Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti melarang siswa bermain game Roblox. Guru SD baik negeri maupun swasta di Surabaya memberikan komentar.
Guru kelas 6 SDN Sidotopo 1, Guntur Dwi Widi Aksono mengatakan, pemerintah melarang game Roblox karena mengkhawatirkan. Baginya, tergantung guru atau orang tua mengarahkan anak agar tetap menjadikan game sebagai aktivitas potitif.
"Bagi saya sendiri, kalau misalnya game tersebut diawasi, diarahkan ke yang positif, pastinya tidak akan berbahaya bagi anak itu sendiri. Misalnya kita sebagai orang tua selalu memantau anak saat main, dilihat itu permainan seperti apa? Apakah termasuk kekerasan atau tidak? Kalau ada bagian yang berbahaya jangan dicontoh. Ini kan cuma game, jadi diarahkan, anak bermain, kita dampingi, diedukasi," kata Guntur kepada detikJatim, Jumat (8/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, akan susah melarang anak untuk bermain game digital. Terutama Roblox yang menjadi game viral dan banyak dimainkan oleh anak-anak.
"Kalau lingkungan teman yang lain (bermain), pasti ikut main. Kita sebagai orang tua ya kewajibannya harus mengawasi dan mengedukasi, bahwasanya kalau game-game yang berbau kekerasan itu dilarang, jangan diikuti, karena game tersebut hanya ada di dunia virtual," ujarnya.
Kemudian, ketika mendaftar bisa saja memalsukan usia, maka kalau bisa orang tua yang mendaftarkan. Sehingga dapat membatasi akses konten dewasa, melalui fitur restrict mode hanya untuk anak-anak di bawah 13 tahun.
Secara pribadi, Guntur tidak mendukung atau menolak larangan game Roblox. Karena anak bisa marah bila dilarang, maka guru dan orang tua dapat mengarahkan skill ke arah positif.
"Kalau saya pribadi kalau melarang itu enggak bisa ya, malah nggondok, ngambek sama gurunya. Saya lebih suka mengarahkan supaya skill mereka, terasa dengan baik. Jadi main game digital sehat. Istilahnya sekarang itu mabar sehat, diarahkan dengan benar. Jangan sampai nggak diawasi terus, anak-anak tidak dibiarkan main terus-menerus. Terpenting diarahkan dengan baik. Saya tahu anak-anak itu aslinya berbakat juga," jelasnya.
"Ada yang kasihan, misalnya dia nilainya akademis (minim), tapi jago main kayak game Roblox, Mobile Legends. Kalau enggak diarahkan dia enggak baik nanti hasilnya. Tapi kalau diarahkan dia bisa menjadi seperti atlet e-sport yang ada di Jakarta," tambahnya.
Selama ini, Guntur belum pernah menemukan siswanya bermasalah atau kecantuan pada game Roblox. Karena tidak banyak yang memainkan game tersebut.
"Di sekolah kami sebagai guru, selalu menegaskan sama anak-anak. Kalau di sekolah saya kebanyakan game Mobile Legends, bukan Roblox," pungkasnya.
(dpe/abq)