Makna dan Sejarah Lomba 17 Agustus, Panjat Pinang hingga Tarik Tambang

Makna dan Sejarah Lomba 17 Agustus, Panjat Pinang hingga Tarik Tambang

Irma Budiarti - detikJatim
Selasa, 12 Agu 2025 14:30 WIB
Ilustrasi peserta lomba 17 Agustus
Ilustrasi Lomba 17 Agustus. Foto: Unsplash/Hobi industri
Surabaya -

Bulan Agustus identik dengan keriuhan lomba 17-an yang digelar di kampung-kampung, sekolah, hingga perkantoran. Suara sorak penonton berpadu tawa peserta menjadi pemandangan yang selalu dinanti setiap tahun. Di balik keseruannya, ternyata tiap lomba punya makna dan sejarah yang tak sekadar hiburan semata.

Mulai dari panjat pinang yang penuh strategi, lomba makan kerupuk yang sederhana namun sarat filosofi, hingga lomba balap karung yang membawa pesan kebebasan dari penjajahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan, tarik tambang yang tampak sederhana pun menyelipkan pesan tentang persatuan dan kerja sama, sama seperti semangat para pejuang kemerdekaan. Semuanya menyimpan cerita yang lahir dari perjalanan panjang bangsa Indonesia.

Simak makna dan sejarah lomba 17 Agustus yang seru sekaligus sarat nilai perjuangan, mulai dari panjat pinang, makan kerupuk, balap karung, hingga tarik tambang.

ADVERTISEMENT

Filosofi Lomba 17 Agustus

Mengetahui sejarah dan filosofi di balik lomba-lomba ini membuat kita bisa lebih menghargai tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Berikut lomba 17 Agustus yang tidak hanya memacu adrenalin, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai perjuangan, seperti dirangkum dari laman Kemenkeu.

1. Panjat Pinang

Tradisi panjat pinang sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. Dahulu, orang-orang Belanda menggantungkan berbagai hadiah menarik di puncak pohon pinang, mulai dari bahan pangan hingga pakaian. Kebiasaan ini kemudian juga diikuti masyarakat Indonesia.

Meskipun sebagian orang menganggap panjat pinang sebagai kenangan pahit masa kolonial, tetap ada nilai positif yang bisa dipetik. Lomba ini melatih kreativitas dan kekompakan tim dalam mencapai tujuan bersama.

Sejumlah warga mengikuti tradisi panjat pinang di Desa Kubang Baros, Kabupaten Serang, Banten, Selasa (1/4/2025). Kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat setempat dalam rangka memeriahkan Idul Fitri 1446 H sekaligus menjalin tali silaturahim sesama umat Islam. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/nym.LOMBA PANJAT PINANG. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

2. Lomba Makan Kerupuk

Siapa sangka lomba makan kerupuk punya filosofi mendalam? Pada masa lalu, kerupuk menjadi makanan andalan rakyat karena kondisi ekonomi yang sulit.

Bahkan, camilan sederhana ini disebut-sebut sebagai makanan favorit para pejuang kemerdekaan. Dari sinilah lomba makan kerupuk diadakan sebagai simbol perjuangan dan kesederhanaan yang tetap dikenang hingga kini.

Masyarakat kota Bekasi ikut berbahagia dalam merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-70 tahun. VidaFest 2015 digelar dengan mengusung tajuk 'Bahagia di Bekasi' yang diisi beberapa kegiatan diantaranya ada beragam perlombaan tradisional dan kelas memasak untuk ibu-ibu masyarakat sekitar yang memanfaatkan hasil tanaman healthy dari kebun sendiri. (Foto: Rachman Haryanto/detikcom)LOMBA MAKAN KERUPUK. Foto: Rachman Haryanto

3. Balap Karung

Balap karung juga menyimpan kisah sejarah yang unik. Lomba ini diciptakan untuk mengenang masa penjajahan ketika sebagian rakyat terpaksa mengenakan karung goni sebagai pakaian karena keterbatasan.

Setelah kemerdekaan, masyarakat lalu menjadikan gerakan melompat sambil menginjak-injak karung sebagai simbol kebebasan dari penjajahan. Tak hanya itu, lomba balap karung juga mengajarkan bahwa tujuan bersama hanya bisa tercapai dengan kekompakan, persis seperti yang dilakukan para pejuang kemerdekaan.

Sejumlah anak pengungsi yang terdampak erupsi Gunung Ibu mengikuti lomba balap karung di area Posko Pengungsian Desa Gam Ici, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, Kamis (6/6/2024). Lomba tersebut yang diadakan Psikososial Anak Maluku Utara sebagai upaya mengembalikan trauma mereka dari bencana dan menghibur para pengungsi setelah sebulan lamanya menetap di lokasi posko pengungsian itu. ANTARA FOTO/Andri Saputra.LOMBA BALAP KARUNG. Foto: Antara Foto/Andri Saputra

4. Tarik Tambang

Tarik tambang memiliki makna yang mendalam. Permainan ini mengajarkan semangat persatuan dan kesatuan, membentuk kekompakan antar anggota kelompok.

Nilai-nilai seperti kebersamaan, kerja sama, dan perjuangan di dalamnya selaras dengan semangat para pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia.

Sejumlah warga mengikuti lomba tarik di kampung Workwana, Distrik Arso, Keerom, Papua, Selasa (16/8/2022). Kegiatan lomba tersebut digelar dalam rangka memeriahkan dan menyambut HUT Ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia. ANTARA FOTO/Sakti Karuru/foc.LOMBA TARIK TAMBANG. Foto: ANTARA FOTO/Sakti Karuru

Lomba 17-an bukan sekadar ajang memeriahkan hari kemerdekaan, tetapi warisan budaya yang sarat makna. Di balik keringat dan tawa para peserta, tersimpan pesan tentang persatuan, kerja sama, dan semangat pantang menyerah, nilai-nilai yang diwariskan para pejuang bangsa.

Melestarikan lomba ini berarti menjaga ingatan kolektif tentang perjuangan dan kebersamaan. Maka, setiap kali ikut memanjat pinang, mengunyah kerupuk, melompat dalam karung, atau menarik tambang, kita tidak hanya bermain, tetapi menghidupkan kembali semangat kemerdekaan yang tak lekang oleh waktu.




(auh/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads