoh pergerakan nasional.
Arsitektur dan Tata Ruang Rumah Bersejarah
Rumah ini memiliki sepuluh kamar, termasuk loteng dan ruang tidur keluarga. Ruangannya sempit, namun mampu menampung lebih dari 20 orang penghuni. Tata letak rumah ini membagi bagian depan sebagai tempat tinggal keluarga Tjokroaminoto, sementara bagian belakang digunakan untuk kamar kos.
Pada lantai dua terdapat loteng yang dahulu digunakan sebagai kamar tidur para penghuni kos. Kini, loteng tersebut dibiarkan sebagaimana adanya untuk memberi gambaran kondisi masa lalu. Ruangan lainnya dipenuhi dengan foto-foto dokumentasi, narasi sejarah, dan benda-benda peninggalan seperti meja, kursi, lemari, dan perlengkapan makan zaman dulu.
![]() |
Tempat Belajar dan Diskusi Aktivis Muda
Salah satu bagian penting dari rumah ini adalah ruang berkumpul yang dulu digunakan Tjokroaminoto untuk memberi kuliah politik kepada para pemuda. Di tempat itulah benih-benih kesadaran nasional mulai tumbuh di kalangan anak muda. Diskusi-diskusi politik, ekonomi, dan strategi perjuangan dilakukan secara intensif, menjadikan rumah ini sebagai pusat ideologi kemerdekaan yang kuat.
Atmosfer perjuangan yang terasa kental masih dapat dirasakan oleh setiap pengunjung museum. Tak hanya sebagai tempat tinggal, rumah ini telah menjadi inkubator ideologi bagi calon-calon pemimpin bangsa.
Pengalaman Berkunjung ke Museum HOS Tjokroaminoto
Museum ini buka setiap hari kecuali Senin, mulai pukul 08.00 hingga 15.00 WIB. Tiket masuknya pun sangat terjangkau, hanya Rp 5.000 untuk umum dan gratis untuk pelajar. Pengunjung juga bisa membeli tiket secara daring melalui situs resmi wisata Kota Surabaya di tiketwisatasurabaya.go.id.
Meski berada di kawasan padat penduduk, museum ini tetap menjadi salah satu destinasi favorit untuk wisata edukasi sejarah. Akses menuju museum dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun umum, namun lahan parkir agak terbatas. Oleh karena itu, pengunjung disarankan datang di luar jam sibuk atau menggunakan transportasi online.
Rumah HOS Tjokroaminoto bukan hanya bagian dari sejarah Surabaya, melainkan bagian dari sejarah nasional Indonesia. Perannya sebagai ruang edukasi dan refleksi menjadikan tempat ini layak dikunjungi oleh generasi muda, pelajar, akademisi, dan masyarakat umum.
Melalui rumah ini, kita bisa belajar bagaimana semangat perjuangan tumbuh dari ruang-ruang kecil, diskusi sederhana, dan tekad kuat para pemuda masa lalu. Rumah ini juga menjadi pengingat bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini lahir dari perjuangan panjang dan pemikiran besar yang dimulai dari tempat-tempat sederhana.
(ihc/irb)