Ketika Trump dan Mantan Presiden Rusia Saling Ancam Kerahkan Nuklir

Kabar Internasional

Ketika Trump dan Mantan Presiden Rusia Saling Ancam Kerahkan Nuklir

Rita Uli Hutapea - detikJatim
Sabtu, 02 Agu 2025 22:30 WIB
US President Donald Trump speaks to the press after disembarking from Air Force One upon his arrival at Prestwick Airport, south of Glasgow on July 25, 2025, on the first day of his UK visit. US President Donald Trump departed for Scotland on July 25, 2025 for a mix of diplomacy, business and leisure, as a huge UK security operation swung into place amid planned protests near his family-owned golf resorts. (Photo by Brendan SMIALOWSKI / AFP)
Donald Trump. (Foto: AFP/BRENDAN SMIALOWSKI)
Surabaya -

Dua kapal selam nuklir AS dikerahkan pada Jumat (1/8) atas perintah Presiden Donald Trump. Trump menyebut langkah ini menjadi tanggapan atas apa yang dia sebut 'pernyataan yang sangat provokatif' dari eks presiden Rusia yang saat ini menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev.

Trump mengumumkan pengerahan kapal selam nuklir itu dalam sebuah unggahan pada Jumat (1/8) di platform Truth Social miliknya. Ia tidak merinci secara spesifik ke mana kapal selam tersebut akan ditempatkan atau kemampuan apa yang dimiliki kapal selam tersebut.

"Berdasarkan pernyataan yang sangat provokatif dari mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev yang sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia, saya telah memerintahkan 2 Kapal Selam Nuklir untuk ditempatkan di wilayah yang sesuai, untuk berjaga-jaga jika pernyataan bodoh dan provokatif ini lebih dari sekadar itu," tulis Trump.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kata-kata sangat penting, dan seringkali dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan, saya harap ini tidak akan menjadi salah satunya," tambahnya, dilansir ABC News, Sabtu (2/8/2025).

Awal Mula

Trump dan Dmitry Medvedev telah berseteru di media sosial selama beberapa hari terakhir. Namun, ribut-ribut itu memanas setelah Medvedev mengatakan agar Trump mengingat bahwa Rusia memiliki kemampuan serangan nuklir era Uni Soviet sebagai pilihan terakhir.

ADVERTISEMENT

Dilansir dari detikNews mengutip kantor berita AFP, Sabtu (2/8/2025), ini disampaikan sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin itu setelah Trump meminta Medvedev untuk "berhati-hati dengan ucapannya."

Trump, dalam sebuah unggahan di media sosial Truth miliknya, mengkritik tajam Medvedev. Ini disampaikan Trump setelah Medvedev mengatakan bahwa ancaman Trump untuk menjatuhkan tarif hukuman kepada Rusia dan para pembeli minyaknya adalah "permainan ultimatum", dan selangkah lebih dekat menuju perang antara Rusia dan Amerika Serikat.

"Beri tahu Medvedev, mantan Presiden Rusia yang gagal, yang merasa dirinya masih Presiden, untuk berhati-hati dengan ucapannya. Dia memasuki wilayah yang sangat berbahaya!" tulis Trump, dalam peringatannya kepada Medvedev, dilansir kantor berita Reuters.

Sebelumnya pada 29 Juli, Trump mengatakan Rusia memiliki "10 hari dari hari ini" untuk menyetujui gencatan senjata di Ukraina atau akan dikenakan tarif bersama para pembeli minyaknya. Moskow yang telah menetapkan persyaratan perdamaiannya sendiri sejauh ini belum mengindikasikan akan mematuhi tenggat waktu Trump.

Pernyataan Trump itu ditanggapi keras oleh Medvedev. "Trump sedang memainkan permainan ultimatum dengan Rusia: 50 hari atau 10 hari... Dia harus ingat 2 hal: 1. Rusia bukanlah Israel atau bahkan Iran. 2. Setiap ultimatum baru adalah ancaman dan langkah menuju perang. Bukan antara Rusia dan Ukraina, tetapi dengan negaranya sendiri," tulis Medvedev di media sosial X awal pekan lalu.

Kemudian dalam postingannya pada hari Kamis (31/7) waktu AS, Trump mengatakan ia tidak peduli apa yang dilakukan India -- salah satu pembeli minyak terbesar Rusia bersama China-terhadap Rusia.

"Mereka bisa bersama-sama menghancurkan ekonomi mereka yang mati, terserah saya. Kita hanya berbisnis sedikit dengan India, tarif mereka terlalu tinggi, termasuk yang tertinggi di dunia. Demikian pula, Rusia dan AS hampir tidak berbisnis bersama. Mari kita pertahankan seperti itu," ujarnya.

Medvedev pun merespons dengan mengatakan bahwa pernyataan Trump tersebut menunjukkan bahwa Rusia harus melanjutkan kebijakannya saat ini.

"Jika beberapa kata dari mantan presiden Rusia memicu reaksi gugup seperti itu dari presiden Amerika Serikat yang berwibawa, maka Rusia melakukan segalanya dengan benar dan akan terus berjalan di jalurnya sendiri," kata Medvedev dalam sebuah unggahan di Telegram.

Trump seharusnya ingat, katanya, "betapa berbahayanya 'Tangan Mati' yang legendaris itu," sebuah referensi terhadap sistem komando semi-otomatis rahasia Rusia yang dirancang untuk meluncurkan rudal nuklir Moskow jika kepemimpinannya telah dilumpuhkan dalam serangan pemenggalan kepala oleh musuh.

Menanggapi pernyataan Medvedev, Trump mengatakan bahwa ia telah memerintahkan pengerahan dua kapal selam nuklir ke "wilayah yang sesuai". Trump menyebut langkah ini sebagai tanggapan atas apa yang disebutnya "pernyataan yang sangat provokatif" dari Medvedev.

Artikel ini sudah tayang di detikNews. Baca selengkapnya di sini.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads