Rumah kelahiran Soekarno di Surabaya menjadi salah satu tempat bersejarah penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Bangunan ini adalah saksi bisu awal kehidupan presiden pertama Republik Indonesia, yang dikenal sebagai Sang Proklamator dan Bapak Bangsa.
Terletak di kawasan Peneleh, rumah sederhana ini kini difungsikan sebagai museum yang mengedukasi masyarakat tentang perjuangan, semangat nasionalisme, dan nilai-nilai yang diperjuangkan Soekarno sejak muda.
Sebagai Kota Pahlawan, Surabaya menyimpan banyak jejak sejarah, termasuk bangunan-bangunan yang berkaitan langsung dengan tokoh besar Indonesia. Salah satunya adalah rumah tempat lahirnya Soekarno, yang dilahirkan dengan nama kecil Koesno Sosrodihardjo pada 6 Juni 1901.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia merupakan putra dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru dan pegawai pemerintah kolonial (ambtenaar) berdarah Jawa keturunan Sultan Kediri, dan Ida Ayu Nyoman Rai, bangsawan asal Singaraja, Bali. Keluarga ini menetap di Surabaya pada akhir abad ke-19, dan di sanalah Soekarno dilahirkan.
Kisah Soekarno Muda
Soekarno muda lahir dalam suasana keluarga terdidik dan terpandang. Namun karena kondisi kesehatannya sering terganggu, namanya diganti dari Koesno menjadi Soekarno saat usianya menginjak lima tahun.
Sejak bayi, hidupnya sudah berpindah-pindah mengikuti ayahnya yang sering dimutasi ke berbagai kota akibat pekerjaannya sebagai ambtenaar. Baru berusia enam bulan, ia sudah diboyong ke Jombang, dan diasuh eyangnya yang bernama Sarinah.
Pada usia empat tahun, Soekarno kecil kembali pindah ke Tulungagung, lalu ke Mojokerto, mengikuti penugasan ayahnya. Masa kecil Soekarno memang banyak dihabiskan berpindah-pindah kota, mulai dari Bali, Surabaya, Mojokerto, Sidoarjo, hingga Blitar.
Namun, di balik mobilitas tinggi tersebut, tersimpan pengalaman dan wawasan yang turut membentuk karakter serta kesadarannya sebagai calon pemimpin. Pendidikan pertamanya dimulai di Eerste Inlandse School Mojokerto, sebelum melanjutkan ke sekolah elite Europeesche Lagere School (ELS).
Ketika memasuki usia remaja dan bersekolah di Surabaya, Soekarno mulai indekos di rumah tokoh pergerakan Haji Oemar Said Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam. Tinggal bersama tokoh besar ini menjadi fase penting yang membuka pemikirannya tentang nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan.
Latar Belakang Sejarah Rumah Kelahiran Soekarno
Rumah kelahiran Soekarno beralamat di Jalan Pandean IV No 40, Peneleh, Surabaya. Kini, rumah ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya. Status ini menandakan bahwa bangunan tersebut memiliki nilai penting secara sejarah, budaya, dan arsitektur.
Keberadaan rumah ini bukan sekadar simbol tempat lahirnya seorang tokoh besar, tetapi juga menjadi sarana edukatif yang menghidupkan kembali semangat perjuangan kemerdekaan. Pemerintah telah merevitalisasi rumah ini agar tetap kokoh dan dapat difungsikan sebagai museum terbuka bagi masyarakat luas.
Menariknya, meskipun telah direnovasi, bentuk asli rumah tetap dipertahankan. Upaya pelestarian ini merupakan bentuk penghormatan atas jasa Bung Karno, sekaligus pengingat bagi generasi muda tentang pentingnya sejarah bangsa.
Keunikan Arsitektur Rumah Kelahiran Soekarno
Bangunan rumah kelahiran Soekarno memiliki luas sekitar 78 meter persegi dengan ukuran 6 x 13 meter. Rumah ini terdiri atas satu ruang tamu, satu ruang tengah, dua kamar tidur, dapur, dan tangga kayu menuju lantai dua.
Di bagian depan rumah terdapat tembok keramik, pintu model kupu tarung, dan tiga jendela bergaya rumah lawas. Meski telah mengalami pembaruan, rumah ini tetap mempertahankan unsur arsitektur klasik yang khas.
Tembok dibiarkan dalam kondisi kasar untuk menjaga kesan orisinal dan menghadirkan nuansa tempo dulu. Hal ini membuat pengunjung dapat benar-benar merasakan atmosfer sederhana kehidupan keluarga guru pada awal abad ke-20.
Bagian dalam rumah kelahiran Soekarno juga dilengkapi dengan foto-foto dokumenter, replika perabotan rumah tangga, serta infografik sejarah yang memperkaya nilai edukatif museum ini.
Nilai Edukasi dan Fungsi Museum
Kini, rumah kelahiran Soekarno bukan hanya menjadi destinasi wisata sejarah, tetapi media pembelajaran bagi masyarakat dari berbagai latar belakang. Tempat ini menyimpan banyak informasi berharga tentang kehidupan awal Bung Karno, termasuk latar sosial dan budaya masyarakat Surabaya pada masa penjajahan.
Museum ini kerap dikunjungi pelajar, peneliti, maupun wisatawan lokal dan mancanegara. Berbagai kegiatan edukatif sering digelar, mulai dari tur sejarah, pameran temporer, hingga pemutaran film dokumenter. Semua ini bertujuan untuk menanamkan nilai perjuangan, cinta tanah air, dan kesadaran menjaga warisan budaya.
Dengan pendekatan yang interaktif, rumah ini menjembatani masa lalu dan masa kini. Anak-anak muda bisa belajar bahwa perubahan besar bisa dimulai dari lingkungan paling sederhana-bahkan dari sebuah rumah kecil di sudut kota.
Lokasi Strategis dan Aksesibilitas
Lokasinya yang berada tidak jauh dari pusat Kota Surabaya membuat rumah kelahiran Soekarno mudah dijangkau. Letaknya sekitar 5 kilometer dari Balai Kota, atau sekitar 15 menit perjalanan menggunakan kendaraan pribadi.
Akses ke lokasi juga tersedia melalui angkutan umum, ojek daring, maupun jalan kaki bagi wisatawan yang ingin menjelajahi kawasan Kampoeng Peneleh secara langsung. Kawasan ini juga berdekatan dengan berbagai situs sejarah lain, seperti Makam Mbah Peneleh dan Kampung Lawas Maspati.
Menjaga Warisan untuk Generasi Mendatang
Keberadaan Rumah Kelahiran Bung Karno merupakan bagian dari warisan budaya bangsa yang harus dijaga bersama. Tempat ini bukan sekadar bangunan tua, tetapi monumen hidup yang menyimpan kenangan masa kecil seorang pemimpin besar dan merekam jejak perjuangan bangsa menuju kemerdekaan.
Dengan merawat dan mengunjungi tempat ini, kita ikut menjaga jati diri bangsa dan memperkuat rasa cinta tanah air. Rumah kelahiran Soekarno menjadi titik awal yang baik untuk memahami sejarah Indonesia, sekaligus menginspirasi generasi penerus agar tidak melupakan akar perjuangannya.
(ihc/irb)